tirto.id - Perempuan baru melahirkan biasanya mengalami sindrom baby blues.
Sindrom tersebut biasanya membuat emosi sang ibu naik-turun dengan sangat drastis. Oleh karenanya, penting untuk mengenali gejala dan penyebab baby blues.
Sindrom baby blues adalah perasaan sedih, cemas, dan perubahaan mood yang dialami oleh ibu yang baru melahirkan.
Pada umumnya, gejala sindrom tersebut mulai terasa sejak 2 hari pasca-melahirkan, dan akan terus berlanjut hingga 14 hari kemudian.
Baby blues merupakan kondisi pasca-melahirkan yang normal terjadi, sehingga para ibu baru tidak perlu terlalu khawatir.
Berdasarkan laporan March of Dimes, 4 dari 5 atau 80 persen perempuan yang baru melahirkan pasti mengalami baby blues.
Namun, apabila kecemasan dan kesedihan tersebut tak kunjung mereda atau bahkan bertambah parah hingga lebih dari dua pekan, sang ibu diharapkan menghubungi layanan kesehatan terdekat.
Bisa jadi itu merupakan awal terjadinya postpartum depression, gejala depresi yang lebih berat daripada baby blues.
Meskipun umum terjadi pada seorang ibu, tidak menutup kemungkinan sindrom baby blues juga dialami oleh pasangan pria.
Saat bayinya baru lahir, tubuh pasangan pria dapat mengalami penurunan kadar testosteron dan diiringi dengan peningkatan jumlah hormon estrogen.
Hormon lain yang menyebabkan depresi seperti kortisol, vasopresin, dan prolaktin, juga berpeluang meningkat pada saat yang sama.
Gejala Baby Blues
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut ini beberapa gejala baby blues yang bisa dikenali.
Mengetahui gejala-gejala sindrom tersebut dapat bermanfaat sebagai gambaran untuk mencari cara mengatasinya.
- Menarik diri dari hubungan sosial dan ingin menyendiri;
- Merasa marah, murung, rewel, atau cemas;
- Kehilangan minat pada pekerjaan atau hobi favorit, atau memilih untuk bekerja lebih banyak;
- Menjadi putus asa atau kewalahan;
- Sulit membuat keputusan;
- Kurang tidur sehingga menyebabkan kelelahan;
- Sulit tidur (insomnia);
- Merasa cemas;
- Merasa tidak dekat dengan sang buah hati.
Penyebab Baby Blues
Pada umumnya, sindrom baby blues disebabkan oleh perubahan hormon. Setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron secara otomatis bakal berkurang.
Berkurangnya jumlah hormon-hormon itu membuat tubuh lebih cepat lelah dan emosi tertekan. Dari situlah awal mula timbulnya kecemasan dan kesedihan.
Untuk mengurangi gejala-gejala baby blues, sang ibu diharapkan untuk tetap makan teratur dan tidur yang cukup. Jika tidak, kecemasan dan kesedihan yang dialami pasca-melahirkan berpotensi bertambah parah.
Faktor eksternal juga bisa menjadi penyebab lain terjadinya baby blues. Sang ibu mungkin gugup merawat bayi sebab itu merupakan pengalaman pertama.
Di sisi lain, perasaan khawatir tentang perubahan hidup setelah adanya bayi juga bisa memengaruhi timbulnya sindrom baby blues.
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Dhita Koesno