tirto.id - Korea Utara mengatakan pembobolan yang terjadi di kedutaan besarnya di Spanyol Februari lalu sebagai “serangan teroris yang besar”.
Dilansir dari BBC, dalam komentar resmi pertama, pemerintah Korea Utara menuntut dilakukannya penyelidikan mendalam, dan mengatakan bahwa mereka mengamati sudah adanya rumor keterlibatan FBI.
“Sebuah serangan teroris besar-besaran terjadi pada 22 Februari, yang mana sebuah kelompok bersenjata menyerang kedutaan besar Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) di Spanyol,” demikian pernyataan dari juru bicara kementrian luar negri Korea Utara.
Pihak berwenang Spanyol mengatakan salah satu kelompok, yang disebut sebagai Adrian Hong Chang, memperoleh akses dengan meminta untuk melihat atase komersial, yang dia klaim telah bertemu sebelumnya untuk membahas bisnis.
Kelompok itu dituduh menginterogasi atase dan mencoba membujuknya untuk membelot. Ketika dia menolak, mereka meninggalkannya terikat di ruang bawah tanah.
Seperti yang di lansir dari Aljazeera kelompok tersebut juga memukul karyawan sebelum melarikan diri membawa sejumlah dokumen dan komputer.
Kelompok tersebut merupakan pembangkang dan menyerukan penggulingan pemerintah Korea Utara yang telah mengklaim bertanggung jawab atas pembobolan tersebut.
Dua anggota lain dari kelompok pembobolan tersebut bernama Sam Ryu, warga negara AS, dan Woo Ran Lee, berwarga negara Korea Selatan.
Staf kedutaan disandera selama beberapa jam. Seorang wanita berhasil melarikan diri melalui jendela dan berteriak meminta tolong, sampai ada warga sekita yang mendengar dan memanggil Polisi.
Penyerang itu dilakukan untuk mencari informasi terkait tentang mantan duta besar Korea Utara untuk Spanyol, Kim Hyok-chol, yang diusir dari Spanyol pada September 2017, karena program pengujian nuklir Korea Utara.
Editor: Yantina Debora