tirto.id - Forest Green Rovers hanya sebuah klub kecil dari kota kecil, dan bermain di sebuah divisi yang tidak semua pesertanya merupakan klub sepak bola profesional. Namun, Rovers adalah klub yang pantas dinilai bukan dari siapa mereka, melainkan apa yang mereka lakukan. Setiap pertandingan Rovers adalah kampanye gaya hidup ramah lingkungan.
Semuanya berawal ketika Rovers terancam bangkrut di pengujung musim 2009/10. Manajemen klub kemudian mengundang beberapa orang, salah satunya Dale Vince, ke New Lawn (kandang Rovers) untuk menyaksikan Rovers bertanding.
Tampaknya memang tidak ada kandidat yang lebih tepat daripada Vince. Selain ditaksir memiliki kekayaan senilai 100 juta pound sterling, Vince, CEO Ecotricity, merupakan pengusaha lokal. Ecotricity berlokasi di Stroud sedangkan Rovers bermarkas di Nailsworth -- kedua kota sama-sama terletak di Gloucestershire.
Dari sekian tamu undangan, Vince akhirnya menjadi pemegang saham mayoritas.
“Sejarah sepak bola mereka berusia 100 tahun dan kami pikir, mengingat ini [Gloucestershire] adalah halaman belakang kami bersama, kami harus melakukan sesuatu,” ujar Dale. “Dan lagi, di saat yang bersamaan, kami rasa kami dapat membawa pesan dan karya kami ke hadirin baru, yang relatif tak tersentuh oleh hal-hal yang kami lakukan.”
Vince terang-terangan mengatakan menyelamatkan Rovers bukan agenda tunggalnya. Namun, penolakan dan kekhawatiran yang lazim mengiringi perpindahan kepemilikan klub tidak terdengar ketika Vince menjadi chairman Rovers.
“Reaksi pertama saya ketika Dale Vince mengambil alih adalah, ini kabar bagus,” ujar Tim Barnard, ketua perserikatan suporter Forest Green Rovers. “Akhirnya, seseorang dengan kekuatan finansial yang cukup untuk membawa klub ke tingkat yang lebih tinggi. Chairman yang mau menggunakan uangnya sendiri untuk memasang panel surya di atap bukanlah ancaman untuk siapa pun.”
Memasang 170 panel surya di atap Essi Stand – salah satu tribun di New Lawn – pada Desember 2011 memang merupakan langkah pertama Vince mengubah Rovers menjadi klub ramah lingkungan. Tahun berikutnya Rovers memperkenalkan pemangkas rumput tenaga surya untuk melengkapi perawatan khusus terhadap lapangan pertandingan mereka. Jauh sebelum dirawat dengan pemangkas tenaga surya, rumput di New Lawn sudah tidak bersentuhan dengan pupuk berbasis nitrogen dan bahan kimia melainkan pupuk organik dari teh kompos hingga rumput laut.
Rovers bahkan memiliki sistem pengairan sendiri untuk memastikan air yang digunakan untuk menyiram lapangan langsung masuk ke dalam penampungan untuk kembali digunakan menyiram lapangan, karpet-karpet dalam bangunan stadion adalah produk daur ulang, stadion dicat hanya dengan cat organik; dan seragam bertanding dicuci dengan sabun cuci bebas fosfat.
Rovers juga melibatkan suporter. Tidak lama setelah Vince menghapus daging merah dari menu makanan pemain dan staf pada 2011 karena “industri daging dan bahan olahan susu bertanggung jawab untuk lebih banyak emisi daripada gabungan seluruh pesawat, kereta, mobil, dan perahu di seluruh dunia”, para suporter dipaksa berpisah dengan menu makanan tradisional hari pertandingan seperti pai daging, burger, dan sosis di lingkungan New Lawn. Sebagai gantinya mereka mendapat menu makanan vegetarian.
“Ada kelompok suporter garis keras yang merindukan Bovril dan sosis gulung,” ujar Phil Butterworth, yang sudah mendukung Rovers selama dua puluh tahun terakhir. “Namun itu semua tinggal cerita sekarang, dan saya berani menjamin 95 persen suporter sepenuhnya mendukung kebijakan Dale.”
Dukungan penuh dari para suporter itulah yang memungkinkan Vince membawa Rovers ke tahap berikutnya. Pada November 2015 Rovers sama sekali menghilangkan daging dan bahan olahan susu dari menu makanan dan dengannya mereka klub vegan pertama di dunia.
Usaha Naik Kelas
Langkah berikutnya, kemudian, adalah memperkenalkan filosofi Rovers ke lebih banyak audiens. Caranya adalah tampil di panggung yang lebih besar, di divisi yang lebih tinggi. Alasannya: semakin tinggi tempat level kompetisi, semakin besar potensi pesan-pesan ekologis mereka tersampaikan.
Kedatangan DaleVince sebagai chairman membuat ForestGreenRovers mendapat julukan baru: Chelsea-nya divisi non-profesional. Ini bukan pujian.
“Tidak ada yang membuatku lebih marah daripada bagaimana, menurut pendapatku, pertandingan divisi non-profesional menjadi rusak dan semakin rusak oleh kehadiran klub dengan pengeluaran besar-besaran seperti Forest Green Rovers,” ujar John Pakey, reporter yang bertugas meliput Lincoln City untuk Lincolnshire Echo. “Keputusan mereka untuk mendongkrak gaji sangat tinggi hanya menyebabkan inflasi nilai pemain sepak bola di tingkatan ini.”
Rovers sejauh ini sudah meraih empat penghargaan sejak Vince mengambil alih kepemilikan klub, namun semuanya mereka dapatkan dari keberhasilan luar lapangan: Nature Works Business Awards (2012), Institute of Groundsmanship Industry Awards (2012), Business Green Leaders Awards (2013), dan Sport and Leisure Catering Magazine ‘Menu of the Year’ (2016).
Vince mengambil alih kepemilikan Rovers saat mereka masih bermain di Football Conference; tujuh tahun berselang, Rovers kini bermain di National League. Namun ini hanya perkara perubahan nama liga. Football Conference atau National League, tingkatnya tetap sama: divisi kelima.
Di musim pertamanya bersama Vince, 2010/11, Rovers mengakhiri musim di peringkat ke-20 (dari 24 peserta); tiga musim berikutnya Rovers selalu menduduki peringkat kesepuluh; pada 2014/15, Rovers mengakhiri musim di peringkat kelima namun tidak meraih promosi karena gagal di putaran play-off; dan musim lalu, Rovers kembali gagal meraih promosi karena hanya menduduki peringkat kedua (promosi langsung diberikan kepada juara liga sementara klub yang menempati peringkat dua hingga lima bertanding di putaran play-off untuk memperebutkan satu tiket promosi ke League Two, divisi keempat).
Saat ini Rovers menempati peringkat ketiga dalam tabel klasemen sementara National League. Rovers telah meraih 81 poin dari 42 pertandingan; empat poin di belakang Tranmere Rovers (85 poin, 42 pertandingan) dan tujuh poin di belakang Lincoln City (88 poin, 41 pertandingan).
Secara matematis Rovers masih mungkin menyalip Lincoln untuk meraih tiket promosi otomatis, namun tujuh poin adalah selisih yang besar di papan atas mana pun, baik Premier League atau National League. Rovers cukup aman di zona play-off, namun hasil dua play-off terakhir tidak begitu meyakinkan.
Stadion yang Lebih Ramah Lingkungan
Tanpa kepastian promosi, satu-satunya panggung yang bisa membuat Rovers hadir di hadapan lebih banyak audiens adalah stadion baru – yang sepenuhnya terbuat dari kayu.
“Yang luar biasa adalah stadion ini akan sepenuhnya terbuat dari kayu – yang pertama di dunia,” ujar Vince saat mengumumkan rancangan stadion baru Rovers (dirancang oleh Zaha Hadid Architect) pada November tahun lalu.
“Pentingnya kayu adalah bukan hanya karena kayu tumbuh secara alami, tapi juga karena kayu memiliki kandungan karbon yang rendah – serendah-rendahnya kandungan karbon dalam bahan bangunan. Dan melihat bahwa sekitar tiga perempat pengaruh karbon dari stadion mana pun berasal dari bahan bangunannya, dapat dilihat mengapa (stadion berbahan sepenuhnya kayu) begitu penting – dan karena itulah stadion baru kami akan memiliki kandungan karbon paling rendah dibanding stadion mana pun di seluruh dunia.”
Di lokasi New Lawn nantinya akan dibangun sebuah komplek perumahan ramah lingkungan yang terdiri dari 90 unit rumah. Jika Vince dan suntikan dananya membuat Rovers dijuluki Chelsea-nya divisi non-profesional, maka pindah ke stadion yang lebih megah dan mengubah stadion lama menjadi tempat tinggal harusnya membuat Rovers menjadi Arsenal-nya divisi non-profesional; Arsenal mengubah Highbury menjadi apartemen saat mereka pindah ke Emirates Stadium.
“Pindahnya stadion [kandang Rovers] berarti Forest Green akan kehilangan banyak aset komunitas, termasuk pusat kebugaran utama,” ujar Sue Reed, wakil walikota Nailsworth. “Sementara perumahan ramah lingkungan sewajarnya disambut dan didukung, kita harus bertanya apakah wilayah ini benar-benar memerlukan lebih banyak perumahan. Forest Green sudah memiliki populasi terpadat di Nailsworth. Yang benar-benar kami butuhkan adalah lebih banyak bangunan serba guna, pertokoan, dan sekolah dasar. Perumahan bukan keperluan utama. Ditambah lagi, klub tumbuh di Forest Green jadi akan sangat disayangkan jika mereka pindah. (Rovers) akan kehilangan bagian penting dari identitasnya.”
Penulis: Taufiq Nur Shiddiq
Editor: Zen RS