Menuju konten utama

Lonjakan Pemudik di Stasiun Senen Mencapai 26.000

Lonjakan penumpang kereta melalui Stasiun Senen Jakarta mengalami lonjakan hingga 26.000. Sedangkan pemudik dengan kendaraan pribadi yang akan melewati Nagreg diimbau menggunakan jalur alternatif guna menghindari kemacetan lalu lintas.

Lonjakan Pemudik di Stasiun Senen Mencapai 26.000
Calon pemudik menunggu keberangkatan kereta di depan pintu masuk pemberangkatan Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (13/6). tirto.id/Arimacs Wilander.

tirto.id - Pulang kampung dengan menggunakan kereta api adalah salah satu pilihan yang banyak diminati oleh para pemudik. Stasiun Senen Jakarta mencatat arus pemudik dari Stasiun tersebut ke berbagai kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat melonjak hingga sekitar 26.000 tempat duduk sejak H-7 hingga Lebaran kedua atau H+2 pada Selasa (28/6/2017).

"Jumlah penumpang mudik ke berbagai kota di Jawa mulai meningkat sejak 15 Juni lalu," kata Senior Manager Humas Daop I PT KAI, Suprapto, di Jakarta, seperti dikutip Antara, Jumat (23/6/2017).

Berdasarkan ketersediaan jumlah tempat duduk dan tiket yang telah terjual secara online, menurut Suparapto, lonjakan penumpang kereta api dari stasiun Senen meningkat menjadi sekitar 25.000 hingga 26.000 penumpang pada H-7 hingga H+2 Lebaran.

Ia mengungkapkan bahwa PT KAI menyediakan kereta api tambahan untuk arus mudik dan arus balik Lebaran, pada H-7 hingga H+7 Lebaran. "Setelah H+8 jumlah penumpang kereta api dari stasiun Senin mulai menurun lagi menjadi sekitar 20.000 penumpang," katanya.

Karena banyaknya pemudik yang menggunakan jasa kereta PT, PT KAI Daop I Jakarta mengimbau kepada para calon penumpang untuk tidak membawa barang terlalu banyak. Menurut Suprapto, setiap penumpang hanya diizinkan membawa barang maksimal 40 kg.

"Jika barang yang dibawa melebihi 40 kg, maka barang bawaan akan ditolak PT KAI untuk dimasukkan ke dalam bagasi kereta," katanya. Sementara itu, jumlah pemakai jasa kereta api yang turun di Stasiun Senen, kata dia, hanya sekitar 8.000 orang per hari.

Sedangkan bagi mereka yang memilih mudik menggunakan kendaraan pribadi, Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung mengimbau pemudik yang akan melewati Nagreg menggunakan jalur alternatif guna menghindari kemacetan lalu lintas kendaraan, terutama di Cagak Nagreg.

"Jalur alternatif ke arah timur ada dua pertama yang via Cijapati dan kedua dari Majalaya," kata Penanggung Jawab Posko Induk Nagreg Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Abi Basarah di Nagreg.

Pemudik dari arah Cileunyi, ia menjelaskan, bisa menuju ke arah Rancaekek melalui Parakanmuncang. Pengendara tinggal mengikuti arah menuju Majalaya. "Di pertigaan Cijapati belok kiri sampai di Kadungora," katanya.

Selain itu pemudik bisa melalui Majalaya ke kawasan Monteng, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. "Kalau lewat jalur ini nanti keluarnya di daerah Kamojang (Garut)," kata dia.

Abi mengatakan Jalur Nagreg diprediksi padat hingga Sabtu (24/6/2017) siang. Ia mengimbau para pemudik untuk melintasi dua jalur alternatif tersebut jika tidak ingin terjebak kemacetan di Nagreg.

Petugas Dinas Perhubungan dan kepolisian kepolisian memberlakukan sistem satu arah di kawasan Limbangan Garut untuk mengatasi kemacetan. Di Nagreg, petugas memberlakukan pemisahan jalur sepeda motor dan jalur kendaraan roda empat atau lebih.

Perlu diketahui, jumlah pengendara sepeda motor yang melewati jalur Nagreg menuju arah Timur mencapai 35.818 dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB Jumat, dua hari sebelum Lebaran.

"Dari pukul 06.00 hingga 09.00 WIB sebanyak 15.602 unit kendaraan roda dua, dan 09.00 hingga 12.00 WIB mencapai 20.216 unit," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Yusri Yunus, Jumat.

Sementara kendaraan roda empat yang melintas dari arah Bandung menuju timur dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB tercatat 8.506 unit menurut data kepolisian, 4.340 antara pukul 06.00 dan 09.00 WIB sebanyak 4.340 unit dan 4.166 pada pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Antrean kendaraan terjadi dari Jalan Babakan Peuteuy hingga perbatasan Kabupaten Bandung-Garut.

Baca juga artikel terkait ARUS MUDIK atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora