Menuju konten utama

Mengecek Menu Jemaah Haji, Bagaimana Kalau Ada yang Basi?

Apabila ada makanan basi, katering akan diminta menyediakan makanan pengganti sementara seperti roti, sembari harus menyiapkan menu pengganti bagi jemaah.  

Mengecek Menu Jemaah Haji, Bagaimana Kalau Ada yang Basi?
Petugas kesehatan membantu menyuapi seorang calon haji Indonesia saat kegiatan jemput bola Poli Risti (risiko tinggi) Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah di klinik kesehatan Sektor 9, Misfalah, Makkah, Rabu (29/5/2024). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

tirto.id - Menu makanan jemaah haji menjadi salah satu prioritas layanan petugas haji. Tiga kali sehari menu harus dicek sebelum didistribusikan. Sampel menu biasanya dikirim jasa katering ke petugas layanan konsumsi di kantor Daker Makkah.

Konsultan dan Pengawas Katering Jemaah, Irfansyah, mengatakan sampel makanan juga diberikan kepada petugas konsumsi di masing-masing sektor saat makanan didistribusikan, sehingga petugas bisa mengecek sebelum makanan dibagikan jemaah.

Ia menjelaskan, petugas mengecek cakupan gizi makanan; mulai dari kandungan karbohidrat, protein nabati, dan protein hewani. Selain itu, petugas juga menghitung gramasi masing-masing cakupan tersebut, termasuk rasanya.

"Dari visual atau dari mata, kita lihat tekstur nasi, kemudian dari aroma, ada yang basi atau tidak. Terakhir baru kita coba makanannya untuk meyakinkan bahwa menu katering aman dimakan jemaah," katanya, Selasa (4/6/2024).

Ia mencontohkan, gramasi nasi putih minimal 150 gram, protein hewani minimal 75 gram, protein nabati minimal 80 gram. Hari ini, misalnya, menu katering sudah sesuai dengan gramasi yang ditetapkan. Gramasi nasi lebih dari 200 gram, protein hewani 100 gram, dan tempe 80 gram.

"Jika ada yang tidak sesuai langsung hubungi seluruh hotel yang dilayani dapur tersebut. Kita minta menahan distribusi," ujar Irfan.

Kemudian, apabila ada makanan basi, pihak katering akan diminta menyediakan makanan pengganti sementara seperti roti, sembari mereka harus menyiapkan menu pengganti bagi jemaah.

Namun apabila petugas menemukan, misalnya, setelah dicoba ternyata bumbu dirasa pedas, Irfan menjelaskan, akan kontak hotel yang dilayani dapur tersebut agar berhati-hati dan memberitahukan bahwa terdapat menu yang pedas.

Selanjutnya, imbuh Irfan, petugas akan menghubungi pihak katering untuk menyesuaikan tingkat pedas agar jemaah tidak kepedasan.

Bagaimana dengan kudapan sayur? Ia menjelaskan, ketersediaan sayur di Saudi memang melimpah, misalnya wortel, buncis, dan kacang polong.

"Tapi kangkung atau bayam yang biasa dimakan warga kita itu tidak banyak tersedia," ujarnya.

Selain itu, sayur terutama yang ditumis lebih berisiko basi. Oleh karena itu, Irfan menyebut, ketersediaan buah di makan siang dan malam adalah untuk memenuhi kebutuhan serat jemaah.

Menu Makan Lansia

Di sela pembicaraan, Irfan tidak lupa mulai mengaduk dan mencoba bubur pada kotak menu lansia, memastikan apakah bubur cukup lembut bagi mereka.

Tahun ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji memang menyediakan menu bubur bagi lansia atau yang membutuhkan. Inisiatif tersebut berangkat dari banyaknya lansia yang menjadi jemaah haji dan seiring dengan tagline Haji Ramah Lansia.

"Dalam kontrak dengan pihak katering, disebutkan bahwa satu persen dari total jumlah jemaah terdapat menu makanan lansia," ujarnya.

Ia menjelaskan, dari satu kloter ada lima atau berapapun yang membutuhkan akan diakomodasi.

Pada masa-masa awal tinggal, imbuh Irfan, memang masih banyak lansia yang memilih makanan bubur. Namun kini mulai banyak lansia yang memilih nasi dibanding bubur.

Menurutnya, jika ingin mengubah makanan yang dipilih, misal dari bubur ke nasi, bisa menghubungi ketua kloter, nantinya ketua kloter akan menyampaikan ke petugas layanan konsumsi sektor, kemudian petugas akan menyampaikan ke katering setempat.

Baca juga artikel terkait HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Flash news
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Irfan Teguh Pribadi