Menuju konten utama

Leukemia, Kanker Darah yang Diderita Anak Denada

Kanker tidak mengenal kelompok usia.

Leukemia, Kanker Darah yang Diderita Anak Denada
Anggota komunitas pendonor melakukan aksi peringatan Hari Kanker Anak Internasional di Jalan Balaikota Medan, Sumatera Utara, Kamis (15/2/2018). ANTARA FOTO/Septianda Perdana

tirto.id - Leukemia atau kanker darah seperti yang diderita anak penyanyi Denada dan Jerry Aurum adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk di Indonesia, disusul kemudian oleh kanker mata atau retinoblastoma dan kanker kelenjar.

Hal tersebut menunjukkan anggapan masyarakat bahwa kanker adalah penyakit yang hanya diidap orang dewasa adalah keliru. Penyakit kanker tidak mengenal kelompok usia.

Dokter Endang Widiastuti, Sp.A., menjelaskan bahwa kanker anak terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu kanker padat dan kanker darah. Solid dan nonsolid. Solid tumor atau tumor padat yaitu tumor yang terjadi akibat terbentuknya benjolan yang padat contohnya adalah kanker hati, kanker payudara, kanker paru-paru, dan salah satunya kanker tulang yang kerap menimbulkan pembengkakan.

Tumor nonsolid adalah kanker yang tidak membentuk benjolan yang padat. Kanker ini terjadi pada cairan-cairan tubuh seperti darah dan getah bening.

Contoh paling umum adalah kanker darah atau leukemia, yaitu kelainan pada sel darah putih yang berbentuk seperti bulan sabit. Serta limfoma, yakni kanker yang terjadi pada kelenjar getah bening (limfosit).

Penyakit leukemia menjadi berbahaya karena jumlah sel darah putih yang sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel darah lainnya terganggu.

Leukemia yang cepat berkembang dapat menyebabkan gejala yang termasuk kelelahan, penurunan berat badan, sering infeksi, dan mudah berdarah atau memar.

Salah satu gejala leukemia adalah kekurangan sel darah merah atau anemia. Oleh sebab itu, penderita leukemia umumnya mengalami anemia yang menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, warna kulit pucat, lemah, letih, dan lesu.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin), ada banyak penyebab kanker, di antaranya faktor genetik, faktor karsinogen, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis. Juga faktor perilaku/gaya hidup seperti merokok, pola makan yang tidak sehat dan dominasi makanan cepat saji, konsumsi alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik.

Berbeda dengan orang dewasa, gaya hidup bukanlah faktor pemicu munculnya kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah, menurut ahli onkologi dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Prof. Dr. dr. Moeslichan SpA (K).

"Kanker pada orang dewasa bisa dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kurang berolahraga. Ini adalah faktor yang dapat dicegah. Namun, gaya hidup bukanlah faktor pemicu kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah," kata dia dalam keterangan tertulis, dilansir Antara.

Untuk itu, Moeslichan menekankan pentingnya deteksi dini dan kepekaan orangtua mengenali kondisi tubuh anak mereka, misalnya ada tidaknya benjolan, bintik pada kulit anak dan lainnya.

Sementara itu, salah satu dokter dari Tim Kanker di RS Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung R Maman Abdurahman, menambahkan bahwa penyebab kanker adalah multi-faktor.

"Setiap kondisi tubuh manusia berbeda-beda, ada yang memiliki hormon yang seimbang, dan ada yang tidak," kata dia.

Namun, menurut Maman, seseorang yang memiliki hormon yang seimbang pun dapat terkena kanker oleh berbagai hal,seperti pola hidup yang tidak sehat.

"Faktor hormon adalah salah satu penyebab dari dalam. Sementara kanker juga bisa disebabkan oleh faktor luar, seperti pola makan, udara, radiasi, dan berbagai hal lainnya," kata dia.

Adapun gejala kanker pada anak meliputi demam tinggi, pucat, terdapat benjolan pada bagian tubuh, beran badan turun, pupil mata berubah, bengkak di perut, sakit kepala terus menerus, nyeri, dan bengkak pada tungkai.

"Jika salah satu gejala tersebut terdapat pada anak, sebaiknya orang tua langsung melakukan cek kesehatan anak," kata dia.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi Onkologi dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin Bandung, Susi Susanah mengatakan pemberian ASI eksklusif 6-24 bulan kepada anak meningkatkan perkembangan daya tahan tubuh anak, serta mengurangi resiko terkena kanker di kemudian hari.

"Sejalan dengan program badan kesehatan dunia (WHO) dan Kemenkes, pemberian ASI eksklusif mempunyai peran penting bagi pencegahan kanker," kata dia, dilansir Antara.

Interaksi anak dengan asap rokok juga berbahaya. Sebaiknya anggota keluarga yang merokok tidak merokok di dekat anak. Lebih baik lagi jika berhenti merokok dan memulai pola hidup sehat.

Baca juga artikel terkait LEUKIMIA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani