tirto.id - Kebijakan Presiden Donald Trump yang mengeluarkan Amerika Serikat dari Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP), dinilai akan menguntungkan posisi Indonesia dari segi manufaktur. Hal ini dikemukakan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani.
"Dengan tidak adanya TPP, posisi Indonesia lebih bagus dari segi manufaktur karena tidak mendapatkan saingan dari Vietnam," kata Rosan dalam diskusi "Prospek Ekonomi dan Bisnis 2017" di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Selasa (24/1/2017).
Pengesampingan TPP oleh AS, kata dia, merupakan peluang bagi ASEAN untuk kemudian memperkuat perdagangan bebas negara-negara anggotanya yang resprositasnya masih rendah.
"Jangan sampai ada 'Brexit' di ASEAN karena aliansinya berbeda-beda, misalnya Kamboja yang bersekutu ke Cina. Kita tidak pernah terpikir negara-negara ASEAN akan selalu bersatu, tidak tertutup kemungkinan kita bisa pecah," ucap Rosan seperti yang dikutip Antara.
Menurut dia, salah satu langkah yang dapat diambil untuk mempertahankan kohesivitas ASEAN adalah melalui perdagangan dan investasi.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Donald Trump telah secara resmi menarik keikutsertaan negaranya dalam TPP pada Senin (23/1/2017) waktu setempat. Langkah tersebut dinilai menjauhkan AS dari sekutu-sekutunya di Asia ketika di saat bersamaan pengaruh Cina semakin meningkat di kawasan tersebut.
Guna memenuhi janji kampanyenya untuk mengakhiri keterlibatan AS dalam TPP, Trump menandatangani keputusan presiden atau "executive order" di Ruang Oval yang menyatakan menarik keluar AS dari pakta perdagangan yang beranggotakan 12 negara itu.
Trump, yang ingin menggairahkan lagi sektor manufaktur, mengatakan dia akan memburu kesepakatan dagang bilateral dengan negara-negara di dunia.
Sikap Trump menyangkut perdagangan global mencerminkan perasaan umum rakyat Amerika bahwa kesepakatan dagang internasional lebih banyak merugikan pasar lapangan kerja AS.
Menurut Rosan, Trump tidak akan sepenuhnya menjalankan janji-janji kampanyenya. Namun, Trump dipastikan akan menentang perdagangan bebas yang merugikan AS.
"Bagi Trump yang konsisten adalah menantang perdagangan bebas dan juga akan meninjau NAFTA [Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara], tentu itu berdampak pada banyak negara. Untuk bilateral, AS masih terbuka karena kalau [perdagangan] multilateral dinilai banyak merugikan AS," ucap Rosan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari