Menuju konten utama

Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 133 Orang

Korban Tragedi Kanjuruhan bernama Andi Setiawan (33 tahun) tewas usai dirawat di RSUD Saiful Anwar sejak 2 Oktober 2022.

Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 133 Orang
People looking for their relatives inspect photographs of soccer riot victims provided by volunteers to help them identify their family members in Malang, East Java, Indonesia, Sunday, Oct. 2, 2022. Panic at an Indonesian soccer match Saturday left over 150 people dead, most of whom were trampled to death after police fired tear gas to dispel the riots. (AP Photo/Dicky Bisinglasi)

tirto.id - Korban tewas akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah satu orang sehingga menjadi 133 orang.Korban tewas akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah satu orang sehingga menjadi 133 orang.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar, dr Kohar Hari Santoso mengatakan bahwa korban mengalami penurunan kesadaran dan kondisi kesehatan sebelum meninggal dunia pada Selasa (18/10/2022).

"Ada satu lagi korban dari tragedi Kanjuruhan yang sudah kami rawat sejak hari kejadian. Tadi ada penurunan kesadaran dan kondisi. Kami sudah coba perbaiki, tapi terakhir pukul 13.20 WIB kami nyatakan sudah meninggal," kata Kohar dikutip dari Antara, Selasa.

Korban yang dirawat di RSUD Saiful Anwar sejak 2 Oktober 2022 itu bernama Andi Setiawan (33 tahun), warga Jalan Kolonel Sugiono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Salah satu tim dokter anestesi dan ICU RSUD Saiful Anwar Malang, dr Eko Nofiyanto menjelaskan pasien tersebut masuk dalam perawatan rumah sakit pada 2 Oktober 2022, kurang lebih pada pukul 03.00 WIB dengan kondisi kritis.

"Saat itu, pasien masuk dengan kondisi kritis dengan penurunan kesadaran. Ada cedera di beberapa tempat," kata Eko.

Eko menjelaskan sejumlah trauma yang dialami korban adalah memar di paru-paru, patah tulang iga dan tulang paha sebelah kanan. Dengan kondisi tersebut, korban dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU).

Menurut Eko, pengawasan secara penuh dilakukan kepada pasien sejak hari pertama masuk perawatan di rumah sakit. Namun, kondisi korban selama 16 hari menjalani perawatan di ICU tidak stabil dan kritis.

"Sejak datang hingga terakhir, pasien dirawat di ICU. Penyebab kematian ada multi-trauma yang dialami," katanya.

Ia menambahkan sejumlah langkah perawatan yang dilakukan pada saat pasien berada di ICU adalah membantu pernafasan pasien menggunakan alat bantu untuk menjamin ketersediaan oksigen kepada pasien.

Namun, kondisi pasien yang masih belum stabil tersebut, menyebabkan tim dokter tidak bisa melakukan tindakan operasi. Sehingga, penanganan selama 16 hari tersebut fokus pada trauma yang dialami korban.

"Saat pasien kita rawat, kondisinya tidak stabil. Jadi, masih belum memungkinkan untuk tindakan operasi," ujarnya.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi ketika ribuan suporter Arema FC, Aremania, merangsek masuk lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia, Sabtu (1/10/2022).

Polisi kemudian menembakkan gas air mata di lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas. Gas air mata juga diarahkan ke tribun penonton.

Tembakan gas air mata dan kebrutalan aparat TNI-Polri membuat kepanikan di area stadion. Para penonton kemudian berebut mencari jalan keluar dari stadion. Hal itu membuat banyak dari suporter yang terimpit dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion.

Baca juga artikel terkait KORBAN TRAGEDI KANJURUHAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan