Menuju konten utama

Menengok Bekas SMA JR Saragih yang Kini Menjadi TK dan SD

SMA itu sudah tak ada tapi yayasannya masih ada dan kini mengelola sebuah taman kanak-kanak

Menengok Bekas SMA JR Saragih yang Kini Menjadi TK dan SD
Bekas SMA Iklas Prasasti. tirto.id/Lalu Rahadian

tirto.id - Bupati Simalungun Jopinus Ramli (JR) Saragih mengaku menamatkan sekolah menangah atas di SMA Iklas Prasasti, Jakarta Pusat, pada 1990. Dari sekolah tersebut, JR Saragih mendapatkan ijazah dan surat tanda tamat belajar (STTB) yang kemudian digunakannyan maju dalam pemilihan gubernur Sumatra Utara 2018.

Saat verifikasi, Saragih dinyatakan tidak lolos lantaran berkas salinan legalisir Surat Tanda Tamat Belajar STTB SMA milik Saragih dinyatakan palsu oleh KPUD Sumatra Utara. Legalisir STTB dan ijazah itu sebelumnya sempat digunakan Saragih untuk mendaftarkan diri dalam perhelatan pilkada Simalungun pada 2010-2015 dan 2015-2020.

Saragih menggunakan legalisiran ijazah lantaran tempat belajarnya itu sudah lama tutup sekitar 1990-an silam. Tirto mencoba mendatangi bekas bangunan SMA Iklas Prasasti yang di Jalan Sumur Batu Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sebelum tutup, sekolah swasta itu menempati gedung SD 15 Harapan Mulia. Kini, bangunan bekas SMA itu kembali digunakan sebagai bangunan sekolah oleh SD Negeri 03 Sumur Batu. Sekolah ini berada tak jauh dari Jalan Sumur Batu Raya yang membentang hingga kawasan Sunter, Jakarta Utara. Letaknya ada di satu kompleks sekolah yang terdiri dari enam SD.

Saat Tirto mendatangi sekolah itu, aktivitas belajar mengajar masih berlangsung. Beberapa murid SD terlihat bermain di lapangan, dan sebagian telah pulang dijemput orangtua atau kerabatnya.

Berdasarkan penuturan warga setempat, SMA Iklas Prasasti dikenal sebagai sekolah "anak buangan" yang tak mendapat bangku sekolah negeri. SMA itu dulu diurus sebuah yayasan yang diketuai seseorang bernama Solihin. Solihin kini sudah meninggal.

“Enggak tahu dulu bubar kenapa. Dulu gedungnya di SD 15, kalau yang SMP Prasasti di SD 17 sama 18 Harapan Mulia," kata Kusyono (46), seorang warga Sumur Batu kepada Tirto, Senin (19/2/2018).

Menurut cerita Kusyono, SMA Iklas Prasasti memiliki ratusan murid. Ia menaksir jumlah satu angkatan mencapai 90-an siswa. Kusyono sendiri merupakan alumnus SMP Iklas Prasasti yang mengeyam bangku SMP dari 1985-1988. Kusyono mengaku tahu perkembangan Iklas Prasasti karena dirinya tinggal berdekatan dengan kawasan sekolah.

Saat ini, kata Kusyono, SMA itu sudah tak ada tapi yayasannya masih ada dan kini mengelola sebuah taman kanak-kanak (TK). TK itu menempati bekas bangunan SMA Iklas Prasasti dan dipimpin istri almarhum Solihin.

“Sekarang istrinya Ketua Yayasan yang mengelola TK. Dia masih aktif mengajar setiap hari, dipanggilnya Bu Uki,” ujarnya.

Keberadaan dan sejarah SMA Iklas Prasasti mendapat sorotan setelah JR Saragih bersama Ance Selian tidak lolos verifikasi Pilkada Sumatera Utara 2018. Pasangan yang diusung Demokrat dan PKB itu gagal di tahap verifikasi karena salinan legalisir ijazah JR Saragih diduga palsu.

JR Saragih dan pasangannya memilih menggugat keputusan KPU itu. Ia telah mendaftarkan pengajuan sengketa ke Bawaslu Sumatera Utara.

Setelah berkas dinyatakan lengkap, Bawaslu Sumut akan melakukan pembahasan selama 12 hari untuk menentukan keputusan. Jika proses sengketa memenangkan JR Saragih atas KPU, bupati dua periode Simalungun itu bisa ikut proses Pilgub Sumut.

Baca juga artikel terkait PILGUB SUMUT 2018 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih