tirto.id - Paruresis atau Shy Bladder Syndrome adalah kondisi di mana seseorang takut untuk buang air di tempat umum atau ketika ada orang di dekatnya.
Dilansir dariHealthline, ketika harus menggunakan toilet umum, seseorang akan mengalami kecemasan yang signifikan. Paruresis diklasifikasikan sebagai fobia sosial.
Dampaknya ketika seseorang mengalami paruresis, orang itu akan menghindari berpergian, menghindari sosialisasi dengan orang lain, bahkan ada juga yang menghindari bekerja di kantor. Ketika ada tes kesehatan, penderita paruresis juga akan sulit untuk kencing.
Selain itu, penderita juga akan minum lebih sedikit untuk menghindari kencing dan juga penderita paruresis akan mengalami rasa cemas jika memikirkan atau mencoba toilet umum. Usia dari penderita paruresis juga beragam, dari balita hingga orang tua.
Ketika seseorang mengalami paruresis, akan ada dampak masalah kesehatan lain yang mengikuti. Contohnya, jika seseorang terlalu lama menahan kencing, orang itu berisiko terkena infeksi saluran kemih.
Selain itu, untuk menghindari kencing di tempat umum, orang itu akan mengurangi atau membatasi asupan cairan yang akhirnya bisa menderita batu ginjal, batu kelenjar liur, dan batu empedu.
Selain berdampak pada kesehatan, dampak sosial juga akan dirasakan. Contohnya seseorang akan mengubah perilakunya untuk menghindari tempat umum. Hubungan sosial akan menjadi kurang erat dan masalah lainnya yang akan timbul adalah susah bekerja dengan orang lain.
Dilansir dari laman Betterhealth.vic.gov.au, penyebab paruresis bukanlah dari faktor fisik atau karena ada masalah dengan saluran kencing, sebaliknya penyebab paruresis adalah faktor psikologis, namun begitu, paruresis dapat disembuhkan.
Sebelum mengobati paruresis, pasien harus dibawa untuk berkonsultasi dengan dokter. Umumnya jika seseorang sudah terdeteksi terkena paruresis, dokter akan menyarankan penggunaan obat-obatan jangka pendek, seperti obat penenang atau anti depresan.
Namun, obat ini tidak mengubah kondisi pasien, hanya untuk mengurangi kecemasan yang dialami pasien.
Pilihan pengobatan lain adalah mencari orang yang profesional menangani pasian fobia, bertemu psikolog atau bergabung dengan kelompok pendukung paruresis.
Biasanya pengobatan yang dilakukan adalah:
1. Relaksasi. Teknik ini dilakukan agar penderita paruresis tidak mengalami kecemasan yang berlebihan.
2. Psikoterapi. Teknik ini dilakukan dengan konselin untuk membantu penderita mampu menghadapi masalahnya dengan mengajarkan pemecahan masalah.
3. Terapi perilaku kognitif. Teknik ini dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.
4. Terapi keterpaparan. Terapi ini mengajarkan penderita untuk terlibat secara langsung sengaja mencoba kencing di tempat umum atau dari tempat yang paling mudah hingga paling sulit.
Penulis: Irene Aprilya Meok
Editor: Yandri Daniel Damaledo