tirto.id - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan kunjungan tak resmi ke Cina pada 25-28 Maret 2018. Kabar itu disampaikan kantor berita Cina, Xinhua.
Kim bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan mereka melakukan "perundingan yang sukses", sebut kantor berita Xinhua. Ini merupakan kunjungan pertama Kim ke luar negeri sejak berkuasa pada 2011.
Para analis menganggap kunjungan ini adalah persiapan menjelang pertemuan Korea Utara dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Kabar kunjungan mendadak Kim itu mencuat setelah sejumlah media termasuk media Jepang melaporkan bahwa seorang tokoh penting Korea Utara tiba dengan menumpang sebuah kereta diplomatik, dikawal dengan penjagaan keamanan ketat.
Berdasarkan rekaman video dari saluran Jepang, Nippon News Network, menunjukkan gerbong kereta warna hijau dengan garis memanjang warna kuning.
Saluran televisi itu mengatakan, kereta itu mirip dengan yang digunakan oleh Kim Jong-il, ayah dan pendahulu Kim Jong-un, ketika mengunjungi Beijing pada tahun 2011.
Dikutip dari BBC, selama kunjungan itu, Kim meyakinkan Cina bahwa ia berkomitmen untuk menyerahkan senjata nuklirnya namun dengan mengajukan syarat.
"Masalah denuklirisasi Semenanjung Korea dapat diselesaikan, jika Korea Selatan dan Amerika Serikat menanggapi upaya kami ini dengan niat baik yakni menciptakan suasana damai dan stabilitas sambil mengambil langkah-langkah progresif dan sinkron untuk mewujudkan perdamaian," kata Kim, seperti dikutip BBC.
Setelah bertahun-tahun provokasi melalui uji coba rudal, Pyongyang mulai melakukan upaya diplomasi. Adik Kim yakni Kim Yo-jong, memimpin delegasi ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan bulan lalu yang mengarah pada pembicaraan langsung dengan Korea Selatan.
"Ini adalah sinyal positif dalam politik bahwa Pyongyang siap untuk dialog lebih lanjut," kata Michael Kovrig, penasihat senior dari International Crisis Group, sebuah organisasi independen terkait pencegahan konflik, seperti dikutip The Guardian.
“Tapi tantangannya adalah menciptakan kepercayaan dan kondisi di mana Kim akan merasa cukup aman untuk melakukan denuklirisasi, sambil tetap waspada terhadap proliferasi dan deterensi. Itu tidak akan mudah," lanjut Kovrig.
Dikutip dari The Guardian, kunjungan Kim ke Cina untuk mempersiapkan pertemuna dengan presiden Korea Selatan, Moon Jae-in pada bulan April dan mengadakan pertemuan puncak dengan presiden AS Donald Trump pada bulan Mei mendatang.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora