tirto.id - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) mengumumkan laba bersih perusahaan migas plat merah ini selama 2016 mencapai 3,15 miliar dolar AS. Nilai itu setara Rp42 triliun dengan kurs Rp13.344 per dolar AS.
Laba bersi Pertamina selama 2016 itu mengalami kenaikan dua kali lipat lebih dari pembukuan pada 2015 yang cuma senilai 1,42 miliar dolar AS.
Direktur Gas PT Pertamina (Persero), Yenni Andayani menyatakan peningkatan laba bersih Pertamina itu diikuti dengan perbaikan EBITDA margin (nilai bisnis) perseroan menjadi 20,73 persen pada 2016 atau naik 12,28 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Walaupun pendapatan itu sebetulnya menurun dari 2014 ke 2016, tetapi dengan hal ini menunjukkan Pertamina telah mampu melaksanakan program-program efisiensi yang sangat mendukung hasil kinerja finasial secara keseluruhan,” kata Yenni seusai RUPS PT Pertamina pada Kamis (16/3/2017).
Meskipun demikian, menurut Yenni, perolehan Pertamina juga tidak terlepas dari tren bisnis migas di sepanjang 2016. Salah satunya, adalah pelambatan pertumbuhan bisnis di kuartal empat 2016 yang mengerem laju perbaikan kinerja perseroan yang sempat menanjak di awal dan tengah tahun.
“Tren yang ada memang tidak selalu menggembirakan. Perlambatan di Oktober, November, dan Desember (2016) tidak seperti dengan pertumbuhan yang terjadi di awal-awal tahun. Inilah yang mesti diwaspadai,” kata Yenni.
Selain itu, Yenni mencatat Pertamina juga sukses melakukan efisiensi hingga 2,67 miliar dolar AS. “Ini merupakan jumlah sangat signifikan dan tentunya kita juga harus memahami, efisiensi itu meskipun dilakukan secara terus menerus, tapi bukan berarti pencapaiannya akan terus sama.”
Direktur Keuangan dan Strategi Perusahaan, Arief Budiman, menambahkan bahwa, selama tahun lalu, Pertamina tak hanya melakukan efisiensi, tapi juga sejumlah perbaikan fundamental.
Arief menjelaskan, Pertamina mampu menyetor dividen sebesar Rp12,1 triliun atau 29 persen dari laba bersih pada 2016. Dibandingkan dengan penyetoran dividen pada 2015 lalu, angka persentase tersebut memang turun. Namun, Arief beralasan ini dampak dari rencana aksi korporasi perseroan pada 2017, khususnya terkait pengelolaan blok Mahakam.
“Tahun 2015 dividen yang dibagikan 35 persen. Pada 2016 menurun (29 persen dari laba) karena di tahun ini (2017), ada aksi korporasi untuk pengeboran delapan sumur di Blok Mahakam,” ujar Arief.
Untuk menambah daya pacu program perseroan di 2017, terutama untuk pengeboran dan pembangunan megaproyek, Pertamina menyiapkan belanja modal (capex) sebesar 6 miliar dolar AS.
“Kami ada program jangka panjang sampai 2025. Oleh karena itu, kami butuh mencari dana dalam jumlah besar, serta investasi yang lebih banyak ke depannya,” ucap Arief.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom