tirto.id - Pernyataan Joko Widodo soal bipang ambawang asal Kalimantan memicu perbincangan di sosial media. Bipang ambawang adalah merek dagang dan usaha kuliner olahan babi, telah terdaftar pada 26 Agustus 2020.
Jokowi awalnya mengatakan pemerintah melarang mudik, dan bagi mereka yang rindu makanan khas daerah masing-masing dapat membeli secara online.
"Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomai Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan, dan lain-lainnya, tinggal pesan," katanya.
Lewat Twitter, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengatakan Jokowi tidak bermaksud mempromosikan bipang produk babi, yang haram dimakan oleh orang Islam yang sebentar lagi merayakan Lebaran, tapi jipang yang adalah kue dari beras.
Tapi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan beda lagi. Menurutnya "kita harus melihat dalam konteks secara keseluruhan." Ia menjelaskan bahwa pernyataan Jokowi itu disampaikan dalam rangka peringatan Hari Bangga Buatan Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan.
"Pernyataan Bapak Presiden ada dalam video mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan membeli produk lokal," ujar Lutfi melalui keterangan video yang diunggah di Jakarta, Sabtu (8/5/2021), mengutip Antara.
"Kuliner khas daerah yang disebut Bapak Presiden dalam video tersebut adalah untuk mempromosikan kuliner nusantara yang memang sangat beragam. Tentu kuliner tersebut dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat yang beragam pula," ujar Lutfi.
Secara tidak langsung ia membantah Fadjroel yang mengatakan Jokowi tidak merujuk pada produk olahan babi.
"Mari kita bangga dan promosikan kuliner nusantara yang beragam, sehingga bisa menggerakkan ekonomi terutama UMKM," katanya.
Meski begitu Luthfi selaku penanggung jawab acara Hari Bangga Buatan Indonesia tetap meminta maaf jika pernyataan Jokowi menyebabkan kesalahpahaman.
"Kami memastikan tidak ada maksud apa pun dari pernyataan Bapak Presiden, kami meminta maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin kita semua bangga dengan produk dalam negeri termasuk kuliner khas daerah, serta menghargai keberagaman bangsa kita," katanya.
Editor: Rio Apinino