Menuju konten utama

Kurma dan Geliat Kelas Menengah Muslim Indonesia

Kurma sebagai hidangan buka puasa baru menjadi tren di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Kurma muncul berbarengan dengan meningkatnya kelas menengah muslim di Indonesia. Muncul kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat ala Nabi Muhammad, dengan konsumsi kurma.

Kurma dan Geliat Kelas Menengah Muslim Indonesia
Penjualan kurma di Pasar Tanah Abang, Jakarta. tirto/andrey gromico

tirto.id - Endang Hidayati masih ingat masa kecilnya ketika menyambut waktu berbuka puasa di Tanjung Redeb, Kalimantan Timur. Saat itu di awal dekade 60-an, Endang dan saudara-saudaranya selalu gembira menyambut buka puasa karena takjil. Di keluarga besar Endang, yang disajikan untuk takjil adalah kue-kue basah khas Kalimantan, juga teh manis.

"Yang paling lekat di ingatan adalah kue karaban, amparan tatak, juga bingka," kata Endang yang pada akhir tahun 60-an pindah ke Lumajang, Jawa Timur.

Kue karaban berbahan tepung beras dan gula merah. Menariknya, ada campuran adas manis yang membuat rasa legit bercampur sedikit getir. Tak melulu manis, kue karaban yang jika dilihat sekilas mirip puding ini juga memiliki tendangan rasa gurih karena ada campuran santan. Sedangkan amparan tatak adalah nogosari versi lebih putih, halus, tebal, dan creamy. Bahannya tak jauh beda dengan karaban, yakni tepung beras, gula, daun pandan, juga santan. Di bagian tengah ada potongan pisang raja.

Cerita Endang sedikit berbeda dengan takjil di hari-hari sekarang. Selain ada kue, gorengan, berbagai minuman manis, yang hampir tak pernah absen dalam meja makan kini adalah kurma.

Dalam sejarah boga Nusantara, bisa dibilang kurma adalah buah yang asing. Nyaris tak pernah tercatat. Ini dikarenakan kurma memang buah yang sama sekali tidak dapat tumbuh di Nusantara. Kurma hanya tumbuh di tanah berpasir dan panas. Tentu saja kisah tentang kurma sudah lama diketahui oleh orang Islam di Indonesia. Sebab buah ini beberapa kali disebutkan di Al Quran, dijelaskan sebagai buah favorit Rasul Muhammad SAW. Namun, tetap saja buah ini nyaris tak terjangkau oleh orang Indonesia.

"Dulu, kami baru bisa makan kurma kalau ada orang yang pulang dari berhaji," ujar Endang.

Kemudian terjadi perubahan. Setidaknya dalam 20 tahun terakhir, jumlah kelas menengah muslim di Indonesia semakin meningkat. Penanda awalnya bisa ditengok pada kehadiran bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat, pada 1991. Hingga Maret 2016, tedapat 12 bank syariah, dengan 1.918 kantor.

Lembaga riset yang mengkaji tentang kelas menengah di Indonesia, Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS), menangkap gejala meningkatnya kelas menengah muslim di Indonesia ini. Selain bermunculannya bank syariah, kini muslim kelas menengah semakin menaruh perhatian pada label halal, bahkan pada kosmetik sekalipun. Tak heran kalau kini ada kosmetik halal atau kerudung halal.

"Semakin meningkatnya kemakmuran warga muslim di Indonesia, justru mendorong mereka semakin religius dan spiritual. Makin makmur, makin pintar, makin religius, sangat pas menggambarkan itu," tulis Yuswohady, peneliti CMCS.

Selain itu, konsumerisme yang dibungkus dalam syariat dan sunnah Islam juga muncul dalam bentuk film bernuansa Islam, hotel halal, wisata halal, umrah yang digabung dengan paket wisata, bermunculannya acara dakwah di televisi, hingga banyak pelaksanaan sunnah nabi. Termasuk menyantap kurma untuk mengawali buka puasa.

Pangsa pasar kelas menengah muslim ini sangat besar. Menurut CMCS, sekitar 87 persen populasi Indonesia adalah penduduk muslim. Tak heran kalau para pedagang menangkap kesempatan ini, termasuk dalam soal mengimpor kurma ke Indonesia.

Sejak 2011, impor kurma Indonesia selalu meningkat. Pada 2011, negara ini mengimpor sekitar 20 ribu ton kurma dengan nilai 20,5 juta dolar. Pada 2012 meningkat jadi 22,5 ribu ton dengan nilai impor sebesar 26 juta dolar. Kemudian naik lagi pada 2013 sebanyak 29 ribu ton, senilai 37 juta dolar. Pada 2014 jumlah impor kurma naik lagi jadi 30 ribu ton dengan nilai 37 juta dolar.

Negara yang paling banyak mengirim kurma ke Indonesia adalah Uni Emirat Arab. Sejak 2011 hingga 2014, mereka mengirim total 36,9 ribu ton kurma ke Indonesia dengan nilai total sekitar 30 juta dolar.

Yang menarik dari negara pemasok kurma ini adalah Tunisia. Meski pada 2012 negara itu hanya mengekspor 2.800 ton kurma, nilainya adalah yang paling besar, yakni 8,5 juta dolar. Ini menjelaskan bahwa kurma dari Tunisia adalah kurma kualitas baik berharga mahal. Pada 2014 hal itu terulang. Meski hanya memasok 3.386 ton kurma ke Indonesia, Tunisia mendapatkan 10,9 juta dolar untuk ekspor itu.

Varian kurma Tunisia memang dikenal unggul. Produknya yang paling terkenal adalah golden deglet noor. Julukannya mentereng: queen of all dates, alias ratu dari segala jenis kurma. Teksturnya halus, tak seperti kurma lain yang kering dan keriput. Warna kulit cokelat muda dan rasa yang manis seperti madu. Jenis kurma ini banyak dibudidayakan di Algeria dan Tunisia. Di Tunisia, kurma ratu ini banyak ditanam di kawasan El Jerrid dan Nefzaoua.

Kawasan itu adalah kawasan padang pasir, tepian gurun Sahara. Dengan iklim dan tanah seperti itu, kurma yang dihasilkan pun berkualitas apik. Di situs Amazon, satu kemasan kurma Deglet Noor seberat 1,3 kilogram dibanderol dengan harga sekitar Rp234 ribu.

Di beberapa situs penjual kurma Indonesia, seperti pasarkurma.com, harga kurma Tunisia memang lebih mahal ketimbang varian dari Mesir maupun Emirat. Dari Mesir, harga kurma Golden Valley kemasan 10 kilogram dibanderol Rp260 ribu, alias Rp26 ribu per kilogram. Dari Emirat, kurma termahal adalah Khenaizi, yang kemasan 10 kilogram dibanderol Rp580 ribu, atau sekitar Rp58 ribu per kilogram. Sedangkan kurma Palm Frutt dari Tunisia kemasan 6 kilogram, harganya sekitar Rp590 ribu, sekitar Rp98 ribu per kilogram. Untuk jenis Deglet Noor, harganya lebih mahal. Satu kilogram dibanderol Rp104 ribu.

Namun, di Indonesia harga kurma Deglet Noor itu masih kalah dengan kurma Ajwa, alias kurma nabi. Banyak orang mengacu pada penyebutan jenis kurma ini dalam beberapa hadis. Menurut hadis-hadis itu, Ajwa adalah jenis kurma kesukaan nabi Muhammad SAW. Bentuknya agak bundar, kulitnya gelap, kering, tetapi lembut dan manis. Jenis kurma ini banyak ditanam di kawasan Madinah.

Tentu saja, mengikuti sunnah rasul adalah hal utama kan?

Baca juga artikel terkait KURMA atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti