Menuju konten utama

Kisah Hidup Chandrasekhar Si Jenius yang Temukan Evolusi Bintang

Chandrasekhar adalah keponakan dari seorang ahli fisika India pemenang Hadiah Nobel 1930 Chandrashekara Raman.

Kisah Hidup Chandrasekhar Si Jenius yang Temukan Evolusi Bintang
Professor Subrahmanyan Chandrasekhar berfoto saat beliau masih muda. FOTO/Getty Image.

tirto.id - Google hari ini mengabadikan astrofisikawan Subrahmanyan Chandrasekhar menjadi doodle hari ini, Kamis (18/10/2017).

Chandrasekhar, dikenal sebagai Chandra adalah si anak jenius, yang pada usia 20 tahun telah menerbitkan makalah pertamanya dan mengembangkan teori evolusi bintang.

Lahir pada 19 Oktober 1910, ke sebuah keluarga Tamil di Lahore (sekarang Pakistan), Chandrasekhar adalah keponakan dari seorang ahli fisika India pemenang Hadiah Nobel 1930 Chandrashekara Raman untuk karyanya di bidang hamburan cahaya.

Terlahir sebagai anak pertama dari C Subrahmanyan Ayyar dan Sitalakshmi Balakrishnan, Chandra memiliki enam saudara perempuan dan tiga bersaudara. Semasa kecil, ia belajar di rumah hingga berusia 12 tahun.

Chandrasekhar menyelesaikan wisuda dari Presidency College di Chennai (kemudian Madras) pada tahun 1930. Dia menempuh studi lebih tinggi di University of Cambridge setelah pemerintah memberinya beasiswa. Ia menyelesaikan studi PhD-nya pada tahun 1933.

Seperti dikutip dari Indian Express, sumbangan terpentingnya di bidang sains adalah – 'Chandrasekhar Limit' - yang menjelaskan massa maksimum bintang kerdil putih yang stabil. Dengan teori ini, Chandrasekhar menunjukkan bahwa massa white dwarf (kurcaci putih) tidak bisa melebihi 1,44 kali dari Matahari.

Dulu, diperkirakan bahwa kurcaci putih akan menjadi titik puncak bagi semua bintang. Perhitungannya ini menjadikan orang mengerti tentang fenomena supernova, bintang neutron dan lubang hitam, yang diidentifikasi pada tahun 1972.

Penemuan Chandrasekhar Limit diabaikan selama beberapa dekade bahkan saat ahli astrofisika terus memberikan kontribusi luar biasa di beberapa bidang lainnya.

Selain penemuan itu, Chandrasekhar juga mengembangkan teori gravitasi gelombang gravitasi. Pemikiran matematisnya terhadap evolusi bintang menghasilkan sejumlah model teoritis terkini dari tahap evolusioner akhir bintang masif dan lubang hitam.

Observatorium sinar-X milik NASA juga dinamai Chandra X-ray Observatory untuk menghormatinya.

Selama Perang Dunia II, dia menjadi peneliti di Angkatan Darat Amerika Serikat, dan diundang untuk bergabung dengan Proyek Manhattan yang menghasilkan bom nuklir pertama di dunia, namun penundaan pemrosesan izin keamanannya membuatnya tidak berkontribusi terhadap proyek tersebut.

Enam belas tahun setelah dia datang ke AS, Chandrasekhar diberi kewarganegaraan AS pada tahun 1953.

Dia direkrut sebagai wakil profesor oleh University of Chicago pada usia 26 tahun, dimana dia menghabiskan sisa karirnya. Penelitiannya mengeksplorasi hampir semua cabang astrofisika teoritis dan dia menerbitkan sepuluh buku, masing-masing mencakup topik yang berbeda, termasuk satu di antara hubungan seni dan sains.

Pemenang Hadiah Nobel pada tahun 1983 ini menjabat sebagai editor Jurnal Astrofisika dan mengubahnya menjadi publikasi berkelas dunia.

Pada tahun 1944, Chandra saat berusia 34 tahun terpilih menjadi anggota Royal Society of London, organisasi ilmiah tertua di dunia.

Menikah dengan Lalitha Doraiswamy pada tahun 1936 di Madras, komunitas India-Amerika memuji istrinya atas "pemahaman, dukungan, dan dorongan" dan menyebut istrinya menjadi aspek utama kehidupan Chandra.

Pada tahun 1937, Chandra berimigrasi dari India ke Amerika Serikat. Dia dan istrinya menjadi warga Amerika pada tahun 1953.

Dia pensiun dari Universitas Chicago pada tahun 1980, meskipun ia tetap sebagai peneliti setelah pensiun. Pada tahun 1983, ia menerbitkan sebuah karya klasik tentang teori matematika tentang lubang hitam. Karya inilah yang membuatnya meraih Hadiah Nobel berbagi dengan William Fowler.

Chandrasekhar meninggal karena serangan jantung di rumah sakit Universitas Chicago pada tanggal 21 Agustus 1995, pada usia 84. Istrinya bertahan sampai tahun 2013, namun meninggal dunia pada usia 102 tahun.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait GOOGLE DOODLE atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Humaniora
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri