tirto.id - Para orang tua yang baru memiliki bayi harus benar-benar cermat memperhatikan kondisi yang disebut shaken baby syndrome.
Sindrom ini terjadi ketika Anda mengayun, melempar, atau mengguncang bayi terlalu keras. Ketika Anda melakukan kegiatan itu, walaupun tidak bermaksud buruk dan dilakukan secara tidak sengaja, namun hal itu bisa berdampak amat buruk pada bayi.
Menurut laman Kementerian Kesehatan, shaken baby syndrome adalah sekumpulan gejala yang terjadi ketika bayi mendapatkan guncangan terlalu keras pada kepala, akibatnya bayi bisa mengalami pendarahan retina dan pendarahan otak.
Menurut laman IDAI, sindrom ini sebagian besar terjadi pada anak di bawah 2 tahun. Pada usia itu, otak bayi masih amat lunak, termasuk pembuluh darahnya masih tipis, serta otot leher bayi juga masih sangat lemah.
Gejala shaken baby syndrome
Beberapa gejala yang terjadi jika bayi mengalami shaken baby syndrome, seperti dilansir dari Mayo Clinic, di antaranya adalah:
- bayi sangat rewel, bahkan sampai tingkat ekstrem
- bayi juga lekas marah
- bayi sulit untuk tetap terjaga
- bayi mengalami masalah pernapasan
- bayi sulit untuk makan
- bayi sering muntah-muntah
- kulit bayi menjadi pucat atau kebiruan
- bayi mengalami kejang-kejang
- bayi mengalami kelumpuhan
- bayi mengalami koma
Penyebab shaken baby syndrome
Shaken baby syndrome ini bisa disebabkan secara tidak sengaja, ataupun secara sengaja.
Shaken baby syndrome yang disebabkan secara tidak sengaja, umumnya karena orang tua atau pengasuh sangat gemas pada bayi, dan ingin bermain-main, sehingga mengayun atau melempar bayi terlalu keras.
Namun, ketika orang tua atau pengasuh mengguncang bayi dengan sangat keras karena merasa frustasi atau marah, karena bayi sangat rewel dan tidak berhenti menangis, maka shaken baby syndrome ini muncul karena tindakan yang sengaja.
Menurut Mayo Clinic, karena bayi memiliki otot leher yang lemah dan tidak dapat menopang berat kepalanya, maka ketika bayi mengalami guncangan yang amat keras, sengaja ataupun tidak sengaja, otak bayi yang masih rapuh akan bergerak bolak-balik di dalam tengkorak. Hal ini akan menyebabkan memar, bengkak, dan pendarahan.
Beberapa penyebab lainnya yang bisa meningkatkan risiko bayi terkena sindrom ini di antaranya adalah:
- orang tua memiliki harapan yang tidak realistis terhadap bayi
- orang tua bayi masih amat muda, atau orang tua tunggal
- orang tua mengalami stres atau depresi
- ada kekerasan dalam rumah tangga
- orang tua memiliki kecenderungan sebagai pecandu alkohol atau narkoba
- situasi keluarga tidak stabil, terutama dalam hal ekonomi
- orang tua memiliki sejarah penganiayaan ketika masih anak-anak
- pria lebih rentan menjadi penyebab utama dari shaken baby syndrome ini
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari