Menuju konten utama

Mantan Presiden Tunisia Ben Ali Meninggal Dunia di Arab Saudi

Mantan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali meninggal dunia saat berada dalam pengasingan di Arab Saudi, Kamis (19/9/2019) kemarin.

Mantan Presiden Tunisia Ben Ali Meninggal Dunia di Arab Saudi
Mantan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali melambai dari mobilnya ketika ia tiba di kampanye di Rades, di luar Tunis. Hassene Dridi/AP

tirto.id - Mantan Presiden Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali meninggal dunia dalam pengasingannya di Arab Saudi pada Kamis (19/9/2019) di usia ke-83, selang beberapa hari setelah pemilihan presiden di negaranya.

Aljazeera mewartakan, sebelumnya Ben Ali dirawat secara intensif di rumah sakit selama tiga bulan karena kanker prostat yang dideritanya.

Meninggalnya Ben Ali dikabarkan oleh pengacara keluarga, Mounir Ben Salha dan dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Tunisia.

Jasad Ben Ali dikirimkan ke Makkah dan dimakamkan pada Jumat (20/9/2019).

Pada Minggu (15/9/2019) lalu, warga Tunisia memilih pemimpin baru dalam dua putaran pemilihan umum. Hampir seluruh kandidat adalah pionir-pionir revolusi, seperti Abir Moussi.

"Tunisia telah pindah ke demokrasi dan ke sistem politik multi-partai, kematian Ben Ali menjadi semacam permulaan penting bagi otokrasi Tunisia," kata Leo Siebert dari Institute of Peace, Amerika Serikat.

Ben Ali memimpin Tunisia selama 23 tahun. Selama masa pemerintahannya, Tunisia stabil dan makmur secara ekonomi, namun pemerintahannya mendapat tekanan karena tidak ada kebebasan politik dan korupsi.

Pada 2011, warga Tunisia berdemo di jalan-jalan meminta kebebasan dari pemerintahan Ben Ali. Unjuk rasa tersebut dipicu oleh gerakan Arab Spring yang sedang terjadi di seluruh wilayah Arab, seperti dilansir BBC.

Separuh dari warga Tunisia kala itu menyaksikan presiden mereka dilengserkan dan konflik pecah setelah kejatuhan Ben Ali. Semenjak itu, Ben Ali terbang ke Arab Saudi hingga kematiannya Kamis lalu.

Pemerintahan Ben Ali membawa kemakmuran bagi Tunisia dan kestabilan, akan tetapi tidak ada kebebasan demokrasi bagi masyarakatnya.

Selama memimpin, Ben Ali memenangkan 99,9 persen pemilu berturut-turut, dan keluarganya dikenal sebagai mafia yang mendistribusikan hasil korupsi.

Kontrol ketatnya terhadap masyarakat didukung oleh jaringan mata-mata yang luas, informan dan polisi rahasia yang membuat pemerintahan Ben Ali tetap berkuasa.

Namun, kemarahan publik tidak terbendung dan akhirnya ia berhasil dilengserkan dari jabatannya.

Baca juga artikel terkait TUNISIA atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dhita Koesno