Menuju konten utama

Kualitas Program Tentukan Juara Putaran 2 Pilgub DKI Jakarta

Lembaga survei Populi Center menyimpulkan kualitas program kerja dari dua kandidat pasangan calon, yakni Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, akan menentukan siapa pemenang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

Kualitas Program Tentukan Juara Putaran 2 Pilgub DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat pemaparan visi dan misi di Debat putaran pertama Pilgub DKI 2017, Jakarta, Jumat, (27/1/2017). Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Direktur lembaga survei Populi Center, Usep Saiful Ahyar mengatakan kualitas program kerja dari setiap kandidat akan menentukan kemenangan di putaran 2 Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dia berpendapat keputusan para pemilih di DKI Jakarta akan cenderung berdasar pada pendapat mereka tentang kualitas program kerja yang diajukan oleh dua kandidat, yakni pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, di dalam debat putaran 2 Pilkada DKI Jakarta.

"(karena itu) Paslon harus mempertajam program kerja," kata Usep dalam diskusi “Pilkada DKI Jakarta: Partisipasi Pemilih dan Rasionalitas' yang diselenggarakan Perludem, di Tebet, Jakarta Selatan pada (27/2/2017).

Alasan Usep, sebagai buktinya ialah penjelasan masing-masing kandidat dalam debat putaran pertama Pilkada DKI Jakarta sangat berpengaruh terhadap keputusan pemilih.

"Debat berpengaruh sampai 80%," kata Usep.

Ia mencontohkan, pasangan Agus-Sylvi, yang dalam survei Populi Center pada akhir 2016 masih memperoleh suara 31 persen, tak diminati lagi oleh banyak pemilih setelah pelaksanaan debat putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017.

Selain bisa meyakinkan pemilih, Usep melanjutkan, kualitas program kerja yang akan dipaparkan setiap kandidat di debat putara dua Pilkada DKI Jakarta 2017 berpeluang menarik perhatian swing voters, atau pemilih mengambang, dan mereka yang memilih golput di putaran pertama.

"Mereka yang golput itu, selain mereka yang terkendala sistem penyelenggara (KPU DKI Jakarta), juga ada swing voters," kata Usep.

Usep memperkirakan tingginya jumlah pemilih golput di putara pertama Pilkada DKI Jakarta 2017 dipengaruhi oleh gencarnya isu keagamaan sebelum pelaksanaan pemilihan. Hal ini terutama isu penodaan agama yang menyeret nama Calon Guburnur Nomor Urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke persidangan.

Di tempat yang sama, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPRR), Masykurudin Hafidz juga menyarankan agar kedua kandidat, yang maju putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017, yakni Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, mempertajam lagi pemaparan program kerjanya di debat putaran kedua nanti.

"Sekitar 25 persen massa golput lebih berpeluang untuk mendongkrak suara salah satu calon, ketimbang mengharapkan suara dari Agus-Sylvi," kata Masykurudin.

Dia menambahkan, "Itu hanya bisa diperoleh dengan menajamkan program kerja. Karena, mayoritas pemilih di Jakarta sangat rasional."

Menurut Masykurudin, upaya mendulang suara dari para pemilih golput akan lebih mudah ketimbang mengubah sikap pendukung Agus-Sylvi di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017.

Karena itu, kampanye kedua paslon juga perlu berfokus ke para pemilih asal kawasan dengan kasus golput tinggi.

"Kedua paslon lebih baik memperhatikan titik golput, dan membuat daya dorong agar mereka memilih di putaran kedua," katanya.

Menurut data dari JPPR, angka golput paling tinggi berada di Jakarta Pusat yang mencapai 26 persen, terutama di Kecamatan Johar Baru yang mencapai 35 persen. Sebaliknya, partisipasi pemilih paling tinggi berada di Kepulauan Seribu yang mencapai 81 persen.

Mengenai masih tingginya angka golput, Khoirunnisa Agustiyati dari Perludem menyatakan ada tujuh faktor yang mempengaruhinya, yakni: teologis, protes, perlawanan, kepercayaan, mal-administrasi, teknis individual, dan kejenuhan.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Addi M Idhom