Menuju konten utama

Kisah Sedih Penutupan Gawker.com

Gawker.com, situs unggulan Gawker Media yang terkenal punya brand kuat dengan jurnalisme kandidnya, akan tutup pekan depan.

Kisah Sedih Penutupan Gawker.com
Nick Denton, pendiri dan pemilik media online Gawker . [Foto/www.yahoo.com]

tirto.id - Meski masih punya pekerjaan, para penulis dan editor Gawker.com mulai mencemaskan masa depan mereka. Waktu mereka untuk menentukan pilihan masa depan sangat sempit, tinggal seminggu lagi, dan kondisinya serba sulit.

"Bagi sebagian dari kalian, ini barangkali hanya tempat parkir sementara kalian mencari jalan akan ke mana selanjutnya," kata John Cook, editor eksekutif Gawker Media, kepada para staf situs tersebut pada rapat Kamis (18/8) lalu.

Penutupan Gawker.com diberitakan langsung di situsweb mereka. Keputusan ini diambil sehari setelah Univision, korporasi media berbahasa Spanyol di Amerika Serikat, membeli Gawker Media, mengakuisisi startup media digital yang didirikan oleh Nick Denton ini, seharga $135 juta. Univision membeli semua brand media yang berada di bawah bendera Gawker Media—selain Gawker.com, ada Jezebel, Deadspin, Lifehacker, Gizmodo, Deadspin, Kotaku, io9, dan Jalopnik.

Pembelian Univision tersebut disahkan seorang hakim yang memimpin sidang kebangkrutan Gawker Media—berdasarkan UU No 11 di AS tentang perlindungan atas kebangkrutan. Selang beberapa jam setelah hakim menandatangani kesepakatan tersebut, Denton mengirim memo kepada para pegawainya mengenai akuisisi Univision dan rencana menutup Gawker.com.

"Sayang sekali, baik saya maupun Gawker.com, brand unggulan grup media yang saya dan rekan-rekan saya bangun, harus sampai pada tahap ini," kata Denton. "Gawker.com akan menjadi legenda."

Ini merupakan akhir yang mengejutkan bagi situsweb yang turut menentukan dan membentuk nada kritis dengan gaya satir yang sekarang bisa ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh media digital. Bersama situs-situs sejenis Buzzfeed, Gawker adalah pionir penjudulan yang panjang—mirip koran Lampu Kuning dan kemudian Lampu Hijau di Indonesia—dan penulisan yang condong slengekan. Situs ini juga menjadi batu loncatan banyak penulis dan editor yang kini masyhur di internet.

Tapi Gawker.com juga banyak menuai kritik, tidak sedikit orang yang jingkrak-jingkrak kesenangan mendengar berita penutupan Gawker. Selama 14 tahun mengudara, artikel mereka seringkali menyinggung banyak pihak, memicu protes, dan beberapa bahkan berujung di meja hijau. Tuntutan hukum terakhir yang mereka terima bahkan sampai memukul KO Gawker.com: gugatan dari Hulk Hogan, mantan pegulat profesional, memaksa Gawker Media mengumumkan kebangkrutan karena tidak sanggup bayar denda.

Hogan, yang bernama aslinya Terry Bollea, mengajukan gugatan terkait privasi terhadap Gawker Media setelah Gawker.com menayangkan sebagian dari video seksnya pada tahun 2012. Pada awal tahun ini, hakim dalam persidangan di Florida memutuskan, Gawker harus membayar ganti rugi terhadap Hogan sebesar $140.100.000, sehingga Denton harus mengajukan perlindungan kebangkrutan dan menjual perusahaannya.

Hogan sebenarnya tidak punya cukup uang untuk membiayai persidangan. Tapi musuh Gawker yang lain, yang masih sakit hati, Peter Thiel, salah seorang miliarder Silicon Valley, rela merogoh kocek dalam-dalam hanya agar Gawker kena batunya. Dalam pernyataannya di berbagai media, Peter Thiel, yang pernah disebut gay oleh Gawker, menegaskan bahwa ia mendukung Hogan "sampai kemenangan terakhirnya."

"Peter Thiel telah mencapai banyak tujuannya," kata Denton. Meski begitu, menurut Denton, masih akan "terlalu berisiko" bagi Univision atau calon investor lain jika Gawker.com tidak ditutup.

Isaac Lee, kepala pemberitaan digital Univision, mengunjungi kantor Gawker Media di Manhattan Jumat sore. Selama 45 menit Lee bicara, menjawab pertanyaan dari para staf. Pada kesempatan itu Lee berterus-terang, Univision belum punya rencana pasti untuk untuk para pekerja Gawker.com.

Tapi Lee juga menekankan, Univision tetap akan memakai jasa para karyawan Gawker.com sesuai kapasitasnya masing-masing. Terutama untuk memperkuat enam situs lainnya.

Hamilton Nolan, misalnya, sebagai salah satu penulis paling senior di Gawker.com, akan dipindahkan ke Deadspin, situs olahraga Gawker Media secara berkala menulis tinju.

Nolan, penulis selengekan yang banyak mempengaruhi gaya tulisan di Gawker dan banyak situs lain, pada awal pekan kemarin sempat menantang Lee untuk mempertahankan Gawker.com sebagai perlawanan terhadap Peter Thiel. "Saya pikir, tidak ada cara yang lebih baik bagi Isaac Lee dan Univision dalam menunjukkan keyakinan akan perusahaan ini selain tidak membiarkan seorang miliarder penuh dendam memberantas situs kami dari muka bumi," kata Nolan.

Tapi Univision sepertinya tak cukup berani ambil risiko.

Selain Nolan, Alex Pareene, pemimpin redaksi Gawker.com, juga akan segera bergabung di Deadspin. J.K. Trotter, wartawan yang sabar meliput media-media digital, akan pindah ke Gizmodo, situs yang fokus pada pemberitaan teknologi dan sejauh ini merupakan brand yang paling sukses secara komersial dalam portofolio Gawker Media. Sejumlah anggota staf lainnya akan pindah ke Jezebel, situs yang fokus pada wanita.

Meski demikian, Denton masih menyimpan keyakinan bahwa Gawker.com akan bangkit lagi. "Gawker.com barangkali, seperti Majalah Spy, akan punya kesempatan kedua," katanya.

Sementara Tom Scocca, salah seorang editor andalan Gawker, memelihara harapan yang sama dengan Denton. "Saya pikir rekan-rekan masih percaya misi yang pernah mereka pegang teguh," kata Scocca. "Kebanggaan dan solidaritas kami belum pernah setinggi ini dan saya pikir kami semua jijik dan marah karena hal ini bisa terjadi di negara yang punya klaim melindungi kebebasan pers."

Tapi keyakinan Nick itu dimentahkan oleh seorang karyawan Gawker.com sendiri. "Dari apa yang saya tahu, tidak seorang lagi yang tertarik membangkitkan Gawker. Tidak juga Denton," kata karyawan dalam kondisi anonim kepada CNNMoney. "Yang jelas, Univision tidak akan menghidupkan lagi Gawker.com dalam skenario apapun."

Di laman Facebook-nya, semalam Denton akhirnya menyerah kalah. Ia menulis, "Beginilah hariku. Sangat pahit. Perusahaan dan orang-orangnya bisa diselamatkan. Tapi Gawker.com harus dikorbankan. Sedih sekali memang."

Baca juga artikel terkait MEDIA atau tulisan lainnya dari Arlian Buana

tirto.id - Bisnis
Reporter: Arlian Buana
Penulis: Arlian Buana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti