tirto.id - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis mengeluarkan peringatan terang-terangan kepada Korea Utara hari ini dengan menyatakan Pyongyang harus menghentikan setiap aksi yang akan mengantarkan kepada "akhir dari rezim itu dan kehancuran rakyatnya."
Pernyataan paling keras Mattis kepada Korea Utara ini menyusul komentar pedas Presiden Donald Trump sehari sebelumnya bahwa ancaman kepada Amerika Serikat dari Korea Utara akan dijawab dengan "serangan dan kemarahan".
Ancaman Trump ini memicu tanggapan Korea Utara bahwa mereka kini sedang mempertimbangkan meluncurkan serangan rudal Pulau Guam di Pasifik yang masuk teritori AS.
Mattis menandaskan bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan memenangkan apa pun perlombaan senjata atau konflik melawan Korea Utara.
"DPRK (Korea Utara) harus memilih antara mengisolasi diri atau mengurungkan berburu senjata nuklir," kata Mattis seperti dikutip dari Antara.
"DPRK harus berhenti mempertimbangkan aksi apa pun yang akan mengantarkan kepada akhir dari rezim itu dan kehancuran rakyatnya," tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan negaranya akan menjawab dengan "tembakan dan kemarahan" jika Korea Utara terus mengancam AS adalah pernyataan yang tidak direncanakan dan spontan, kata seorang pejabat teras pemerintah AS yang mengetahui masalah ini, seperti dikutip Reuters.
"Itu pernyataan Trump seorang," kata seorang pejabat pemerintah AS lainnya yang juga menolak disebutkan namanya.
Sehari sebelumnya setelah muncul kabar Korea Utara akan merudal Guam yang menjadi wilayah AS di Pasifik, Trump berkata, "Korea Utara sebaiknya tidak terus mengancam Amerika Serikat. Mereka akan menghadapi tembakan dan kemarahan yang tak pernah dilihat dunia sebelum ini."
Para pejabat dan analis AS mengkhawatirkan perang retorika dengan Pyongyang yang sebelumnya menyatakan sudah mempertimbangkan untuk menembakkan peluru kendali ke Pulau Guam.
Pejabat senior pemerintah AS yang membidangi masalah Korea Utara itu berkata kepada Reuters: "Pernyataan Presiden Trump itu tidak terencana dan spontan."
"Tak ada diskusi soal perluasan retorika untuk menanggapi pernyataan pemimpin Korea Utara Kim (Jong Un) atau mengenai kemungkinan dampak dari melakukan hal itu," kata sang pejabat yang meminta namanya tidak disebutkan.
"Meskipun demikian, penting bagi Korea Utara untuk tahu bahwa kesabaran strategis negara ini (AS) ada batasnya dan bahwa tanggung jawab kami untuk membela sekutu-sekutu kami apa pun caranya akan dilakukan."
Secara pribadi, dua pejabat AS yang juga meminta namanya tidak disebutkan menyatakan ancaman Presiden Trump itu tidak membantu dan mengancam timbulnya tanggapan tak terduga dari pemimpin Korea Utara itu.
Ancaman itu juga berisiko mengasingkan dua sekutu AS --Jepang dan Korea Selatan-- sekaligus memicu permusuhan dari China dan Russia yang keduanya diharapkan Washington menekan Kim menghentikan program senjata nuklirnya yang bisa menjangkau daratan AS tersebut.
Rabu waktu AS, Trump berusaha menenangkan keadaan bahwa dia berharap nuklir AS tidak perlu sampai digunakan (untuk menghentikan Korea Utara).
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri