tirto.id - Korea Utara (Korut) menegaskan, pihaknya telah melakukan uji coba nuklir pada Jumat (9/9/2016), yang diklaimnya paling kuat hingga saat ini. Merujuk informasi yang dilansir The Guardian, aksi itu menandai 68 tahun pendirian negara Korut sekaligus peringatan pada dunia bahwa tembakan hulu ledak nuklirnya bisa mendekat menyerang daratan AS, rival utama Korut. Akibatnya, uji coba yang memicu gempa berkekuatan 5,3 SR itu, mengundang kecaman langsung tak hanya dari negara tetangga Korut, Korea Selatan, tapi juga AS.
Presiden AS Barack Obama, yang diberitahu oleh Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice saat ia kembali dari tur Asia, mengatakan bahwa tindakan provokatif oleh Korea Utara itu akan mendatangkan konsekuensi yang serius. "Terus terang, Amerika Serikat tidak, dan tidak akan pernah, menerima Korea Utara sebagai negara nuklir," tegas Obama dalam pernyataannya kemudian, seperti yang dikutip dari The Guardian (10/9/2016).
Obama menambahkan, ia akan berupaya mengambil langkah lebih lanjut yang signifikan tambahan, termasuk memberlakukan sanksi baru, untuk menunjukkan kepada Korea Utara bahwa ada konsekuensi untuk tindakannya yang melanggar hukum dan berbahaya ini.
Menindaklanjuti peringatan itu, Dewan Keamanan PBB segera bertindak dengan menggelar pertemuan darurat pada hari Jumat. Dalam pertemuan yang dilakukan tertutup itu, Dewan Keamanan mengecam keras uji coba itu dan sepakat untuk mulai menyusun resolusi baru di bawah pasal 41 Piagam PBB, yang memberikan sanksi pada Korut.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang telah menyerukan pertemuan darurat PBB itu menjelaskan, program senjata nuklir Korea Utara sebagai ancaman besar bagi Jepang. Melalui juru bicaranya, Yoshihide Suga, Jepang yang menyebut Korea Utara penjahat wilayah kini tengah mempertimbangkan babak baru untuk memberikan sanksi bilateral.
Sementara itu, Cina sebagai sekutu lama dan pemberi bantuan terbesar Korut pun menyuarakan pertentangan yang tegas terkait percobaan itu. "Kami sangat mendesak [Korea Utara] agar menghormati komitmennya melakukan denuklirisasi, mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB, dan bertindak menghentikan situasi yang kian memburuk," demikian yang dipaparkan Kementerian Luar Negeri Cina.
Kecaman terhadap Korea Utara juga datang dari negara tetangga sekaligus rivalnya, Korea Selatan (Korsel). Presiden Korsel, Park Geun-hye, mengutuk tes nuklir itu karena jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang telah melarang Korut mengembangkan senjata nuklir dan pemusnah massal lainnya. Park menuding aksi Kim sebagai kebrutalan gila yang dilakukan hanya untuk mengejar pengembangan senjata nuklir, demikian menurut keterangan kantor kepresidenan.
Sebelumna, uji coba nuklir itu telah dikonfirmasi oleh Korea Utara melalui stasiun televisi dalam negeri. Siaran itu menyebutkan telah melakukan penembakan hulu ledak nuklir yang dimaksudkan untuk melawan yang disebut Pyongyang sebagai permusuhan AS.
Kantor berita resmi Korut (KCNA) mengatakan," Ini [uji coba] dipastikan telah menempatkan teknologi DPRK [sebutan resmi untuk Korut] di tingkat yang lebih tinggi terkait pemasangan hulu ledak nuklir pada roket balistik."
Sementara itu, masyarakat di ibukota Pyongyang menyambut tindakan terbaru negara mereka sebagai perlawanan. "Ini berita yang sangat bagus," kata Rim Jong-su, salah seorang warga Korut. "Sekarang, saya sangat percaya diri. Jika musuh kita membuat sedikit provokasi, kami akan balik [melawan], dan kami pasti akan menang," tegasnya.
Sebagaiman yang dilansir The Guardian, Korut diperkirakan memiliki beberapa bom nuklir yang belum sempurna. Namun melalui aksinya yang terakhir, Korut ingin mengubah pandangan itu bahwa rudal jauhnya telah mampu membawa miniatur senjata nuklir.
Keterangan itu tidak dipercayai oleh beberapa analis. Kecil kemungkinan bahwa Korea Utara telah menyempurnakan teknologi yang dibutuhkan untuk membuat sebuah miniatur hulu ledak nuklir miniatur yang muat pada rudal jarak jauh. Meski begitu, belum ada kesepakatan terkait seberapa jauh Korea Utara telah maju dalam program nuklir dan rudal rahasianya.
Sebelum uji coba Jumat itu, media Korea Utara menyerukan rakyat negara itu untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kim, yang menjadi pemimpin pada akhir 2011 setelah kematian mendadak ayahnya, Kim Jong-il. Surat kabar dari partai buruh yang berkuasa, Rodong Sinmun menyebutkan dalam editorialnya: “"Sebagai pemimpin hidup yang dihormati, Republik kami akan memancarkan sinar yang terang ke seluruh dunia sebagai tanah matahari selamanya."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari