Menuju konten utama

Menangkal Uring-Uringan Sesudah Libur Lebaran

Akhir pekan ini bisa jadi hari-hari yang diharapkan sebagian orang tak akan berakhir. Liburan sebentar lagi usai dan rutinitas kerja telah menanti di depan mata.

Menangkal Uring-Uringan Sesudah Libur Lebaran
Ilustrasi: pemudik tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (28/6). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - "No man needs a vacation so much as the man who has just had one,kata penulis Elbert Hubbard.

Menjalani waktu bersenang-senang dan lepas dari kewajiban kantor memang kerap bikin orang terlena. Momen bersama keluarga, teman-teman, atau berada di tempat asing yang menyuguhkan pengalaman baru dirasa kontras dengan aktivitas sehari-hari yang bikin jenuh. Mereka kembali memasuki hari Senin, menyambut hari kerja usai liburan panjang, termasuk sesudah merayakan libur Lebaran.

Kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, kecenderungan merasa lelah dan ingin terus tidur atau justru susah beristirahat, nafsu makan dan bobot tubuh yang berubah adalah beberapa gejala yang mungkin timbul ketika seseorang beranjak dari masa liburan ke hari-hari kerja. Kondisi ini dikenal sebagai post holiday blues atau post holiday depression.

Lazimnya, keadaan depresi atau cemas macam ini hanya berlangsung sementara. Alih-alih sebagai gangguan mental, post holiday blues lebih dilihat sebagai tekanan mental. Pasalnya, post holiday blues cenderung berdampak lebih kecil dibanding gangguan mental. Jika hal ini terus dialami dalam jangka panjang, barulah seseorang perlu mencari bantuan profesional.

Dalam situs Psych Central disebutkan beberapa penyebab seseorang mengalami post holiday blues. Termasuk ekspektasi tak terpenuhi, resolusi tidak realistis, kenyataan bahwa seseorang harus kembali ke kesendiriannya, serta rasa bersalah lantaran banyak pengeluaran. Perasaan senang berlebih tak jarang membikin seseorang kalap dan menghabiskan isi dompet saat liburan. Begitu menerima tagihan-tagihan bulanan, ia cuma bisa merengut dan menyesali pilihan-pilihannya ketika berlibur. Inilah yang bisa memicu penyesalan dan uring-uringan setelah kembali menjalani rutinitas.

Post holiday blues menimbulkan ‘let down effect’, ujar Marc Schoen Ph.D. dalam situs Psychology Today. Efek macam ini menurut Schoen menggambarkan situasi saat energi atau level aktivasi tinggi dalam tubuh seseorang tiba-tiba merosot. Ini macam mobil yang melaju pesat lantas direm seketika.

Schoen, asisten profesor klinis dari UCLA School of Medicine, mengatakan bahwa hasil dari let down effect adalah menurunnya sistem imun sehingga membuat badan rentan terserang penyakit. Argumen Schoen ini mengafirmasi pemikiran bahwa mental dan tubuh saling terkait. Ketika kondisi mental melemah akibat depresi atau kekecewaan, kondisi tubuh pun turut berubah.

Sama halnya dengan keadaan depresi lain, post holiday blues bisa ditangani dengan sejumlah strategi. Semakin seseorang merasa menjalani pekerjaan kembali adalah sebuah mimpi buruk dan ingin ditolak, semakin besar kemungkinannya uring-uringan. Oleh karena itu, ia perlu menyadari dan menerima bahwa hal yang dihadapinya adalah sesuatu yang normal dan tak mesti ditakuti.

Infografik Uring uringan setelah Liburan

Peneliti dari University of Granada menyarankan orang-orang yang hendak menjalani rutinitas sesudah liburan untuk tidak langsung bekerja. Dibutuhkan proses adaptasi kembali ketika mereka beralih dari situasi menyenangkan ke aktivitas sehari-hari yang kadang terasa membosankan. Maka, pulang sehari sebelum bekerja bukanlah pilihan yang baik jika orang-orang ingin menjalani rutinitas dengan kondisi mental dan tubuh yang optimal.

Meluangkan waktu memanjakan diri sendiri setelah sampai di rumah dapat memompa energi untuk kembali bekerja. Pergi ke tempat pijat atau berelaksasi di tempat-tempat tenang bisa menjadi pilihan yang tepat. Selain itu, memelihara kesehatan dengan kembali berolahraga dan meminum cukup air putih juga membantu mengentaskan post holiday blues. Satu lagi, mendongkrak energi dengan banyak mengonsumsi kafein atau stimulan lain setelah mengalami jet lag atau kelelahan.

Sekalipun masa liburan telah berakhir, perasaan-sesudah-liburan tak ikutan selesai. Aneka memori tentang liburan dapat menjadi pemompa suasana hati. Memajang foto bersama teman atau keluarga, menyetel lagu-lagu yang diputar saat liburan, atau menuliskan pengalaman perjalanan bisa jadi pengingat bahwa seseorang pernah melewati masa-masa menyenangkan.

Cara lain untuk mengurangi post holiday blues adalah merencanakan liburan berikutnya. Membuat target-target perjalanan bisa mendatangkan kesenangan tersendiri bagi seseorang. Kembali menjalani realitas bukan berarti seseorang tak boleh bermimpi melewati hari-hari indah berlibur di kemudian hari. Justru dengan menghadiahi diri sendiri setelah menyelesaikan sejumlah rutinitas kerja, seseorang dapat lebih terpacu menjalani aktivitas harian dan segera beranjak dari post holiday blues.

Upaya-upaya itu bisa membantu Anda untuk menyetel suasana hati kembali naik. Saat itulah semangat untuk bekerja kembali datang.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2017 atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Fahri Salam