tirto.id - Pada kemasan produk pelumas mesin, dapat dijumpai kode-kode semacam SAE, JASO, atau API. Kode tersebut merupakan petunjuk yang harus dipahami konsumen, supaya tidak keliru memilih oli untuk kendaraan.
SAE merupakan akronim dari Society Automotive Engineering—perkumpulan para insinyur yang bekerja untuk mengembangkan standar kualitas produk otomotif. Dalam konteks pelumas, SAE mengeluarkan skala viskositas atau tingkat kekentalan oli.
Melansir Popular Mechanic, dua angka yang dicantumkan dalam parameter kekentalan dari SAE, misal SAE 5W-30, merupakan tingkat kekentalan di kondisi berbeda. Kelompok angka pertama menunjukkan tingkat kekentalan pada suhu rendah—diukur pada kondisi temperatur nol derajat farenheit. Huruf “W” di belakang angka pertama berarti “winter” yang menggambarkan keadaan suhu rendah. Sementara, angka kedua adalah skala kekentalan oli pada suhu tinggi—diukur pada kondisi temperatur 212 derajat farenheit. Semakin tinggi angka viskositas, maka oli semakin kental, semakin kecil maka makin encer.
Kemampuan oli menjaga viskositasnya saat terjadi perubahan temperatur mesin dipengaruhi kandungan base oil—bahan baku dari oli atau pelumas yang dihasilkan dari minyak mentah—serta zat tambahan (aditif) yang digunakan dalam campuran oli. Pelumas mesin memiliki kandungan base oil antara 70-95 persen, dan sisanya bahan aditif berupa deterjen, anti-karat, anti-oksidan, pengencer, dan penguat indeks viskositas untuk mempertahankan kekentalan oli.
Bahan aditif diperlukan terutama untuk menjaga resistensi pelumas terhadap perubahan suhu. Tanpa aditif yang tepat, oli dapat mengental ketika mesin mencapai suhu tinggi. Jika itu terjadi, kinerja mesin menjadi berat dan rentan kehilangan tenaga.
Namun, sebagus apapun aditif, tidak akan bisa optimal bila dicampur ke dalam base oil berkualitas rendah. Salah satu masalah yang timbul dari pelumas dengan base oil murahan, yakni penguapan di suhu tinggi. Di kala base oil menguap, kekentalan pun berkurang sehingga pelumas tidak mampu menahan gesekan antar komponen mesin, serta mengurangi efisiensi bahan bakar.
Cara paling mudah untuk mengetahui kualitas base oil dari pelumas kendaraan, yakni dengan memantau penurunan volume oli di dalam mesin. Jika berkurang drastis tanpa ada rembes atau kebocoran, artinya pelumas mengalami penguapan hebat.
Melansir Whichcar, terdapat dua jenis base oil untuk pelumas mesin, yakni mineral dan sintetik. Minyak mineral merupakan minyak mentah yang langsung diolah menjadi pelumas, dicampur berbagai aditif. Sementara, minyak sintetik lebih dulu dimodifikasi menggunakan bahan kimia di laboratorium.
Pelumas berbahan minyak sintetik diklaim mampu memproteksi komponen mesin lebih baik dibandingkan oli mineral karena punya resistensi pada suhu tinggi. Oli sintetik direkomendasikan untuk mobil bermesin turbocharged karena mampu “menjinakkan” panas.
Sayangnya, oli sintetik memiliki kekentalan rendah, sehingga hanya bisa digunakan untuk mobil-mobil modern yang punya mesin kompak—di mana jarak antar komponen cukup rapat. Sementara, mesin mobil lawas cenderung memiliki ruang besar antar komponen, walhasil rentan terjadi rembes jika diberikan oli encer.
Selanjutnya, ada kode JASO atau Japanese Automotive Society Organization, pada pelumas mesin menandakan klasifikasi oli sepeda motor berdasarkan spesifikasinya. Dijelaskan laman Oil Specificationklasifikasi dibuat berdasarkan hasil tes JASO T 9004:2006—uji pelumasan terhadap gesekan komponen sistem kopling.
