tirto.id - Restoran cepat saji McDonald's India terancam diboikot karena menyediakan makanan bersertifikat halal.
Seruan boikot McDonald's ini diprakarsai oleh kelompok Hindu sayap kanan melalui gerakan di media sosial Twitter.
Melalui Twitter pula, McDonald's sebelumnya menyatakan bahwa semua produk yang dijual di gerainya bersertifikat halal.
"Semua [produk] di restoran kami memiliki sertifikat HALAL. Anda dapat menanyakan kepada manager restoran sertifikatnya untuk kepuasaan dan konfirmasi anda," tulis McDonlad's dalam akun Twitter resminya.
Cuitan tersebut justru mengundang amarah banyak orang di Twitter melalui tanda pagar (tagar) #BoycottMcDonalds.
Dilansir dari Aljazeera, sebanyak 80 persen masyarakat India yang berjumlah 1,3 miliar jiwa adalah pemeluk agama Hindu.
McDonald's di India tidak menjual produk dari daging sapi maupun babi, namun hanya ayam dan ikan saja, serta beberapa menu vegetarian sebagai alternatif. Hal tersebut diduga menjadi pemicu kemarahan warga di India.
Sedangkan kata "halal" sendiri, yang juga ditampilkan dalam tulisan dan Bahasa Arab merujuk pada daging atau produk hewani yang disiapkan berdasarkan hukum Islam.
Sertifikat halal mengindikasikan bahwa produk daging tersebut diolah berdasarkan tradisi Muslim.
Salah seorang pengguna Twitter menulis, "Ini adalah pelecehan disengaja dan terang-terangan terhadap kepercayaan Hindu. [Agama penduduk] India 80% Hindu, 4% Jain, Sikhs dan Budha. Namun, McDonald's mengkhianati 84% populasi ini untuk memuaskan 14% Muslim."
"Ini waktunya seluruh orang beragama di India #BoycottMcDonalds," tambahnya.
McDonald's disebut tidak peka dengan keadaan sosial karena tidak menerapkan metode Hindu dalam membunuh binatang konsumsi, seperti Jhatka, yaitu menebas kepala hewan dalam satu pukulan.
Vishnu Gupta, presiden nasional Hindu Sena, kelompok Hindu sayap kanan mengatakan bahwa McDonald's mengabaikan sensitivitas masyarakat Hindu.
"McDonlad's tidak bisa memaksa daging halal kepada masyarakat Hindu secara luas yang mengonsumsi jhatka," katanya.
"Sensitivitas mereka tidak nboleh diabaikan. Jika McDonald's melayani sensitivitas satu kelompok, kenapa tidak melayani kelompok yang lain?" tandasnya.
Gupta menambahkan, jika McDonalds tidak mengubah aturannya tersebut, dan menyajikan makanan halal dan jhatka di seluruh gerainya di India, maka orang-orangnya siap turun ke jalan memrotes jaringan restoran cepat saji tersebut.
Namun, tidak semua orang Hindu di India terganggu dengan label halal tersebut.
"Sebagai non-Muslim, saya membentuk persepsi acuh tentang darimana ayam saya berasal. Saya lebih tertarik dengan proses penyajian, kemasan, kandungan nutrisi, dan karsinogen di dalamnya," kata Sushmita, seorang peneliti di New Delhi, sebagaimana dikutipTMSS Magazine.
Sebagian lainnya menganggap kapanye ini tidak lebih dari upaya prasangka dan fanatik terhadap umat Muslim, seperti yang disampaikan oleh Nishita Sood, seorang warga New Delhi.
"Seluruh negeri mengalami hal ini. Mereka membuat masalah dari yang-bukan-masalah karena kebencian mereka," ujarnya.
McDonald's bukanlah perusahaan pertama yang didemo oleh masyarakat mengenai sertifikat halalnya.
IndiGo, maskapai penerbangan low-fare juga mengalami tuntutan online karena menyajikan makanan bersertifikat halal dalam penerbangannya.
Bulan lalu, seorang pelanggan Zomato, aplikasi penyedia jasa antar makanan online di India, menolak menerima makanan yang diantarkan oleh seorang driver Muslim.
BBC melaporkan, langkah pelanggan tersebut kemudian ditanggapi dengan bijak oleh pihak Zomato, yang menulis lewat akun Twitternya, "Makanan tidak beragama. Ini yang agama," membalas sebuah pesan dari pelanggan tersebut.
"Baru saja membatalkan pesanan dari @ZomatoIN yang menempatkan driver non Hindu untuk mengantar makananku. Mereka bilang mereka tidak bisa mengubah driver dan tidak mengganti rugi pembatalan. Kubilang kalian tidak bisa paksa saya untuk menerima pesanan yang saya gak mau terima, gausah diganti rugi, batal saja," katanya.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo