tirto.id - Pernahkah mendengar nama Machiavelli? Machiavelli merupakan tokoh politik Italia dan juga seorang filsuf. Beliau dikenal di masa Renaisans dan merupakan figur utama dalam realitas teori politik.
Namun, tahukah Anda bahwa nama Machiavelli juga dipakai dalam istilah psikologis untuk orang yang gemar menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Machiavellianisme dalam psikologi mengacu pada kepribadian yang fokus pada kepentingannya sendiri sehingga mereka cenderung akan memanipulasi, menipu, dan mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Dikutip dari situs Harley Therapy yang berfokus pada pembahasan psikologi, kepribadian Machiavellianisme merupakan salah satu tipe kepribadian dalam Drak Triad bersamaan dengan kepribadian narsisme dan psikopat.
Istilah tersebut pun memang benar berasal dari referensi tokoh Niccolo Machiavelli. Machiavelli memiliki buku berjudul The Prince.
Pada bukunya tersebut, Machiavelli menyatakan bahwa penguasa yang kuat harus bersikap keras terhadap rakyat dan musuh mereka dan bahwa kemuliaan dan kelangsungan hidup membenarkan segala cara meski pada setiap perbuatan yang tidak bermoral dan brutal.
Pada akhir abad ke-16, istilah Machiavellianisme tersebut menjadi populer untuk menggambarkan seni menipu dan memanipulasi.
Akan tetapi, baru pada tahun 1970-an istilah tersebut termasuk dalam istilah psikologis dicetuskan oleh dua psikolog sosial Richard Christie dan Florence L. Geis.
Keduanya mengembangkan “Skala Machiavellianisme”, yang dapat digunakan untuk menginventarisasi kepribadian sebagai alat utama pengukuran sikap Machiavellianisme dalam diri seseorang.
Tes tersebut mencakup beberapa penyataan berikut ini untuk disetujui atau tidak disetujui oleh orang, sebagaimana ditulis oleh psikolog Dale Hartley MBA, Ph.D. dalam Psychology Today:
- Cara terbaik untuk menangani orang adalah dengan memberi tahu mereka apa yang ingin mereka dengar.
- Menyanjung orang-orang penting adalah hal yang bijaksana, dan
- Perbedaan terbesar antara kebanyakan penjahat dan orang lain adalah bahwa penjahat cukup bodoh untuk ditangkap.
Selain itu, dua hal lainnya adalah memiliki keinginan untuk berkuasa secara kejam dan egois, serta suka melakukan gaslighting atau manipulatif.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno