tirto.id - Kebudayaan yang terdapat di lingkup masyarakat cenderung mengalami perubahan. Sifatnya yang dinamis atau berubah-ubah itu juga dikenal sebagai dinamika kebudayaan.
Salah satu hal yang dapat memengaruhi dinamika kebudayaan adalah peristiwa difusi. Dalam modul "Antropologi SMA" yang dimaksud dengan difusi adalah peristiwa penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
Peristiwa difusi memungkinkan suatu kebudayaan masyarakat menyerap temuan-temuan baru dari masyarakat lainnya. Temuan-temuan tersebut kemudian diterima dan disebarkan secara luas ke masyarakat lainnya.
Penyebaran kebudayaan bisa terjadi dari dalam masyarakat itu sendiri (difusi intra masyarakat) maupun dari luar masyarakat (difusi antar masyarakat).
Difusi kebudayaan dapat dilakukan dalam tiga cara, mulai dari simbiotik, penetrasi damai, hingga penetrasi paksa. Ketiga cara tersebut memengaruhi bagaimana suatu kebudayaan dapat diterima oleh masyarakat.
Proses difusi yang lancar dapat berdampak positif bagi masyarakat, salah satunya memperkaya kebudayaan suatu masyarakat. Namun, dalam proses difusi yang dilakukan dengan paksaan dapat menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli suatu masyarakat.
Berikut macam-macam cara difusi atau penyebaran kebudayaan.
Simbiotik (symbiotic)
Simbiotik artinya peristiwa pertemuan individu dari masyarakat bertemu dengan individu dari masyarakat lain, namun tidak mengubah bentuk kebudayaannya masing-masing.
Peristiwa ini memungkinkan masyarakat saling bertemu dan hidup secara berdampingan dengan dua unsur kebudayaan yang berbeda.
Siany dan Atik dalam "Khazanah Antropologi 1" mencontohkan hubungan antara suku pelangang Kongo, Togo, dan Kamerun yang merupakan suku bangsa negrito di Afrika.
Mereka saling berhubungan, namun hanya sebatas perdagangan dan tidak mengubah kebudayaan masing-masing suku.
Penetrasi damai (penetration pasifigue)
Cara difusi budaya lainnya adalah dengan penetrasi damai atau pasifigue penetration. Cara ini merupakan proses di mana kebudayaan dari suatu masyarakat masuk ke masyarakat lainnya tanpa disertai paksaan.
Kebudayaan baru bisa diterima oleh masyarakat apabila kebudayaan tersebut dianggap baik oleh masyarakat setempat. Contoh difusi dengan cara penetrasi damai adalah masuknya agama Hindu-Buddha dan Islam ke Indonesia.
Penetrasi paksa (penetration violence)
Sebaliknya, ada pula penetrasi yang dilakukan secara paksa. Difusi budaya dengan cara paksaan disebut dengan istilah penetration violence. Cara ini membiarkan kebudayaan suatu masyarakat masuk dengan penjajahan atau peperangan.
Penetrasi paksa dianggap dapat merusak kebudayaan masyarakat penerima dan menyebabkan goncangan sosial. Hal ini berujung pada hilangnya kebudayaan asli suatu masyarakat.
Menurut Idrijati Soerjasih, dalam "Antropologi SMA" difusi dengan penetrasi paksa pernah terjadi selama masa Perang Dunia II, salah satunya di Jepang.
Sebelum kalah dalam perang, Jepang merupakan negara agraris. Namun, setelah berhasil dikalahkan oleh Amerika Serikat, Jepang menjadi negara industri.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo