tirto.id - Begawan sastra Gabriel García Márquez dalam buku biografinya pernah mencetuskan bahwa setiap manusia menjalani tiga kehidupan: publik, privat, dan rahasia. Secara instingtif, manusia menyimpan sesuatu dari orang lain.
Seiring perkembangan zaman, kita mungkin tak lagi menggunakan buku harian yang dilengkapi kunci dan gembok mini untuk mencurahkan hal-hal yang bersifat privasi. Sebagai gantinya, ponsel yang kita pakai sehari-hari menjadi alat untuk menyimpan banyak rahasia dan informasi personal.
Identitas, daftar kontak, foto, video, detail kartu kredit, isi chat, browsing history, ide-ide intelektual, isi surel pribadi maupun perusahaan adalah segelintir contoh data rahasia dalam ponsel yang tentu harus dijaga rapat-rapat.
Baru-baru ini, beredar video pribadi dari ponsel seorang selebgram yang kabarnya diretas dan disebarkan oleh oknum tak bertanggung jawab. Demi menghindari kesialan serupa, fitur keamanan sudah seharusnya menjadi pertimbangan khusus dalam pemakaian ponsel.
Jika sebelumnya kode PIN menjadi metode autentikasi keamanan ponsel yang paling lazim dipakai, kini sistem keamanan biometrik seperti sensor sidik jari menjadi alternatif yang kian digemari untuk mengakses ponsel, mobile payment, dan melindungi aplikasi karena dianggap lebih aman dibanding kode PIN.
Dalam laporan riset konsumen yang dilakukan oleh Fingerprint Cards bersama kantor riset Kantar TNS, sensor sidik jari menjadi sistem biometrik nomor satu yang dipakai di ponsel. Laporan yang dirilis bulan lalu tersebut menyebutkan, sensor sidik jari memang baru terdapat di 42 persen dari ponsel yang ada sekarang, tetapi 82 persen responden yang memiliki fitur sensor sidik jari di ponselnya memilih menggunakan sidik jari—melampaui sistem keamanan biometrik lainnya seperti sensor wajah (46 persen) dan iris mata (51 persen).
Data dari survei yang melibatkan 4 ribu responden di Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan India itu juga memaparkan empat alasan utama orang memilih sensor sidik jari. 46 persen menyebut kemudahan pemakaian, 44 persen karena alasan keamanan, 28 persen karena cepatnya durasi yang dibutuhkan untuk membuka akses, dan 24 persen karena sensor sidik jari dianggap lebih keren dibanding memakai kode PIN atau kata sandi.
Lewat survei yang berbeda, Counterpoint Research merilis laporan yang memprediksi sensor sidik jari akan menjadi fitur standar ponsel untuk autentikasi keamanan. Penetrasi sensor sidik jari meningkat pesat dari hanya 3 persen pada 2013 menjadi 58 persen pada 2017, dan diprediksi tahun depan akan meningkat hingga 71 persen dari ponsel yang dilempar ke pasar.
Selain didorong oleh semakin maraknya layanan seperti pembayaran digital dan mobile banking, hal itu juga dipengaruhi semakin rendahnya biaya sensor sidik jari.
Salah satu produsen yang mengerti pentingnya jaminan keamanan optimal dalam ponsel adalah OPPO yang telah mengimplementasikan fitur sensor sidik jari sejak 2014 melalui OPPO N3. Perusahaan ponsel global ini kemudian secara konsisten menerapkannya hingga kini melalui F series yang mencakup F1 Plus, F1s, F3, dan F3 Plus.
Sensor sidik jari FPC1245 milik OPPO F3, misalnya, lebih cepat dan responsif ketimbang ponsel lain berkat teknologi “Lighting-Fast Touch Access”, yang memungkinkan pengguna membuka layar ponsel hanya dalam hitungan 0,2 detik. Terletak di tombol Home di bawah layar, sensor sidik jari F3 yang sangat peka juga dilengkapi lapisan hydrophobic yang terinspirasi dari daun teratai yang secara natural dapat menahan air, sehingga Anda tetap bisa membuka sensor sidik jari walaupun jari Anda lembap.
Jika sensor sidik jari masih kurang, Anda juga bisa memberi proteksi ekstra pada data di ponsel dengan cara menggunakan fitur App Encrypt di ponsel OPPO untuk mengunci aplikasi tertentu agar tidak dapat diakses sembarang orang.
Fitur ini terutama sangat berguna untuk melindungi aplikasi penting seperti pengaturan sistem, SMS, email, dan data sensitif lainnya dari tangan-tangan usil di sekitar Anda. Privasi terjaga, hati pun tenang.
Penulis: Advertorial
Editor: Advertorial