Menuju konten utama

Kisah Suyati, Nabung 10 Tahun untuk Umrah, Tertunda karena Corona

Mimpi Suyati melihat Kakbah tertunda karena Corona. Arab menutup akses untuk orang asing.

Kisah Suyati, Nabung 10 Tahun untuk Umrah, Tertunda karena Corona
Calon jamaah umrah asal Metro Bandar Lampung meninggalkan bandara untuk kembali ke rumah masing-masing usai mengetahui adanya pembatalan penerbangan dari Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/2/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.

tirto.id - Suyati (60) sudah bertekad ibadah umrah bersama suaminya, Sriyono (68), sejak bertahun-tahun yang lalu. Kemarin (27/2/2020) semestinya ia berangkat, setelah menyisihkan Rp500 ribu per bulan selama 10 tahun.

Suyati bercerita kepada reporter Tirto kalau menyisihkan uang selama itu perlu pengorbanan. Berkali-kali ada kebutuhan lebih mendesak, yang membuat uang tabungan terpaksa dipakai. Dari mulai menikahkan anak, hingga perawatan kesehatan. Tanpa itu semestinya dia bisa berangkat lebih cepat.

Ia hampir menyerah tahun lalu karena hanya berhasil mengumpulkan duit Rp30 juta. Tidak cukup untuk ongkos berdua--biaya umrah di atas Rp20 juta per orang. Ahirnya sang anak memberi tambahan uang. Biaya pun terkumpul sudah.

Sayangnya Suyati dan suami tak jadi berangkat. Kerajaan Arab Saudi memutuskan menutup sementara pintu mereka dari para jemaah umrah seluruh dunia, Kamis (27/2/2020) lalu. Via Twitter, Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi mengatakan keputusan ini adalah salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Corona alias Covid-19, sebuah virus yang berasal dari Cina dan sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia dan menewaskan ribuan orang.

Pemberitahuan pembatalan umrah sudah disampaikan penyelenggara perjalanan sejak beberapa jam sebelumnya. Pemberitahuan ini disampaikan setelah koper Suyati dan suami dimasukkan ke pesawat, sekitar pukul 11.30. Hingga magrib tiba, koper belum juga kembali. Suyati pun terpaksa menunggu.

"Kami lagi menunggu koper yang sudah di pesawat," katanya.

Mengobrol sambil ditemani teh hangat dan bersander di bangku, Suyati mengaku pilu saat pertama kali mendengar pemberitahuan ini. Di matanya sudah terbayang Kabah. Sekilas matanya berkaca-kaca.

"Bersabar saja, sebentar lagi," katanya.

Seperti banyak orang Indonesia lain, Suyati juga menemukan hal-hal yang membuatnya bersyukur meski dalam situasi terjepit. Dia bersyukur karena sebelum berangkat tidak menggelar pengajian besar-besaran. Hanya tetangga dekat dan sanak saudara yang tahu keberangkatannya.

"Kalau ramai, kan, malu ya umrahnya enggak jadi," katanya.

Suyati berharap Kerajaan Arab Saudi segera membuka kembali negaranya untuk para jemaah. "Tunggu sebentar lagi," katanya, meyakinkan diri sendiri.

Baca juga artikel terkait LARANGAN UMRAH atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino