Menuju konten utama

Menebar Benih Toleransi di Hari Raya

Bagaimana gereja katolik merayakan toleransi.

Menebar Benih Toleransi di Hari Raya
Petugas keamanan berjaga di belakang pengumuman perubahan jam ibadah di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (23/6). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Minggu, 25 Juni 2017, umat Islam di seluruh Indonesia merayakan hari raya Idul Fitri. Sejak pagi jutaan muslim di berbagai tempat di Indonesia melaksanakan ibadah sholat Ied. Pada saat yang bersamaan, umat Katolik dan Kristen juga menjalankan ibadahnya. Bagaimana dua umat beragama ini merespons ibadah yang bersamaan?

Di Jakarta, pengurus Gereja Katedral mengubah jadwal misa yang biasanya dimulai pada pukul enam pagi menjadi pukul 10.00. Tidak hanya itu, pengurus juga membuka gerbang gereja agar halaman mereka bisa dimanfaatkan untuk lahan parkir. Tradisi ini tentu tidak dilakukan kali ini saja, tapi telah dilakukan sejak bertahun-tahun lalu.

Salah satu petugas keamanan Katedral, Adhi Purwanto, mengatakan, tradisi menyediakan lahan parkir memang rutin dilakukan. Sementara untuk penundaan jadwal misa jarang terjadi mengingat penyelenggaraan salat Ied tidak selalu di hari Minggu.

"Kebanyakan motor, kami prioritaskan, karena pasti lebih banyak. Untuk biaya parkirnya sukarela saja. Uangnya sebagian untuk kas gereja sebagian lagi dibagikan untuk petugas parkir dan keamanan," katanya yang dikutip via Antara.

Kepala Paroki Gereja Katredal Jakarta, Pastur Rudi Hartoko, mengatakan, Dewan Paroki Pengurus Harian Gereja sepakat tidak mengadakan misa Minggu pagi dan hanya dilaksanakan pada Minggu siang dan sore.

"Situasi agak khusus ini karena bersamaan pada hari Minggu. Kami memahami umat Muslim hanya ada satu waktu serentak untuk shalat Ied, sedangkan misa bisa menyesuaikan diri karena ada beberapa kali dalam hari Minggu," katanya.

Tidak hanya menyediakan parkir dan mengubah jadwal misa, umat Gereja Katedral Jakarta mengirimkan doa untuk umat Islam yang hari ini merayakan Lebaran. "Ya Bapak, hari ini saudara-saudara kami umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri," kata lektor dalam misa pukul 10.00 WIB di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu, seperti yang dikutip via Antara.

Dalam khutbahnya, Romo Mariono mengajak umat Kristiani untuk saling memaafkan, seperti halnya umat Islam yang bermaaf-maafan pada Hari Raya Idul Fitri. "Pada hari ini saudara-saudara kita yang Muslim saling memaafkan satu sama lain. Kita pun diajak untuk memaafkan. Mereka mau membangun kembali relasi yang mungkin terganggu menjadi relasi yang lebih positif dan baik," katanya.

Tidak Hanya di Jakarta

Tidak hanya Gereja Katedral Jakarta, Gereja Katolik Maria Ratu Para Rasul Pamekasan, di Jawa Timur juga menyediakan arena parkir khusus bagi kendaraan umat Islam di halaman gereja itu, yang hendak menunaikan salat Idul Fitri, di Mesjid Agung As-Syuhada Pamekasan.

Lokasi Gereja dan Masjid yang berdekatan memang membuat kedua umat ini mesti mengalah untuk bisa melaksanakan ibadah. Dalam pengumuman yang dipasang di pintu gereja, pengurus gereja Katolik mempersilahkan umat Islam untuk menggunakan halaman gereja mereka sebagai tempat parkir.

Menurut Pastur Damianus Fadjar Soekarno, pastur paroki Gereja Maria Ratu Para Rasul itu, selain menyediakan parkir gratis bagi jemaah yang salat Ied di Mesjid As-Syuhada, mereka juga menunda pelaksanaan misa.

Ia menjelaskan, misa hari minggu merupakan misa rutin yang digelar, sedangkan salat Ied merupakan acara tahunan yang tidak terjadi tiap hari. "Maka demi menghormati umat Islam yang merayakan Idul Fitri, misa pada hari Minggu kami gelar pada sore hari saja," katanya seperti yang dikutip via Antara.

Tradisi ini juga memiliki sejarah yang panjang. Setiap hari raya Islam --Idul Fitri maupun Idul Adha-- umat Islam setempat menunaikan salat Ied di mesjid terbesar di Pamekasan itu, hingga ke depan gereja. Adapun jumlah umat yang sholat Ied kali ini diperkirakan lebih dari 5.000 orang.

Di Jember Gereja Katolik Santo Yusup juga mengubah jadwal misa untuk menghormati umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied di Masjid Jami Al Baitul Amin. Dekatnya jarak antara Gereja Santo Yusup dengan Masjid Al Baitul Amin membuat pihak gereja mempertimbangan perubahan jadwal misa, selain itu banyak kendaraan umat Muslim yang beribadah Salat Id diparkir di sekitar Gereja Santo Yusup.

"Kami sudah menyosialisasikan perubahan jadwal misa itu kepada jemaat dua pekan lalu karena Gereja Santo Yusup sangat menjaga toleransi dan kebersamaan untuk menghormati sesama dan agama lain," kata Ketua Musyawarah Antar-Gereja Ignatius Sumarwiadi, seperti yang dikutip via Antara.

"Silakan warga yang ingin menitipkan kendaraannya di halaman gereja karena kami akan menjaganya dengan senang hati, bahkan para pemuda gereja diminta untuk membantu bersih-bersih setelah pelaksanaan salat Ied di Masjid Baitul Amin," katanya.

Baca juga artikel terkait IDUL FITRI atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti