Menuju konten utama

Kenapa Swab Antigen Lebih Direkomendasikan dari Rapid Test Antibodi

Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi virus Corona aktif melalui rapid test atau swab antigen adalah 20 hingga 30 menit.

Kenapa Swab Antigen Lebih Direkomendasikan dari Rapid Test Antibodi
Jurnalis mengikuti tes usap (swab test) COVID-19 gratis yang digelar Pertamina di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (23/10/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

tirto.id - Jelang libur Natal dan tahun baru 2021 beberapa daerah di Indonesia mewajibkan wisatawan dan pemudik harus membawa hasil negatif rapit test atau swab test antigen Covid-19 jika keluar atau masuk daerah tersebut.

Beberapa daerah yang mewajibkan wisatawan maupun pemudik harus membawa hasil negatif repid test atau swab antigen adalah Jakarta, Bali, Solo dan beberapa daerah lain di Indonesia.

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir serta memutus mata rantai penularan Covid-19.

Lantas kenapa rapid test antigen lebih direkomendaiskan dari pada rapid test antibodi dan apa yang membedakan keduanya?

Berikut perbedaan keduanya seperti dilansir laman Indonesia.go.id.

Rapid test antobodi

Rapid test antibodi memiliki nama lain yaitu tes serologi dengan mengambil darah untuk sampel pemeriksaan.

Tujuan pemeriksaan ini untuk mendeteksi kemunculan antibodi seseorang akibat infeksi virus corona dalam tubuhnya.

Sasaran pemeriksaan rapid test antibodi ini adalah antibodi yang terdapat dalam darah dan sebagai screening awal COVID-19.

Lama waktu yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam tubuh adalah 5 hingga 10 menit.

Harga rapid test antibodi ini cukup terjangkau yaitu Rp150 ribu bahkan di beberapa rumah sakit harganya bisa di bawah Rp100 ribu jika sedang ada promo.

Namun sayangnya pemeriksaan rapit test antibodi ini masih kurang akurat karena antibodi seseorang biasanya baru akan terbentuk 14 hari setelah orang tersebut terinfeksi COVID-19.

Rapid test antigen

Nama lain dari rapid test antigen ini adalah tes diagnosa cepat atau rapid swab dengan mengambil sampel lendir dalam hidung dan tenggorokan untuk pemeriksaan.

Tujuan pemeriksaan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya infeksi aktif virus corona melalui deteksi protein dari virus corona tersebut.

Hal ini tentu berbeda dengan rapid tes antibodi yang mengidentifikasi antobodi dalam tubuh Anda.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi virus Corona aktif melalui rapid test antigen adalah 20 hingga 30 menit.

Sedangkan akurasi pemeriksaan ini cukup akurat karena pemeriksaan ini merupakan deteksi real time dan sensitivitasnya hingga 80 persen.

Harga untuk pemeriksaan rapid test antigen ini lebih mahal dibanding rapid test antibodi yaitu di atas Rp400 ribu.

Benarkah rapid test antigen lebih direkomendasikan deteksi COVID-19?

Dokter Spesialis Paru-paru, Megantara saat dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan bahwa rapid test antigen lebih efektif untuk mendeteksi atau screening awal adanya virus Corona dalam tubuh.

Megantara juga menjelaskan, pemeriksaan rapid test antigen lebih efektif bila dibandingkan dengan rapid test antibodi.

"Rapid test antibodi sudah tidak efektif, kalau orang itu terinfeksi tapi belum ada antibodi ya tetap engga ngaruh. Rapid test antigen ini lebih efektif, yang lebih disarankan yang antigen bukan yang antibodi. Karena dia memeriksa material virus langsung," ujar Megantara.

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasikan Indonesia untuk melakukan pemeriksaan rapid test antigen untuk deteksi cepat COVID-19.

Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, rapid rest antigen lebih baik karena mendeteksi antigen seseorang.

"Karena ini mendeteksi antigen, tentunya akan lebih baik dibandingkan mendeteksi antibodi dalam rangka proses screening sebelum dilakukan tes penegakan diagnosa dengan realtime PCR," jelasnya, dilansir dari laman resmi Satgas COVID-19.

Baca juga artikel terkait SWAB ANTIGEN atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH