tirto.id - Aplikasi belajar online sedang marak. Para pembuatnya mencoba memanfaatkan masifnya penggunaan gawai di kalangan pelajar. Mereka menawarkan aneka program untuk membantu belajar.
Para penyedia aplikasi belajar online itu antara lain Quipper, Zenius Education, Ruang Guru, Prime Mobile, dan banyak lainnya. Biasanya aplikasi belajar menampilkan video tutorial materi-materi dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Zenius, salah satu aplikasi pembelajaran online turut bermain dalam bidang teknologi pendidikan (education tehchology) atau lebih populer disebut edutech.
Zenius menyediakan kanal belajar dalam jaringan (online) untuk siswa sekolah dasar hingga menengah atas. Layaknya les mata pelajaran, siswa harus menjadi anggota berbayar agar dapat mengakses materi pelajaran dari Zenius.
Zenius menawarkan keanggotaan mulai harga Rp165.000 untuk keanggotaan selama sebulan hingga Rp440.000 untuk keanggotaan setahun. Anggota Zenius akan mendapatkan akses ke soal latihan dalam format PDF hingga video berisi materi pelajaran.
Pada laman resmi Zenius, mereka mengklaim video tutorial telah ditonton 38,3 juta kali secara online dan telah mengantarkan 78,8 persen pengguna lulus SBMPTN. Shintia, Customer Service Zenius menuturkan video tutorial yang ada di Zenius bersumber dari guru-guru atau pemateri yang direkrut secara khusus.
Sebagaimana dilansir Antara, situs Startup Ranking menempatkan Zenius pada 22 Juni 2019 pada posisi kelima perusahaan rintisan asal Indonesia. Zenius berdiri sejak 2007 di bawah PT Zenius Education.
Pada Mei 2019, Zenius bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk membantu pendidikan di daerah tertinggal. Zenius memasang teknologi online to offline (O2O) sehingga anak-anak tetap dapat mengakses materi pelajaran tambahan di platform Zenius meki tidak memiliki sambungan Internet.
Proyek perdana Zenius dengan Kemendes PDTT berlangsung di 15 sekolah di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Sekolah akan mendapatkan server agar dapat mengakses materi pelajaran dari Zenius.
Teknologi harus didekatkan ke daerah-daerah tertinggal untuk dapat membantu memajukan pendidikan di sana, hal itu dikatakan Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendes PDTT Priyono.
Priyono mengatakan kondisi pendidikan di beberapa daerah tertinggal khususnya yang terletak di perbatasan Indonesia memerlukan perhatian khusus, karena mutu pelayanan pendidikan rendah, angka putus sekolah tinggi, sarana prasarana yang belum memadai dan minim pengajar.
"Oleh sebab itu upaya percepatan pendidikan di daerah tertinggal harus melalui pendekatan teknologi," kata Priyono dikutip Antara.
Teknologi diharap mampu menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi daerah tertinggal seperti kekurangan guru.
Kemendes PDTT pun bekerja sama dengan perusahaan edukasi digital Zenius Education untuk mengembangkan pendidikan berbasis teknologi di daerah tertinggal.
Dalam proyek percontohan, sekolah-sekolah terpilih akan dipasangkan server Zenius Prestasi yang bisa diakses tanpa menggunakan internet.
Di dalamnya terdapat soal-soal dan materi pelajaran. Saat ini proyek tersebut dilakukan di Sambas untuk siswa kelas 6 dan 9.
"Di daerah tertinggal sudah banyak masyarakat menggunakan telepon pintar, namun tidak semua tempat dapat mengakses internet," kata dia.
Dengan server tersebut maka satu guru dapat mengajar beberapa kelas.
Direktur Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal Rafdinal mengatakan desa tertinggal bisa menggunakan dana desa untuk operasional sekolah.
"Seandainya di sana kurang guru, maka memungkinkan mereka membeli server zenius dengan dana desa asalkan ada musyawarah dengan pemangku kepentingan desa," kata dia.
Editor: Agung DH