Menuju konten utama

Mengenal Klamidia pada Perempuan: Penyebab Penularan & Gejala

Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyerang perempuan dan laki-laki, berikut penyebab penularan dan gejalanya.

Mengenal Klamidia pada Perempuan: Penyebab Penularan & Gejala
Ilustrasi klamidia. foto/istockphoto

tirto.id - Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual (IMS) atau sexually transmitted infection (STI) yang dapat menyerang laki-laki maupun perempuan.

Sesuai sebutannya, penyebab penularan paling umum klamidia pada perempuan adalah melalui hubungan seksual berisiko. Penyakit klamidia tergolong berbahaya dan setiap orang yang aktif secara seksual berisiko mengembangkan kondisi ini.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa klamidia sering kali tidak memunculkan gejala awal. Hal ini justru menyebabkan klamidia baru bisa dideteksi ketika kondisinya sudah parah.

Klamidia tidak hanya menyebabkan gangguan pada kelamin dan organ seksual perempuan. Penyakit ini juga dapat memicu masalah pada saluran kemih, kesuburan, bahkan dapat membahayakan janin jika diderita oleh ibu hamil.

Penyebab Penularan Klamidia dan Faktor Risikonya

Klamidia ditularkan melalui kegiatan seksual vaginal, anal, maupun oral. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) infeksi klamidia disebabkan oleh bakteri bernama C. trachomatis.

Bakteri ini ditularkan lewat sperma dan cairan vagina penderitanya. Seseorang yang terpapar sperma maupun cairan vagina penderita klamidia, berisiko tertular penyakit yang sama.

Penularan klamidia bisa terjadi dengan beberapa cara, termasuk:

  • Hubungan seks vaginal, anal, atau oral dengan seseorang yang terinfeksi klamidia tanpa menggunakan kondom.
  • Ibu hamil ke buah hati. Ketika bayi terkena klamidia maka si bayi dapat terkena ophthalmia neonatorum (konjungtivitis) atau pneumonia. Bayi yang terinfeksi klamidia hanya dapat bertahan satu tahun atau lebih.
  • Pelecehan seksual
  • Orang sudah sembuh dari klamidia dapat terkena infeksi lagi jika mereka berhubungan seks dengan penderita klamidia.
  • Orang yang melakukan hubungan seksual secara aktif tanpa menggunakan kondom.
  • Orang yang hidup di kebudayaan yang menganggap penggunaan kondom sebagai hal yang tabu.
  • Orang yang sering berpindah dari satu hubungan monogami ke hubungan monogami lainnya.
  • Ektopi serviks yang terjadi pada gadis remaja atau wanita muda.

Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor risiko klamidia yang perlu diwaspadai agar tidak tertular penyakit ini. Masih menurut CDC berikut faktor yang dapat meningkatkan seseorang tertular klamidia:

  • aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun;
  • memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan;
  • berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom;
  • pernah mengidap penyakit menular seksual laiinya.

Gejala Penyakit Klamidia

Umumnya, klamidia tidak menunjukkan gejala setelah 1-3 minggu bakteri menginfeksi tubuh. Akibatnya, gejala-gejala itu sering diabaikan karena dianggap tidak parah.

Oleh karena itu, penting bagi individu yang aktif secara seksual melakukan tes kesehatan organ seksual secara rutin. Selain itu, mengenali gejala penyakit klamidia juga bisa menjadi pertimbangan memperoleh penanganan yang tepat.

Dilansir dari Healthline berikut ini beberapa gejala penyakit klamidia yang perlu diwaspadai:

1. Nyeri dubur

Klamidia dapat memengaruhi rektum atau dubur penderitanya. Klamidia di rektum bisa terjadi karena penderita melakukan seks anal tanpa kondom.

Selain itu infeksi klamidia di vagina juga dapat menyebar ke rektum. Penderita klamidia biasanya akan mengalami rasa nyeri atau perih di daerah dubur hingga keluar cairan atau lendir dari rektum.

2. Perdarahan di antara menstruasi

Klamidia dapat menyebabkan radang dan pendarahan di antara menstruasi penderitanya. Pendarahan ini dapat terjadi setelah penderita melakukan aktivitas seksual yang melibatkan penetrasi.

3. Nyeri di bagian perut

Klamidia dapat menyebabkan nyeri yang biasanya dirasakan di perut bagian bawah dan panggul. Rasa nyeri yang timbul, bisa seperti rasa kram, atau rasa seperti ditusuk-tusuk.

4. Iritasi pada mata

Klamidia juga dapat menyebabkan konjungtivitis klamidia atau iritasi pada mata penderitanya. Gejala ini tergolong jarang terjadi, namun tetap perlu diwaspadai.

Klamidia dapat memengaruhi mata apabila cairan genital dari seseorang yang memiliki klamidia terkena wajah dan mata. Gejala konjungtivitis klamidia pada mata termasuk iritasi, terlalu peka terhadap cahaya, dan mata merah.

5. Demam

Demam biasanya tanda bahwa tubuh sedang melawan beberapa jenis infeksi. Penderita umumnya mengalami demam ringan hingga sedang.

Demam terjadi karena sistem antibodi tubuh penderita sedang melawan infeksi yang disebabkan bakteri C. trachomatis.

6. Sensasi rasa terbakar saat buang air kecil

Klamidia dapat menyebabkan sensasi terbakar saat buang air kecil. Beberapa orang sering salah mengira hal ini sebagai infeksi saluran kemih.

Selain itu, klamidia juga bisa menyebabkan penderitanya merasa sering ingin buang air kecil. Namun, saat buang air kecil, urine yang keluar hanya sedikit. Umumnya, pada penderita klamidia urine berbau tidak biasa atau terlihat keruh.

7. Rasa sakit saat berhubungan seksual

Klamidia dapat membuat penderitanya merasakan sakit saat berhubungan seksual. Penderita klamidia juga berisiko mengalami pendarahan dan iritasi setelah melakukan aktivitas seksual yang melibatkan penetrasi.

8. Nyeri punggung bawah

Selain nyeri perut bagian bawah, klamidia juga bisa menyebabkan nyeri punggung bagian bawah. Nyeri ini mungkin terasa mirip dengan nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT KLAMIDIA atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yonada Nancy