JASO membuat klasifikasi oli untuk motor 2-tak dan 4-tak yang ditandai dengan kode berbeda. Oli mesin 2-tak diberi kode JASO FA, JASO FB, JASO FC, dan JASO FD. Pada motor 2-tak, pelumasan komponen mesin—mulai dari piston, kruk as, dan ring piston menggunakan oli samping, sedangkan oli mesin hanya melumuri transmisi.
Kode JASO tersebut membedakan jenis aditif oli samping yang berpengaruh terhadap torsi mesin dan asap yang dihasilkan saat oli ikut terbakar dengan bensin. Singkatnya, oli berkode JASO FA menghasilkan asap paling banyak, JASO FB dan FC lebih minim asap, sedangkan JASO FD hampir nihil asap.
Bagi mesin 4 langkah, ada dua klasifikasi dari JASO, yakni JASO MA dan MB. Pelumas dengan label JASO MA diperuntukkan buat sepeda motor dengan kopling basah atau kopling terendam oli. Pelumas jenis ini tidak mengandung aditif friction modifier (pengencer), agar tetap lengket sehingga tidak membuat kopling selip.
“Formula oli MA lebih lengket dan punya aditif agar bisa bersenyawa dengan kampas kopling. Kopling tidak mudah selip,” tulis laman TOP1 Indonesia.
Sebaliknya, pelumas berkode JASO MB diberikan aditif pengencer sehingga dikategorikan sebagai pelumas dengan tingkat friksi paling rendah. Konsekuensi dari sifat kekentalan yang rendah, oli JASO MB hanya bisa digunakan di sepeda motor dengan kopling kering—di mana kopling tidak terendam oli, seperti pada skuter matik dan haram digunakan untuk mesin dengan kopling basah.
Kode lain yang juga jamak tercantum dalam kemasan pelumas mesin, yakni API—kependekan dari American Petroleum Institute. API menetapkan standar kualitas untuk pelumas mesin berdasarkan tingkat kekentalan dari SAE, kemampuan proteksi gesekan, serta kemampuan mengendalikan temperatur mesin.
Sejak 2010, API membuat standar baru untuk pelumas mesin bensin dengan kode API SN. Pelumas dengan sertifikasi tersebut memiliki kemampuan lebih baik dalam mengakomodir panas mesin dan mampu mengentaskan kotoran dari ruang mesin, serta dapat memenuhi standar bensin ethanol 85 persen (E-85). Standar baru tersebut menetapkan spesifikasi oli yang lebih tinggi ketimbang standar sebelumnya, API SM yang dikeluarkan tahun 2004 dan masih digunakan oleh beberapa produk pelumas.
Untuk mesin diesel, API membuat standar anyar yang berlaku mulai 2017, API CK-4. Standar tersebut menetapkan oli mesin diesel harus memenuhi kemampuan proteksi terhadap oksidasi, resisten dari penurunan viskositas dalam temperatur tinggi, serta melindungi mesin dari endapan residu bahan bakar.
Ihwal pemilihan oli yang tepat untuk sepeda motor dan mobil, dianjurkan mengacu pada buku manual kendaraan. Misalnya, Toyota Avanza tahun 2017, rekomendasi pabrikan menggunakan pelumas dengan viskositas SAE 10W-40. Anjuran spesifikasi oli dari pabrikan itu bisa terus digunakan, meskipun mobil atau sepeda motor sudah berusia lanjut.
Pemilik bengkel spesialis tune-up Dokter Mobil, Thayne Vicenda Lika mengatakan, tidak ada perubahan kebutuhan oli mesin untuk mobil baru maupun lama. Pabrikan sudah menyesuaikan jenis oli dengan konstruksi mesin. Pemilik mobil diperbolehkan memilih jenis oli, baik tipe mineral atau sintetik asalkan kekentalannya sesuai dengan anjuran pabrikan.
"Samakan saja (spesifikasi oli dengan anjuran buku manual), tidak ada alasan untuk mengganti viskositas. Viskositas oli itu tidak ada hubungannya dengan rembesan di ring piston. Kalau memang ring pistonnya sudah jelek ya pakai oli apapun pasti rembes," jelas pria yang akrab disapa Lung Lung kepada Tirto.
Editor: Suhendra