tirto.id - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) resmi melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat kemarin dengan kode saham PGEO. Dengan melepas sebanyak 10,35 miliar saham baru atau 25 persen pada harga Rp875 per saham, PGEO meraih dana segar sebesar Rp9,056 triliun.
"Pelepasan saham perdana atau IPO untuk mendukung rencana PGEO mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang," kata Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Ahmad Yuniarto di Bursa Efek Indonesia
Dia menuturkan PGEO menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGEO untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif berharap agar PGE berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia.
Dalam sambutannya, Arifin berharap agar PGE berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia.
"Kita sangat memerlukan para pelaku usaha di bidang EBT. Kalau dibilang kapasitasnya PGE cuma 680 megawatt (MW), saya bilang ini cuma, tapi kesempatannya masih ada puluhan gigawatt yang ada di dalam negeri," kata Arifin.
Arifin mengatakan, industri di tanah Air sangat membutuhkan energi bersih agar mampu bersaing di pasar internasional. Dengan demikian, ia meminta agar PGE ini tidak hanya melihat energi bersih panas bumi saja, akan tetapi bisa memanfaatkan energi bersih lainnya.
"Tahun 2060 Indonesia diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 500 gigawatt semuanya EBT, 50 persennya antara lain dari matahari, kemudian air, angin, dan panas bumi. Jadikanlah semua ini sebagai modal dasar geothermal pekerjaannya rumit, tapi kalau sudah bisa mengerjakan yang rumit, yang lainnya enggak rumit lagi," kata dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat