tirto.id - Belum seminggu meninggalkan posisi menteri Pendidikan dan Kebudayaan, nama Anies Baswedan langsung ditarget sejumlah partai politik untuk disertakan dalam Pilgub DKI Jakarta. Awalnya, Anies enggan menanggapi terlalu jauh. Pasca reshuffle, ia berencana santai di rumah bersama keluarga, mengantar anak ke sekolah atau mengurus burung peliharaannya di rumah.
Tapi, sebulan berselang, Anies sudah menyibukkan diri untuk melobi sejumlah partai agar mau mengusungnya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Jadwalnya kembali padat. Bisa jadi, untuk kesekian kalinya, Anies mesti melewatkan aktifitas harian di rumah bersama keluarga. Termasuk mengurus burung peliharaannya.
Berikut perjalanan lika-liku pasangan Anies-Sandiaga sebelum mereka berdua disahkan sebagai cagub dan cawagub yang akan bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2017.
16 September 2015
Sandiaga Uno menyatakan kesiapannya untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta 2017.
14 Oktober 2015
Nama Sandiaga Uno muncul dalam tiga nama calon yang di usung oleh Gerindra. Selain dia, ada dua nama lain, yaitu Ahmad Riza Patria, Sandiaga Uno, dan Sanusi.
12 Maret 2016
Sandiaga Uno bertemu dengan Ridwan Kamil dan Keluarga di restoran Merah Delima di Jalan Adityawarma, Jakarta Selatan. Ridwan Kamil sudah menyatakan tidak akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari Gerindra. Ia ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota Bandung.
14 Maret 2016
Sandiaga Uno menjalin komunikasi dengan Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo. Ia mengaku tertarik menggaet Yoyok yang dinilainya dapat mengajarkan pembenahan birokrasi.
19 Maret 2016
Sandiaga Uno mendatangi Kantor DPC Partai Demokrat Jakarta Utara, di Koja, Cilincing, Jakarta Utara. Kunjungannya dalam rangka menghadiri acara bertajuk "Diskusi Rakyat Jakarta: Kriteria Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta.”
20 Maret 2016
Sandiaga Uno dan Yusril Ihza Mahendra menghadiri pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Rumpun Masyarakat Betawi (DPP RMB) dan Gebyar Budaya Betawi 2016 di Balai Rakyat Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur. Sandiaga merasa cocok jika dipasangkan dengan Yusril. Bagi Sandiaga, kolaborasi keahlian tata negara dan ekonomi dinilai sangat cocok.
21 Maret 2016
Gerindra membentuk tim Jakarta Bergerak. Relawan ini bertujuan untuk mencari siapa yang pantas untuk diusung Gerindra. Salah satu alasannya adalah popularitas Sandiaga Uno yang dinilai masih minim.
Relawan Jakarta Bergerak terdiri dari Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso, Pangdan Jaya Teddy Ihaksamana, mantan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan, politikus PDIP Boy Sadikin, Rektor Universitas Paramadina Firmansyah, dan Yusril Izha Mahendra.
24 Maret 2016
Sandiaga Uno bertemu Bupati Bojonegoro Suyoto. Pertemuan berlangsung di restoran Merah Delima. Salah satu topik pembicaraan adalah soal menata masyarakat di perkotaan. Sandiaga dan Suyoto sepakat bahwa membangun Jakarta juga perlu pembangunan karakter manusianya, tidak melulu soal fisik. Nama Suyoto juga termasuk dalam bursa bakal calon gubernur DKI Jakarta dari PAN.
20 Mei 2016
Sandiaga mengunjungi berbagai parpol. Menurutnya, sejumlah partai besar telah memberikan respons positif. Partai-partai yang dia maksud adalah Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
27 Juli 2016
Presiden Joko Widodo melakukan perombakan kabinet. Tujuh Menteri dicopot dari jabatannya, termasuk Anies Baswedan yang sempat menajabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Posisinya digantikan oleh Muhadjir Efendy, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
29 Juli 2016
Saat diadakannya Rapat Kerja Nasional Gerindra di Hambalang, Jawa Barat, Prabowo Subianto resmi memberikan isyarat kepada Sandiaga sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Ada pun alasan Prabowo yaitu elektabilitas yang terus meningkat, konsolidasi, dan kedekatan.
31 Juli 2016
Sandi gembira atas bergabungnya PKS dengan Gerindra. Namun ia mengaku belum mengetahui apakah PKS mengusung seorang nama untuk menjadi pasangannya atau tidak.
2 Agustus 2016
Wakil Ketua bidang Pemenangan Pemilu PDIP, Gembong Warsono sempat menyebut nama Anies dalam penjaringan calon Gubernur DKI Jakarta. “Anies Baswedan juga muncul dari masyarakat. Ada beberapa elemen yang menginginkan Anies untuk maju, itu menjadi pantauan,” ujar Gembong.
3 Agustus 2016
Kabar penjaringan Anies segera dibantah pengurus DPP PDIP. Ahmad Basarah, Wasekjen PDIP mengatakan tidak ada nama Anies Baswedan di antara 27 pendaftar calon kepala daerah.
8 Agustus 2016
Tujuh pemimpin dewan perwakilan daerah partai politik di Jakarta sepakat membentuk koalisi kekeluargaan untuk bertarung dalam pemilihan kepala daerah. Ketujuh partai tersebut adalah PDIP, Gerindra, PAN, PPP, PKB, PKS dan Demkorat.
Sepanjang bulan Agustus, beredar sejumlah nama yang akan diusung sebagai Cagub maupun Cawagub di koalisi ini. Sebut saja, Sandiaga Uno atau Yusril Ihza Mahendra. Namun, koalisi ini akhirnya bubar karena tidak menemukan kesepakatan tentang calon Gubernur yang akan diusung.
18 Agustus 2016
Sandi mengadakan pertemuan dengan Sylviana Murni yang saat itu masih menjadi Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Pertemuan ini diadakan di Restoran Merah Delima.
20 September 2016
PDIP resmi mendukung pasangan Ahok-Djarot. Dengan begitu, mereka sekaligus menyatakan diri keluar dari koalisi kekeluargaan.
20 September 2016
Tak lama setelah PDIP menentukan dukungannya, partai Demokrat yang membentuk poros alternatif bersama PKB dan PPP, mulai mempertimbangkan nama Anies Baswedan. Selain Anies, poros alternatif masih punya 2 nama lain yang peluangnya sama besar, yaitu, Yusril Ihza Mahendra dan Rizal Ramli.
Tapi, hingga pertengahan September, belum ada partai yang benar-benar memastikan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, hanya ada dua nama yang diusung partai politik sebagai calon Gubernur yakni, Ahok dan Sandiaga Uno.
23 September 2016
Partai Gerindra dan PKS mengumumkan nama Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, tepat di hari terakhir pendaftaran KPU. Sebelumnya Gerindra tetap keukeuh mengusung Sandiaga sebagai cagub. Diberi posisi Cawagub, Anies pun menolak. Untuk mendampingi Sandiaga, nama bupati Batang, Yoyok Sudibyo masuk dalam daftar.
Entah kenapa beberapa jam kemudian, Sandiaga melunak dan mengalah dengan memberikan posisi Cagub kepada Anies. Keputusan ini tentu saja mengejutkan banyak pihak. Beberapa jam sebelum pendaftaran pasangan cagub ditutup oleh KPU, PKS dan Gerindra akhirnya sepakat mengusung Anies-Sandiaga sebagai cagub-cawagub bertarung di Pilkada DKI 2017.
Penulis: Themmy Aditya Nugraha
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan