Menuju konten utama

Lebanon Akhirnya Lantik Presiden Setelah 2,5 Tahun

Michel Aoun akhirnya terpilih sebagai presiden baru Lebanon setelah posisi itu selama dua setengah tahun. Aoun adalah mantan panglima angkatan darat yang memiliki kaitan dengan Partai Hisbullah dukungan Iran yang ikut berperang di Suriah saat ini.

Lebanon Akhirnya Lantik Presiden Setelah 2,5 Tahun
(ilustrasi) Pawai memperingati 34 tahun pembantaian di Beirut, Lebanon, Jumat (16/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Aziz Taher.

tirto.id - Lebanon akhirnya memiliki presiden baru setelah jabatan itu kosong selama dua setengah tahun. Adalah mantan panglima angkatan darat Michel Aoun yag pada Senin (31/10/2016) dilantik sebagai presiden ke-13 Lebanon. Aoun terpilih sebagai presiden dalam sidang parlemen Lebanon pada hari yang sama.

Sejak Mei 2014, Lebanon berjalan tanpa dipimpin seorang presiden setelah mantan Presiden Michel Suleiman mengakhiri jabatan enam tahunnya. Sepeninggal Suleiman, parlemen telah selama 45 kali mencoba menggelar sidang untuk memilih pengganti presiden namun tidak pernah mencapai kuorum.

Sidang parlemen pada Senin dipimpin Ketua DPR Nabih Berri dan dihadiri oleh 127 anggota dari 128 kursi yang disediakan untuk putaran pemilihan ke-46. Setelah pemilihan, demikian dilaporkan Antara pada Selasa (1/11/2016), Berri menyatakan Aoun sebagai presiden ke-13 Republik Lebanon dan meminta agar presiden terpilih itu diambil sumpahnya.

Aoun memiliki hubungan dengan Partai Hisbullah dukungan Iran. Pasukan partai tersebut saat ini tengah ikut berperang di Suriah bersama pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Menurut perkiraan, proses pembentukan pemerintahan kemungkinan akan berjalan lama dan sulit di tengah kurang harmonisnya kondisi politik di Lebanon. Untuk membantunya menjalankan pemerintahan, Aoun diperkirakan akan menominasikan Saad Hariri sebagai perdana menteri.

Michel Aoun lahir di Desa Haret Hreik, Lebanon, pada 1935. Ia ditunjuk sebagai panglima angkatan bersenjata pada 1984 dan menjadi pejabat termuda yang menduduki posisi tersebut.

Pada 1988, masa jabatan Presiden Amin Gemayel hampir berakhir dan faksi-faksi di Lebanon gagal menyepakati kandidat untuk menggantikan Gemayel.

Ketika masa kepemimpinan Gemayel berakhir, pada 23 September 1988, Aoun diangkat sebagai Perdana Menteri Lebanon. Pada saat yang sama, perdana menteri sementara pada pemerintahan Gemayel, Salim al Hoss, juga terus menjabat sebagai perdana menteri sementara.

Sebagai akibatnya, Lebanon terpecah antara pemerintahan yang didukung Suriah di Beirut barat dan pemerintahan pimpinan Aoun di Beirut timur.

Baca juga artikel terkait PRESIDEN LEBANON atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari