Sekjen PPP Anggap Isu SARA Masih Terjadi di Pilkada 2018 Sumut

Arsul Sani mengatakan, isu SARA harus diperangi dan dihapus dari kehidupan sosial politik masyarakat.

Terbit 28 Jun 2018 14:12 WIB,

Waktu baca ±1 menit

Ilustrasi. Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah disaksikan pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus menyampaikan program pada Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut, di Medan, Sumatra Utara, Selasa (19/6/2018). ANTARA FOTO/Septianda Perdana

tirto.id - Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani memandang masih ada isu SARA yang digunakan dalam pilkada 2018. Salah satu daerah yang disebutnya masih dihiasi isu SARA dalam pelaksanaan pilkada adalah Sumatera Utara (Sumut).

Menurut Arsul, Sumut menjadi satu-satunya daerah di mana isu SARA masih kerap ditemukan selama Pilkada berlangsung. Ia pun meminta calon kepala daerah terpilih di sana memperbaiki kondisi tersebut.

"Jadi ini tentu harus jadi perhatian kita semua, termasuk katakanlah Pak Edy Rahmayadi dan Pak Ijek [Musa Rajekshah] agar keadaan ini diubah. Karena memang isu SARA ini harus kita perangi bersama supaya terhapus dari kehidupan sosial politik masyarakat," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Berdasarkan hasil hitung cepat berbagai lembaga survei, pilkada di Sumut dimenangkan kandidat Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Edy-Musa). Mereka unggul atas Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus yang diusung PDI Perjuangan dan PPP.

Arsul menganggap wajar kekalahan yang dialami Djarot dan Sihar di Sumut. Menurutnya, secara teoritis Edy-Musa lebih diunggulkan karena diusung lebih banyak parpol dibanding Djarot-Sihar.

Kemenangan Edy-Musa juga disebutnya terjadi karena masih maraknya isu SARA selama proses pilkada di Sumut.

"Meskipun itu dalam kenyataannya bukan faktor penentu utama. Faktor penentu itu lebih pada figur, [tapi] ketika semakin banyak partai yang mengusung maka struktur partai yang bekerja semakin banyak," ujar Arsul.