tirto.id - Light Rail Transit (LRT) Palembang kembali mogok, pada Minggu (12/8/2018). LRT yang berangkat dari stasiun DJKA menuju Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II berhenti secara mendadak di antara Stasiun Jakabaring dan Stasiun Polresta. Para penumpang terpaksa dievakuasi dengan berjalan kaki melalui jalur samping rel. Insiden Minggu sore itu adalah kali ketiga menimpa LRT Palembang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menilai tidak ada yang perlu diributkan dari peristiwa mogoknya LRT ini. “Itu kan belum waktunya dipakai [secara resmi]. Jadi menurut saya biasa saja. Di mana saja bisa terjadi,” kata Luhut saat ditemui di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Luhut menyadari mogoknya LRT di Palembang yang berdekatan dengan perhelatan Asian Games 2018 yang akan digelar akhir pekan ini. Ia yakin LRT tersebut bisa langsung diperbaiki.
“Jangan kalau ada barang kita [rusak] terus ramai, itu kan buatan dalam negeri,” kata Luhut.
Pria kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara ini menegaskan LRT yang sudah tercatat tiga kali mogok itu merupakan barang baru. Luhut meminta agar kejadian semacam itu tidak perlu dikhawatirkan masyarakat. “Ini baru pertama kita [BUMN] buat sendiri. Kalau ada kurang sana-sini, jangan terus resek lah kita. Nanti kita enggak berani [bikin] lagi,” kata Luhut.
LRT Palembang memang diproduksi oleh BUMN, yaitu PT INKA (Persero). Sebagai manufaktur sarana perkeretaapian satu-satunya di Asia Tenggara, PT INKA membuat LRT dengan tingkat komponen dalam negeri yang mencapai 45 persen.
Jalur kereta api ringan di Palembang sepanjang 25 Km ini dibangun untuk menunjang perhelatan akbar Asian Games 2018. LRT Palembang dirancang agar bisa menjadi moda transportasi bagi masyarakat dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang hingga kawasan Jakabaring yang menjadi pusat pertandingan olahraga.
Proyek LRT Palembang ini diklaim sebagai proyek tercepat dalam penyelesaiannya. Proyek pembangunan yang memakan biaya sebesar Rp10,9 triliun itu mulai dibangun pada Oktober 2015 dan selesai pada Juli 2018.
Komite Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) telah mendengar kabar mengenai LRT Palembang yang mogok. INASGOC tak khawatir dan telah menyiapkan rencana lain apabila di kemudian hari terjadi kendala teknis.
“Selain ada LRT, kami juga punya bus di sana. Selalu ada rencana lain, kami ada plan A dan plan B,” kata Ketua INASGOC Erick Thohir.
Senada dengan Erick, Deputi Transportasi INASGOC Ipung Purnomo juga meyakini bahwa penggunaan bus bisa menjadi solusi terbaik demi kelancaran acara.
Ipung menyebutkan setidaknya ada 50 bus yang sudah disiapkan, dan menurutnya itu sudah cukup. Ipung mengatakan bahwa Palembang akan dipadati rombongan delegasi dan para wisatawan setelah 18 Agustus 2018. “Insyaallah setelah itu permasalahan LRT bisa ditangani. Apabila tidak, kan ada bus,” ucap Ipung.
Perlu Diselidiki
Penyebab mogoknya LRT pada Minggu sore (12/8/2018) masih belum diketahui setidaknya sampai Senin malam (13/8). Sementara penyebab mogoknya LRT pada dua kejadian sebelumnya tak jauh-jauh dari kendala teknis.
Insiden LRT berhenti mendadak pada 1 Agustus 2018 misalnya, disebabkan hujan deras dan sensor pintu berada dalam status terbuka. Oleh karena itu, LRT sempat terhenti sekitar empat kilometer pada perjalanan menuju bandara.
Sementara insiden kedua yang terjadi pada 10 Agustus 2018, membuat penumpang harus terlantar selama dua jam di Stasiun Bumi Sriwijaya karena kereta tak beroperasi. Adapun penyebab dari insiden saat itu ialah sinyal kereta yang bermasalah.
Terjadinya insiden mogok sebanyak tiga kali itu terbilang kontradiktif. Sebab saat uji coba LRT Palembang pada 23-31 Juli 2018, tidak ditemukan adanya masalah. Bahkan ketika uji dinamis yang dilakukan pada 4 Juli 2018, LRT Palembang tercatat mampu menempuh jarak sepanjang 23,4 Km tanpa hambatan.
Pemerintah memang tidak tinggal diam dengan insiden LRT yang mogok kali ini. Selain meminta maaf, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan berjanji akan mengevaluasi secara menyeluruh operasional LRT Palembang. Dari penyelidikan awal, Ditjen Perkeretaapian menduga LRT berhenti karena terjadinya arus pendek pada sistem kelistrikan.
Saat kejadian arus pendek itu terjadi, sistem kelistrikan pun harus dihentikan sehingga LRT ikut terhenti. Petugas LRT lantas mengevakuasi penumpang dengan berjalan melalui jalur di samping rel (walk way) menuju Stasiun Jakabaring dan Stasiun Polresta.
“Evaluasi ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap perbaikan kinerja operasional LRT yang berdampak pada peningkatan performa kinerja operasional LRT Sumatera Selatan,” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulkifri melalui keterangan resminya, Senin (13/8/2018).
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Abdul Aziz