tirto.id - Masyarakat Sumatra Selatan memiliki rumah adat yang unik bernama rumah limas. Rumah limas merupakan jenis rumah adat yang berupa panggung dan berbentuk seperti limas.
Pada 2005, pemerintah mengabadikan rumah adat masyarakat Sumatra Selatan ini dalam uang kertas pecahan Rp10.000.
Arsitektur serta fungsi rumah limas dirancang sedemikian rupa sesuai dengan filosofi, kondisi geografis, serta kepercayaan masyarakat Sumatra Selatan. Hal ini sesuai dengan pengertian dari rumah adat itu sendiri.
Menurut e-modul "Bersama Meskipun Beragam" rumah adat merupakan rumah asli penduduk atau masyarakat suatu daerah yang menunjukkan ciri khas penduduknya. Keragaman rumah adat yang ada di Tanah Air dipicu oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan geografis, kepercayaan, teknologi, hingga ketersediaan sumber daya alam.
Perbedaan antara satu rumah adat dengan rumah adat lain justru menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu, perbedaan rumah adat menciptakan keunikan dan ciri khas bagi rumah adat tersebut maupun budaya yang melahirkannya.
Bentuk Rumah Adat Limas
Seperti yang telah dideskripsikan sebelumnya, rumah adat limas merupakan rumah panggung yang memiliki bentuk seperti limas jika dilihat secara sekilas. Bangunan maupun atap rumah limas ukurannya besar dan luas.
Melansir Indonesia.go.id, rumah limas biasanya memiliki luas berkisar antara 400 hingga 1.000 meter persegi. Struktur utama rumah dibangun dengan kayu yang banyak tumbuh di Sumatra Selatan, terutama di daerah-daerah yang beribukota Palembang.
Sebagian besar kayu yang digunakan adalah kayu unggulan dengan nilai ekonomis tinggi. Beberapa jenis kayu untuk rumah limas antara lain kayu unglen, kayu tembesu, dan kayu seru.
Kayu unglen biasanya digunakan untuk membuat pondasi rumah, karena sifatnya yang kuat serta tahan air. Kayu tembesu digunakan untuk membuat jendela dan kayu.
Sementara itu, kayu seru digunakan untuk rangka ataupun dinding dan tidak boleh digunakan untuk lantai atau tangga. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat, kayu seru adalah jenis kayu langka yang tidak boleh diinjak ataupun dilangkahi.
Pada bagian atap rumah limas terdapat ornmen simbar berbentuk tanduk dan melati. Ornamen simbar sendiri bukan hanya hiasan, melainkan juga digunakan sebagai penangkal petir.
Keunikan Rumah Limas
Rumah limas memiliki sejumlah keunikan, baik dari segi bentuk hingga ornamen yang melengkapi bangunannya. Sebagai contoh, keunikan pada ornamen yang terdapat pada rumah limas, yaitu ornamen simbar tanduk dan melati.
Jumlah ornamen tanduk yang ada di rumah limas memiliki makna tertentu. Tanduk berjumlah dua melambangkan nenek moyang umat manusia, yaitu Adam dan Hawa.
Tanduk berjumlah tiga, menggambarkan benda-benda langit berupa Matahari-Bulan-Bintang. Tanduk atap limas yang berjumlah empat menggambarkan jumlah sahabat Nabi Muhammad, sementara jika berjumlah lima menggambarkan rukun Islam.
Ornamen lainnya, yaitu melati, menggambarkan keagungan dan kerukunan.
Selain itu, rumah limas juga dibangun dengan menghadap ke timur dan barat. Menurut kepercayaan masyarakat Sumatra Selatan, arah timur adalah arah matahari terbit atau matoari edop. Arah ini melambangkan sebuah kehidupan yang baru.
Sementara, arah barat merupakan arah dimana matahari terbenam atau matoari mati. Arah ini melambangkan akhir dari kehidupan.
Fungsi Rumah Limas
Selain difungsikan sebagai tempat tinggal, rumah limas juga digunakan untuk menyelenggarakan upacara adat. Menurut Indonesia.go.id, pemilik rumah limas sering kali meminjamkan rumahnya sebagai tempat pernikahan ataupun acara adat untuk masyarakat setempat.
Fungsi rumah limas juga ditetapkan pada setiap bagian ruangannya. Kiki Ratnaning Arimbi dalam buku "Berselancar ke-34 Rumah Adat Indonesia, Yuk!" rumah limas memiliki lima bagian ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda.
Kelima fungsi tersebut dibedakan berdasarkan tingkatan yang dimiliki rumah dan menjadi simbol dari lima jenjang kehidupan bermasyarakat, berupa usia, jenis kelamin, bakat, pangkat, dan martabat.
Jika diurutkan, maka kelima ruangan tersebut adalah:
- Pagar tenggalung, yaitu ruangan tanpa dinding pembatas. Ruangan tingkat pertama ini difungsikan sebagai penerima tamu dan melakukan upacara adat.
- Jogan, yaitu ruangan tingkat kedua yang digunakan tempat berkumpul khusus pria.
- Kekijing ketiga,yaitu ruangan tingkat ketiga yang lebih memiliki privasi dibanding jogan. Posisi lantai kekijing ketiga juga lebih tinggi dan bersekat. Umumnya, ruangan ini digunakan untuk tamu undangan khusus yang diundang ketika pemilik rumah mengadakan hajatan.
- Kekijing keempat, yaitu ruangan tingkat keempat yang khusus ditempato oleh orang paling dihormati dan memiliki ikatan darah dengan pemilik rumah, seperti dapunto, datuk, atau tamu yang dituakan.
- Gegajah, yaitu ruangan tingkat kelima yang merupakan ruangan paling luas diantara ruangan lainnya. Ruangan ini bersifat privasi dan hanya dimasuki oleh orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam keluarga ataupun masyarakat. Ruangan ini memiliki area yang bisa digunakan untuk bermusyawarah. Selain itu, ruangan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai kamar pengantin.