tirto.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyoroti naiknya harga gula di pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Menurut dia, kenaikan harga gula disebabkan oleh ditutupnya impor dari India karena adanya pemilu yang diadakan dari negara tersebut.
"Kalau gandum tidak, karena dari barat. Tapi gula ini India. Di India ini Pemilu Mei, jadi semua produk-produknya termasuk beras, dia tidak boleh ekspor agar dalam negerinya tidak ada inflasi," ujar Zulhas di Pasar Johar Baru, Jakarta, Senin (4/12/2023).
Dengan dilarangnya ekspor oleh India akibat pemilu, maka pasokan bahan pokok baik gula dan beras ke beberapa negara akan terganggu. Dengan demikian, kenaikan harga gula tidak dapat terbendung.
"Ya kalau harga gula memang karena impor kan naik, bahkan di India itu dilarang, gula dan beras dilarang (di India) ya itu akan berpengaruh. Jadi, kalau harga gula memang kita kan mendatangkan dari luar negeri," ungkap Zulhas.
Sementara itu, salah satu pedagang gula Kartini (58) mengaku, kenaikan harga gula saat ini membuatnya kesulitan. Kenaikan harga gula menurut Kartini berimbas kepada yang lainnya.
"Gula tinggi ini berdampak ke kopi-kopi dan segala-galanya akhirnya kami juga agak turun. Banyak banget karena kan kalau gula imbasnya ke semuanya nggak dihitung. Tiap hari bersyukur saja cukup," kata Kartini.
Menurut Kartini, harga gula kristal produksi PT Gunung Madu Plantations (GMP) untuk satu karungnya dipatok Rp800 ribu. Kenaikan harga tersebut, kata Kartini, sudah berlangsung selama dua bulan.
"Gula naik tinggilah sekarang GMP kemasan itu hampir Rp800 ribu sekarung, kalau sekilonya modalnya saja Rp16ribu. Pantas tidak ini mahal banget. Tinggi sudah lama ya sebulan dua bulan ini," jelas Kartini.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang