tirto.id - UEFA resmi memilih Antonio Mateu Lahoz sebagai wasit pertandingan leg pertama semifinal Liga Champions antara Tottenham Hotspur vs Ajax di Tottenham Hotspur Stadium, Rabu, 1 Mei 2019 dini hari.
Bagi Tottenham, Lahoz bukan orang baru. Berdasarkan data transfermarkt, kub berjuluk The Lilywhites itu sudah pernah empat kali dipimpin Lahoz dalam suatu pertandingan. Tiga dari empat pertandingan tersebut berakhir kemenangan. Sebaliknya, Ajax belum pernah sekali pun bersua Lahoz dalam sebuah laga sepak bola resmi.
Lahoz berasal dari Spanyol dan lebih kerap bertugas memimpin pertandingan La Liga, sementara Ajax berasal dari Belanda dan Tottenham dari Inggris. Nyaris tidak ada premis yang bisa bikin Lahoz memihak ke salah satu tim. Maka, keputusan UEFA menjatuhkan pilihan pada Lahoz bisa dimaklumi.
Namun, hal itu tidak serta merta membuat Ajax atau Spurs bisa bernapas lega. Soalnya, Lahoz bukan wasit sembarangan. Di Spanyol dia punya segudang riwayat kontroversial. Media-media di Negeri Matador bahkan kerap menjuluki Lahoz sebagai 'wasit paling unik di Spanyol'.
"Dia suka tampil beda dan kerap mendramatisir sesuatu, menyentuh dan berdialog dengan pemain seperti punya hubungan khusus. Itu membuat dialog yang seharusnya bisa dimaklumi justru terkesan personal dan memuakkan," tulis kolumnis sepak bola Spanyol, Alfredo Relando dalam artikelnya di AS.
Relando juga mengatakan: "pada dasarnya, seperti kebanyakan orang, saya tidak suka cara kerja Mateu Lahoz, dia memimpin dengan gaya sepak bola Inggris."
Permisif dan Cari Perhatian
Apa yang dimaksud Relando dengan 'gaya sepak bola Inggris' adalah cara Lahoz memandang sebuah benturan antarpemain. Dia kerap membiarkan insiden atau tekel keras (bersikap permisif atas pelanggaran) dengan alasan play-on.
Sayangnya, dalam penerapan cara tersebut, Lahoz kerap kebablasan. Dampaknya, insiden jadi berlarut-larut dan tak jarang menimbulkan drama berkepanjangan antara dua kesebelasan yang sedang tampil. Langkah ini juga terkesan tidak memihak pada keselamatan pemain serta nilai-nilai fairplay di atas lapangan.
Pandangan itu turut diamini oleh mantan pemain Almeria, Fernando Soriano. Pernah beberapa kali menjalani pertandingan yang dipimpin Lahoz, Soriano tidak menampik stigma kalau Lahoz adalah wasit yang sering menimbulkan drama di atas lapangan.
"Dia begitu berbeda dari wasit di Spanyol kebanyakan, sehingga sebagai pemain Anda pun perlu mempersiapkan diri dengan cara berbeda," tandasnya.
Bukan di dalam lapangan saja Lahoz mencuri perhatian. Di luar lapangan, dia adalah wasit yang paling menonjol di antara wasit-wasit Spanyol lain. Dia kerap menulis kolom di surat kabar. Sikap ngeksis Lahoz juga dipertegas dengan hobinya menampakkan diri di layar televisi. Pria berumur 42 tahun itu setiap musim tidak pernah absen jadi bintang dalam program olah raga El Dia Despues.
Disukai Mou, Dibenci Barcelona
Fakta bahwa dirinya lahir di Algimia d'Alfara, Valencia, membuat Lahoz secara otomatis diarahkan memimpin pertandingan-pertandingan di luar kota kelahirannya. Takdir itu pula yang membuat dia tercatat pernah memimpin sejumlah laga besar, mulai dari derbi Madrid sampai El Clasico.
Bahkan menurut data transfermarkt, sepanjang kariernya, tiga klub Spanyol yang paling banyak dipimpin Lahoz dalam sebuah pertandingan resmi adalah Atletico Madrid (39 kali), Real Madrid (36 kali), dan Barcelona (35 kali).
Rekam jejak itu membuat Lahoz kerap dapat komentar dari para pelatih tenar dan hal tersebut membikin namanya kian banyak dikenal. Eks pelatih Real Madrid, Jose Mourinho sempat memuji Lahoz setinggi langit.
"Saya ingin melihat Lahoz memimpin lebih banyak pertandingan. Mungkin dia kadang membuat kesalahan, tapi dia adalah wasit yang hebat dan memiliki filosofi yang saya sukai, dia punya lebih banyak rekam jejak bagus ketimbang yang buruk," ujar Mou setelah timnya menang 0-1 atas Espanyol, 13 Februari 2011.
Namun, berlawanan dari Mou, sebagian besar pelatih justru membenci Lahoz sampai ubun-ubun.
Tiga tahun sejak mendapat pujian dari Mourinho, Lahoz pernah menganulir sebuah gol yang dicetak Lionel Messi dalam laga Barcelona vs Atletico Madrid dengan dalih offside. Padahal, dalam rekaman ulang gol tersebut tidak layak dikatakan offside. Ironisnya, keputusan itu berperan penting membikin Barca gagal merengkuh trofi Liga Spanyol musim 2013-2014.
Lahoz juga dicap merugikan Barcelona dalam ajang Copa Del Rey pada musim yang sama. Dia mengesahkan gol Angel Di Maria saat partai puncak (Barcelona vs Real Madrid) yang terindikasi offside. Keputusan itu turut menentukan skor 1-2 yang membuat kans gelar Barca lagi-lagi melayang.
Konflik batin antara Barca dan Lahoz bahkan berlanjut sampai musim lalu. Dalam sebuah pertandingan melawan Las Palmas, Maret 2018, Blaugrana dirugikan karena lawan diberi penalti kontroversial. Selain itu, di laga yang sama, Lahoz juga enggan meniup peluit ketika kiper Las Palmas memegang bola di luar kotak penalti.
"Penalti itu menyakiti kami, dan ketidakadilan yang tak kasat mata, saya masih tak paham alasan di balik keputusan itu. Dan aksi [Lahoz] membiarkan handsball kiper lawan di luar kotak penalti, sangat aneh," ujar pelatih Barca, Ernesto Valverde setelah laga.
Sampai ke Level Eropa
Kontroversi Lahoz belakangan mulai merambat ke kompetisi level Eropa. Dan uniknya, hal tersebut turut melibatkan eks pelatih Barcelona yang kini menakhodai Manchester City, Pep Guardiola.
Musim lalu, saat memimpin laga perempat final antara City vs Liverpool di Stadion Etihad, Lahoz dinilai berat sebelah. Dia menganulir gol City yang menyebabkan mental para penggawa The Cityzens jatuh. Ujungnya, City kalah 1-2 dari Liverpool dan tersingkir dari kompetisi.
"Mateu Lahoz adalah orang spesial, dia suka menjadi berbeda, dia suka jadi spesial," sindir Guardiola setelah pertandingan.
Tak cuma kontroversinya, sikap permisif Lahoz juga terindikasi merembet ke Liga Champions. Menurut data transfermarkt, musim ini dia sudah memimpin lima pertandingan Liga Champions, namun baru mengeluarkan 13 kartu kuning dan belum sekali pun mengganjar seorang pemain dengan kartu merah.
Artinya, secara rasio, di Liga Champions musim ini Lahoz cuma menjatuhkan 2,6 kartu kuning per pertandingan.
Statistik itu seperti jadi penegasan atas komentar Jurnalis Tifo, Euan McTear yang menyebut kalau Mateu Lahoz bukan melulu wasit yang pro-Barca atau pro-Madrid. Bagi McTear, kontroversi yang bisa dihadirkan Lahoz sudah melebihi batas domestik sepak bola Spanyol.
“Bahkan meski seluruh penghuni Camp Nou marah kepadanya, Mateu Lahoz sebenarnya bukan pro-Barca atau anti-Barca, bukan pula pro-Madrid atau anti-Madrid. Mateu Lahoz adalah wasit yang pro-Mateu Lahoz, sesederhana itu,” pungkasnya.
Editor: Abdul Aziz