Menuju konten utama

Mendikbud Cerita Soal Pengalamannya Kena Bully Netizen

"Saya di-bully macam-macam. Dicaci maki. Saya kaget, semuanya seakan menjadi pakar pendidikan, dari penyanyi sampai pelawak," kata Muhadjir.

Mendikbud Cerita Soal Pengalamannya Kena Bully Netizen
Mendikbud Muhadjir Effendy. ANTARAFOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menceritakan pengalamannya saat menjadi korban bully para netizen terkait dengan ide program sekolah sehari penuh (full day school) yang dilontarkannya saat baru menjabat menjadi menteri.

"Saya di-bully macam-macam. Dicaci maki. Saya kaget, semuanya seakan menjadi pakar pendidikan, dari penyanyi sampai pelawak," kata Muhadjir di Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Terkait dengan sikap para netizen itu, Muhadjir menyayangkan karena tidak ada yang langsung mengklarifikasi ke dia. Namun demikian, kejadian itu membuat Muhadjir sadar dan harus melihat melibatkan banyak pihak dalam pendidikan.

Muhadjir mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga setuju terhadap programnya itu. "Presiden Jokowi sudah setuju, akan dilakukan reformasi sekolah mulai dari peranan kepala sekolah hingga jam mengajar guru,” kata dia.

Ia menambahkan, selama ini para guru hanya mengajar empat hingga enam jam dengan dua pergantian kelas dalam sehari. Sementara idealnya, menurut dia, adalah delapan jam.

"Ini soal mental guru, ini yang akan kita ubah karena dikhawatirkan nanti mengganggu rencana besar Pak Jokowi dalam revolusi mental," tegas dia.

Ketua Bidang Pendidikan Muhammadiyah itu menegaskan bahwa pihaknya ingin memperkuat pendidikan karakter di sekolah.

"Saya mencoba menerapkan apa yang tertuang dalam Nawa Cita mengenai pendidikan karakter. Kami menetapkan 70 persen materi dari pendidikan dasar itu adalah pendidkan karakter. Hanya 30 persen saja pengetahuan," lanjut dia.

Menurut laporan Antara, hingga 2016, Program Penguatan Pendidikan Karakter telah diterapkan di 542 sekolah yang tersebar di 34 provinsi.

Program itu meliputi penguatan lima nilai utama karakter, yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas pada tiga kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler akan ajang praktik penerapannya di sekolah percontohan.

Kementerian menargetkan sampai 2020 seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkan program pendidikan karakter.

Baca juga artikel terkait FULL DAY SCHOOL atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto