tirto.id - Pertama Mitsubishi XM Concept meluncur di GIIAS 2016, tanda tanya besar muncul, seperti apa wujud asli versi produksi massal MPV pesaing Avanza ini? Tak butuh waktu lama bagi Mitsubishi merilis MPV andalan mereka yang diberi nama Xpander sebagai produk World Premiere pada ajang GIIAS 2017.
Apakah XM Concept identik dengan Xpander? Jawabannya tidak, sejak awal Mitsubishi menegaskan kesesuaian antara keduanya hanya 80-90 persen saja. Beberapa konsumen bisa jadi dibuat kecewa, tapi untuk pabrikan mobil, mempertontonkan mobil konsep sebelum meluncurkan produk massal adalah strategi jitu. Publik akan dibawa pada imaji menanti realisasi desain dan teknologi dari mobil konsep yang akan dilepas ke pasar.
Dalam ulasan berjudul What Is A Concept Car? di superstreetonline mobil konsep umumnya dibuat dengan desain futuristik, pelek custom, dan perangkat lampu bergaya modern. Biasanya pabrikan mobil menampilkan desain konsep yang sangat berbeda dari mobil-mobil yang sudah diproduksi pada masa kini.
Model Daihatsu A Concept—cikal bakal Daihatsu Ayla dan Toyota Agya yang tampil di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011 diberikan kamera monitor sebagai pengganti spion konvensional serta pelek lebar, tapi versi produksi massal Ayla-Agya menggunakan spion konvensional dan roda berukuran 13 atau 14 inci (tergantung tipe) sehingga tampilan tak istimewa.
Reduksi spesifikasi ketika mobil konsep masuk ke tahap produksi massal terjadi karena pabrikan mempertimbangkan harga jual yang pantas. Melansir laman hot cars, perusahaan manufaktur harus menambah alat-alat produksinya jika ingin mewujudkan bentuk mobil konsep hingga 100 persen. Selain itu, ongkos produksi pun relatif tinggi karena menggunakan komponen berkualitas tinggi.
Dengan tampilan yang futuristik dan iming-iming teknologi tinggi, mobil konsep membuat calon konsumen menaruh ekspektasi tinggi. Ketika mengetahui mobil yang ada di showroom tidak sesuai dengan konsepnya, tidak ada tanggapan lain yang dilontarkan selain kekecewaan.
Pihak produsen beralasan penyesuaian desain dan spesifikasi berhubungan dengan kebutuhan pasar. Tidak semua komponen mobil konsep diperlukan dalam versi produksi massal. “Kita ambil bagian-bagian tertentu (dari mobil konsep) untuk pengembangan mobil terbaru. Kalau yang teman-teman pikir yang kita show akan kita mass production ya enggak mungkin juga,” kata General Executive Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto.
Selain itu, ada pula mobil konsep yang memang dibuat untuk pamer teknologi saja. Pabrikan bermaksud menunjukkan kemampuank, bahwa mereka sudah mampu mengembangkan teknologi mutakhir yang akan digunakan di masa depan. Meskipun nantinya mobil yang dipamerkan di pameran mobil tidak direalisasikan ke dalam bentuk produksi, tapi teknologinya diturunkan ke sejumlah produk mobil baru yang lain.
Di GIIAS 2018 misalnya, Mitsubishi membawa konsep e-Evolution—mobil full EV atau mobil listrik yang dilengkapi teknologi kecerdasan buatan sehingga mampu beroperasi secara otonom. PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) mengakui mobil itu tidak akan diproduksi dalam waktu dekat, tapi teknologinya yang akan diserap satu per satu oleh mobil lansiran Mitsubishi yang lain.
“Teknologi artifiicial intelligent dan autonomous tidak bisa diimplementasikan di semua lini mobil Mitsubishi. Ini e-Evolution mobil yang secara keseluruhan mengadopsi sistem tersebut. Makanya tidak jadi patokan produk ini akan diproduksi. Esensi (inovasi) dari konsep ini yang akan ada di tiap mobil Mitsubishi ke depannya, salah satunya autonomous apabila memang sudah ready,” kata Head of PR and CSR PT MMKSI Bambang Kristiawan.
Tahapan Menuju Produksi Massal Mobil
Ada beberapa tahapan yang dilalui sebuah rancangan produk mobil sebelum akhirnya masuk ke dapur produksi. Seperti yang diulas pada superstreetonline, pada tahap awal tim desainer membuat sketsa rancang bangun mobil secara manual dengan tangan atau menggunakan program desain di komputer untuk menuangkan ide mereka.
Setelah gambar terbentuk, perusahaan akan mempertimbangkan apakah rancangan itu layak untuk diproduksi. Sebuah desain akan disetujui jika perusahaan—terutama tim marketing menilai mobil itu sesuai dengan keinginan pasar yang sudah lebih dulu disurvei. Orientasi utamanya adalah produk mobil harus bisa mendatangkan keuntungan buat perusahaan.
Rancangan yang sudah disetujui itu kemudian diteruskan menjadi gambar konsep yang lebih detail. Barulah pabrikan membuat unit prototipe yang sering ditampilkan di pameran otomotif. Proses lain yang membutuhkan waktu lama, yaitu research and development (RnD) mesin, teknologi, dan fitur pendukung.
Untuk menuntaskan berbagai tahapan perancangan mobil, pabrikan butuh waktu cukup panjang. Tahapan RnD sampai akhirnya mobil diluncurkan berjalan sekitar lima tahun.
“Kalau timeline mobil kita createmarket mulai dari zero. Seperti dulu Avanza lima tahun kita melakukan riset. Kita riset habis-habisan apakah customer itu akan terus bertahan dengan (Toyota) Kijang. Ternyata customer membutuhkan something (mobil) yang lebih compact lebih kecil ukurannya tapi bisa berfungsi seperti Kijang,” kata Fransiscus.
“Tapi kalau segmennya sudah ada mau meng-create sesuatu baru, tambahan add on satu sampai tiga tahun selesai," katanya.
Umumnya pabrikan butuh waktu satu sampai tiga tahun untuk menerjemahkan mobil konsep ke dalam bentuk produksi massal. Produk rebadge Toyota FT86-Subaru BRZ dipasarkan tiga tahun setelah model konsepnya muncul di 2009. Pun begitu dengan New Honda Civic Type R, diluncurkan tahun 2017, setelah bentuk prototype melantai di Geneva Motor Show 2014
Di Indoneia, mobil kembar Daihatsu Ayla dan Toyota Agya mulai diproduksi dua tahun selepas Daihatsu A-Concept tampil di IIMS 2011. Ada pula Daihatsu UFC-3 Concept yang melantai di IIMS 2014, menjadi cikal bakal duet Daihatsu Sigra-Toyota Calya yang dirilis pada 2016. Namun, beda cerita dengan Mitsubishi Xpander yang diluncurkan hanya berselang setahun setelah prototipe XM Concept diperlihatkan pada 2016. Mobil konsep memang bisa sebagai pembuktian kemampuan pabrikan, tapi pada ujung-ujungnya tak terpisahkan dari soal pasar dan penjualan.
Editor: Suhendra