tirto.id -
Padahal, kata dia, kereta api merupakan salah satu moda transportasi massal yang cukup banyak digunakan oleh masyarakat.
"Saya mengkritisi, kalau satu moda itu stagnan. Saya marasa ini stagnan. Orang puas dengan apa yang dilakukan kereta ini, tapi tidak ada satu lompatan. Kami ingin juga ada lompatan di moda transportasi darat," ujarnya saat ditemui di kementerian perhubungan.
Ia menyebut, misalnya, kereta dalam kota atau KRL Jabodetabek yang volume okupansinya masih di angka 1,2 juta penumpang.
Padahal, dengan total penduduk Jakarta yang lebih dari 10 juta jiwa serta banyaknya para pekerja dari kota-kota satelit, okupansi KRL Jabodetabek harusnya bisa mencapai dua juta penumpang.
"Jakarta itu headway-nya lebih pendek. Nah kalau lebih pendek itu bisa bukan hanya1,2 juta, tetapi dua juta itu jurusan-jurusan tertentu," imbuhnya.
Saat ini, menurut mantan Dirut Angkasa Pura I tersebut, pemerintah tengah mendorong proyek double-double track (DDT) agar bisa segera rampung.
Jalur DDT berfungsi memisahkan jalur kereta api jarak jauh, KRL, dan kereta bandara, sehingga perjalanan menjadi semakin singkat dan tepat waktu. Dengan diselesaikannya jalur DDT nantinya kapasitas KRL Commuter Line juga diharapkan akan meningkat.
Selain itu, lanjutnya, jarak waktu antar kereta KRL Commuter Line juga akan dipersingkat dari saat ini lima menit menjadi hanya tiga menit. Menurut Budi, hal tersebut akan membuat KRL bisa menampung lebih banyak orang dan diharapkan tepat waktu.
"Sekarang ini kita memang masih berjuang untuk memperbaiki Manggarai supaya crossing angkutan luar kota dan dalam kota bisa lebih baik," ungkapnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari