Menuju konten utama

Kisah Orang-Orang yang Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

COVID-19 berdampak tidak hanya bagi kesehatan, namun juga bagi ekonomi dan sosial.

Kisah Orang-Orang yang Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19
Pengendara motor melintas di dekat dinding bermural di terowongan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/11/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.

tirto.id - Selain berupaya mengadakan vaksin untuk menekan penularan COVID-19, Pemerintah juga berupaya memulihkan perekonomian nasional yang terdampak pandemi COVID-19.

Bantuan dan stimulus direalisasikan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hingga 25 November 2020, realisasi anggaran PEN mencapai Rp431,54 Triliun atau setara 62,1% dari total anggaran PEN yang mencapai Rp695,2 triliun.

Pandemi COVID-19 berdampak tidak hanya bagi kesehatan, namun juga bagi ekonomi dan sosial. Sejumlah masyarakat menghadapi tantangan hidup dari kehilangan separuh penghasilan, kehilangan pekerjaan, sampai harus beralih profesi untuk bertahan.

Aditya Santosa, Pilot Maskapai Penerbangan Nasional, ikut terdampak pandemi COVID-19 dan mencoba peruntungan baru lewat bisnis jual beli online. Ia menyampaikannya pada Dialog Produktif bertema ‘Vaksin:Harapan Kembali Produktif’ yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (02/12/2020).

“Mulai Maret 2020, industri penerbangan mulai terdampak. Mulai ada yang namanya pengurangan jadwal dan larangan terbang ke negara-negara tertentu. Efeknya sangat terasa sekali untuk saya, yang biasa dalam sebulan bisa terbang 4-5 kali, sekarang mungkin hanya bisa 3 bulan sekali. Untuk pilot pendapatan kami dipotong 30% dari maskapai, dan dengan berkurangnya jam terbang, berkurang juga uang terbang kami, ini sangat terasa bagi kru udara seperti saya,” ungkapnya sebagaimana dikutip laman resmi #SatgasCovid.

Karena banyak waktu luang, Aditya Santosa mulai mencoba bisnis online guna menambal pendapatannya yang kini berkurang.

"Saya mulai mencoba berwirausaha, mulai jualan online dan belajar berjualan dari teman saya. Puji Tuhan lumayan, ada hasilnya. Karena banyak waktu luang, jarang terbang, saya bisa investasi waktu saya ke hal lain," kata Aditya.

Sejalan dengan kisah Aditya, Pengusaha Batik asal Lasem, Jawa Tengah Priscilla Renny turut membangun bisnisnya di tengah pandemi ini.

Sarung Batik Tiga Negeri yang jadi komoditas andalannya pada momen Lebaran mengalami penurunan penjualan yang tajam.

“Mungkin penurunan pendapatan kami mencapai 70%. Tapi hingga kini, yang saya lakukan tetap bertahan meski berjalan sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Pricilla ikut memotivasi para pengusaha batik di Lasem untuk ramai-ramai berjualan secara online. Transformasi ekonomi ini belum begitu dilirik para pengusaha sebelum pandemi COVID-19.

"Kebetulan kemarin dari pihak Pemerintah Kabupaten setempat memberikan pelatihan untuk jual beli online. Untuk saat ini jual beli online yang membantu kami untuk melakukan penjualan produk batik Lasem," kata Priscilla Renny.

Priscilla Renny mengakui pemasarannya hanya dilakukan dari mulut ke mulut, sebelum mencoba berjualan di platform digital. Terkadang, ia juga memasarkannya secara langsung melalui pesan ponsel.

“Dengan berjualan online, arus keuangan usaha sedikit demi sedikit mulai pulih. Untuk penjualan tiap bulan sudah ada peningkatan. Meski belum normal seperti dulu. Sekarang minimal penjualan sudah ada," terangnya.

____________________

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH