Menuju konten utama

Kontroversi Trump Picu Turunnya Kurs Dolar & Saham-Saham AS

Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena gejolak terbaru di Washington memicu kekhawatiran pasar.

Kontroversi Trump Picu Turunnya Kurs Dolar & Saham-Saham AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengacungkan jempol saat meninggalkan Gedung Putih di Washington, dalam perjalanan menuju Harrisburg, Pennsylvania, Sabtu (29/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Yuri Gripas.

tirto.id - Gejolak terbaru di Washington telah memicu kekhawatiran pasar mengenai apakah pemerintahan Trump dapat terus mendorong agenda reformasinya. Hal ini menyebabkan kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya dan saham-saham AS di Wall Street juga berakhir turun tajam, Rabu (Kamis pagi WIB).

Gedung Putih pada Selasa (16/5/2017) membantah gelombang baru tuduhan media bahwa Trump mungkin telah mencoba untuk menghalangi peradilan dengan meminta Direktur FBI James Comey untuk mengakhiri penyelidikan terhadap mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn.

Para investor terkejut mendengar kabar tersebut dan mengkhawatirkan kemampuan Trump untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya yang ramah bisnis.

Permintaan pasar untuk mata uang "safe haven" melonjak pada Rabu (17/5/2017), dengan yen Jepang naik lebih dari 1,8 persen terhadap dolar AS selama sesi tersebut.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,61 persen menjadi 97,506 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1155 dolar AS dari 1,1094 dolar AS, dan poundsterling Inggris naik menjadi 1,2963 dolar AS dari 1,2925 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7425 dolar AS dari 0,7434 dolar AS.

Dolar AS dibeli 110,94 yen Jepang, lebih rendah dari 113,02 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9785 franc Swiss dari 0,9853 franc Swiss, dan naik tipis menjadi 1,3635 dolar Kanada dari 1,3580 dolar Kanada, demikian Xinhua.

Sementara itu, saham-saham Amerika Serikat di Wall Street berakhir turun tajam pada Rabu waktu setempat karena para investor khawatir gejolak di Washington akan membebani pasar dan agenda reformasi pemerintahan Presiden Donald Trump akan melambat.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 372,82 poin atau 1,78 persen menjadi ditutup pada 20.606,93 poin, menurut warta kantor berita Xinhua.

Sementara indeks S&P 500 kehilangan 43,64 poin atau 1,82 persen menjadi berakhir di 2.357,03 poin, dan indeks komposit Nasdaq turun 158,63 poin atau 2,57 persen menjadi ditutup pada 6.011,24 poin.

Gedung Putih pada Selasa (16/5/2017) membantah gelombang baru tuduhan media bahwa Trump mungkin telah berusaha menghalangi peradilan dengan meminta mantan Direktur FBI James Comey mengakhiri penyelidikan terhadap mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn.

"Saya harap Anda bisa membiarkan ini terjadi," kata Trump kepada Comey saat itu menurut sebuah laporan New York Times, mengutip dua orang yang membaca memo yang ditulis Comey beberapa saat setelah bertemu dengan Trump di Ruang Oval. Pertemuan itu terjadi setelah Flynn mengundurkan diri dari jabatannya karena skandal keterkaitannya dengan Rusia pada Februari lalu.

Kabar tersebut mengejutkan para investor dan mengkhawatirkan kemampuan Trump untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ramah bisnis.

Saham-saham Amerika Serikat telah membukukan kenaikan yang kuat sejak pemilihan presiden, dengan S&P dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa awal pekan ini, sebagian karena harapan pada rencana reformasi pajak.

Selain itu, musim laporan laba kuartal pertama juga dalam fokus. Data terakhir dari Thomson Reuters menunjukkan laba gabungan perusahaan-perusahaan S&P 500 pada kuartal pertama 2017 diperkirakan meningkat 14,7 persen secara tahun ke tahun, sementara pendapatannya diperkirakan meningkat 7,2 persen.

Saham-saham AS tergelincir dan diperdagangkan pada kisaran sempit pada Selasa (16/5), karena Wall Street terutama mencerna hasil kuartalan Home Depot yang lebih baik dari perkiraan dan data ekonomi yang baru dirilis.

Baca juga artikel terkait PEMERINTAHAN DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri