Menuju konten utama
Agama Hindu

Mengenal Catur Guru dan Siapa Saja yang Tergolong Guru Wisesa?

Mengenal Catur Guru dalam agama Hindu. Siapa saja yang tergolong Guru Wisesa atau pemimpin?

Mengenal Catur Guru dan Siapa Saja yang Tergolong Guru Wisesa?
Ilustrasi orang tua mengajari anak, wujud dari Guru Pengajian dalam agama Hindu. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mengenal, meyakini, dan mengamalkan ajaran Catur Guru menjadi suatu anjuran bagi pemeluk Hindu. Lalu, apa itu Catur Guru? Siapa saja yang tergolong Guru Wisesa?

Catur Guru merupakan salah satu filsafat hidup para penganut agama Hindu, terutama di Bali. Ajaran ini telah diwariskan dan dianut secara turun-temurun.

Ajaran Catur Guru terdapat dalam beberapa kesusastraan Hindu seperti kitab Mahabharata, Nitisastra, Upanisad, Bhadawadgita, dan lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut mengajarkan nilai-nilai luhur, moral, etika, dan tata cara hidup yang hingga kini masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Hindu.

Pengertian Catur Guru

Dikutip dari jurnal Catur Guru: Reaktualisasi Nilai-Nilai dalam Kesusasteraan Hindu untuk Pembelajaran Sejarah Lokal, Catur Guru terdiri dari dua kata yakni catur 'empat' dan guru 'pendidik' atau 'orang yang diteladani'. Dapat didefinisikan bahwa Catur Guru adalah empat guru yang mengemban tugas berat.

Catur Guru terdiri dari empat yaitu Guru Swadyaya (Tuhan), Guru Wisesa (Pemimpin/Pemerintah), Guru Pengajian (Guru di sekolah), dan Guru Rupaka (Orang tua). Keempatnya harus dihormati oleh masyarakat, berdasarkan kepercayaan Hindu.

Guru dalam pandangan Hindu tidak hanya sebatas profesi pengajar, melainkan juga berarti orang-orang yang punya kualifikasi kerohanian. Mereka diyakini mampu mengendalikan Tri Guna yaitu sifat sattwam, rajas, dan tamas sehingga patut digugu dan ditiru.

Macam-macam Catur Guru dan Siapa Saja yang Tergolong Guru Wisesa?

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing nilai dalam ajaran Catur Guru:

1. Guru Swadyaya

Guru Swadyaya adalah Tuhan. Bentuk penghormatannya berupa bhakti seperti rajin sembahyang, beramal, dan menjaga toleransi.

Salah satu ajaran ini terdapat dalam Kitab Mahabharata yaitu tentang kesabaran Arjuna dalam mengabdi kepada Dewa Siwa. Dalam kisahnya, Arjuna dengan sabar memusatkan pikirannya kepada Dewa Siwa dan berhasil memperoleh anugerah Panah Pasupati karena telah mengalahkan sifat tamak dalam dirinya sendiri.

Dalam Sloka Guru Puja, sebagaimana dituliskan dalam laman resmi STKIP Singaraja, dijelaskan sebagai berikut:

“Om Gurur rupam gurur dewam, Gurur Purwam Gurur Madhyam. Gurur pantaram dewam, Guru Dewa Sudhha- Atmakam”

Artinya: Om Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Gurunya alam semesta dan para dewa, Awal mula tercipta guru dan juga merupakan pusatnya para guru. Gurunya para dewata yang agung. Guru yang suci bersih cemerlang yang menjiwai alam semesta.

2. Guru Rupaka

Guru Rupaka mewakili rasa hormat dari anak terhadap orang tua yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkannya dengan layak. Ajaran ini terdapat dalam Kitab Sarasamuscaya dan Kitab Pustaka Slokantara. Dalam Kitab Sarasamuscaya terdapat sloka yang berbunyi,

"Orang yang setia dan hormat kepada orang tua, sehingga membuat orang tua menjadi senang dan bahagia, maka anak yang demikian akan memperoleh kemasyhuran dan keselamatan pada kehidupannya sekarang dan kelak di kemudian hari.”

3. Guru Pengajian

Nilai Catur Guru ini mewujudkan kewajiban seorang siswa terhadap gurunya dalam proses aguron-guron 'belajar-mengajar'. Ajaran ini terdapat dalam Kitab Nitisastra yang berbunyi:

"Janganlah sekali-kali mencela guru, perbuatan itu akan dapat mendatangkan kecelakaan bagimu. Jika kamu mencela buku-buku suci, maka kamu akan mendapatkan siksaan dan neraka, jikalau kamu mencela guru maka kamu akan menemui ajalmu, ibarat piring yang jatuh hancur di batu."

4. Guru Wisesa

Guru Wisesa merupakan perwujudan rasa hormat rakyat kepada pemimpin atau pemerintahan yang berkuasa. Ajaran ini terdapat dalam Kitab Ramayana Sargah XXIV Sloka 61. Ajaran ini menegaskan bahwa seorang pemimpin memiliki kewajiban dan wibawa untuk menjadi pelindung negara. Namun, jika ia lari dari medan perang, nistalah pemimpin tersebut.

Ajaran ini menekankan pada kewajiban seorang pemimpin kepada rakyatnya untuk melindungi dan mengayomi. Di sisi lain, bentuk penghormatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah mematuhi segala peraturan (hukum dan undang-undang) yang ditetapkan.

Orang-orang yang termasuk dalam kategori Guru Wisesa bisa dimulai dari pemimpin skala kecil di sebuah daerah. Mulai dari ketua RT; ketua RW, dukuh, dan lurah; serta dalam lingkup lebih seperti negara yang dipimpin presiden, perdana menteri, ataupun raja.

Baca juga artikel terkait AGAMA HINDU atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Fadli Nasrudin