tirto.id - Anggota Komisi I DPR RI Evita Nursanty menilai penjelasan Facebook Indonesia dalam rapat dengar pendapat pada hari ini, Selasa (17/4/2018) tidak memuaskan. Menurut Evita, pernyataan yang disampaikan Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari belum memberikan kelegaan bagi masyarakat setelah terkuaknya skandal Cambridge Analytica.
“Kita sekarang menghadapi Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) 2018 dan Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019. Bagaimana Anda meyakinkan kami kalau Anda netral dan data pengguna tidak digunakan pihak ketiga?” kata Evita di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (17/4/2018).
Kasus bocornya data ini berawal dari Cambridge Analytica yang diduga memakai data pribadi dari 50 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat, pada 2016 lalu. Sementara Cambridge adalah firma yang mengurus kampanye Donald Trump.
Untuk itu, Evita mendesak agar Facebook segera melakukan audit investigasi terkait kebocoran data 1 juta pengguna Facebook di Indonesia. Adapun desakan tersebut sejalan dengan permintaan dari pemerintah yang disampaikan melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
“Saya ditelepon oleh Pak Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informatika), mana janji audit dari Facebook? Kalau pemerintah sudah meminta, jangan dianggap enteng,” ujar politikus PDIP tersebut.
Tak hanya Evita, anggota Komisi I DPR RI lainnya, Andi Rio Idris Padjalangi, juga menagih janji Facebook Indonesia yang telah menyanggupi untuk melakukan audit. Andi berpendapat Facebook perlu mengubah sistemnya sehingga tidak ada lagi kasus pemanfaatan data pengguna oleh pihak ketiga.
Kendati dalam pernyataannya Facebook Indonesia berulang kali menyampaikan maaf, namun Andi menilai sikap mereka masih defensif. “Mengatakan tidak ada kebocoran data, tapi Anda mengakui kesalahan dan meminta maaf. Ini hanya bolak-balik saja,” ucap Andi.
Senada dengan Andi, politikus fraksi PKS Sukamta juga melihat Facebook Indonesia terkesan lepas tangan dengan skandal kebocoran data ini.
Sukamta menyebutkan bahwa Facebook Indonesia terkesan menunjuk kesalahan ada pada Cambridge Analytica. Sementara di sisi lain, Sukamta turut mengungkapkan bahwa Cambridge Analytica telah menekankan mereka tidak bersalah.
“Apabila tidak ada yang mau mengaku salah, maka kami perlu melihat adanya bukti perjanjian yang Anda buat dengan seluruh pihak terkait yang menggunakan data Facebook,” jelas Sukamta.
Menanggapi hal itu, Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia, Ruben Hattari sendiri mengklaim proses audit investigasi di internal Facebook masih terus berlangsung. Ia memang tidak merinci berapa lama audit tersebut bakal dilakukan, namun ia menyebutkan bahwa proses audit sangat kompleks sehingga memerlukan waktu yang tidak sebentar.
“Ini proses yang memakan waktu, dan kita akan kerja sama dengan Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) dan Komisi I DPR RI untuk terus memberikan update,” ucap Ruben seusai rapat dengar pendapat.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto