Menuju konten utama

Kenapa Gerindra Ajukan M. Taufik Eks Napi Korupsi Jadi Wagub DKI?

M Taufik bukan harga mati untuk gantikan Sandiaga karena keputusan berada di tangan Prabowo Subianto.

Kenapa Gerindra Ajukan M. Taufik Eks Napi Korupsi Jadi Wagub DKI?
Ketua DPD Gerindra DKI M Taufik berpidato saat puncak perayaan HUT ke-10 Gerindra di Lapangan Arcici, Cempaka Putih, Jakarta, Minggu (11/3/2018). tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI Jakarta M. Taufik mengklaim telah mendapat lampu hijau dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk menjadi pengganti Sandiaga Uno sebagai Wakil Gubernur DKI. Ia meminta PKS tidak mengklaim sepihak bahwa Prabowo telah menyerahkan posisi wakil gubernur kepada mereka.

"Saat saya sampaikan, Pak Prabowo senyum. Menurut tafsir saya, dia setuju," kata Taufik di Kompleks DPRD DKI Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Taufik berharap DPP Gerindra bisa segera menyetujui dirinya menjadi pengganti Sandiaga Uno agar proses pergantian di DPRD DKI bisa cepat dilakukan. "Besok Jumat, saya akan adakan rapat DPC-DPC Gerindra, supaya rapimnya diperluas. Nanti kalau sudah, nama saya baru diketik. Atas pemberitahuan DPP," kata Taufik.

Perihal ini, Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menyatakan memang hanya nama Taufik yang diusulkan DPD Gerindra DKI Jakarta ke DPP Gerindra. "Belum ada selain Pak Taufik," kata Andre kepada reporter Tirto.

Andre bahkan menepis suara-suara sumbang terhadap sosok Ketua DPD Gerindra Jakarta itu. Menurutnya, Taufik bukan sosok yang buruk untuk menjadi pengganti Sandiaga, terlebih Taufik punya pengetahuan soal seluk beluk pemerintahan DKI Jakarta sebagai Wakil Ketua DPRD DKI.

"Sumbangsihnya dan kontribusinya buat partai juga besar," kata Andre menjelaskan.

Taufik tercatat telah memimpin Gerindra DKI Jakarta sejak 2008 sampai saat ini. Di bawah kepemimpinannya, partai berlambang garuda ini menunjukkan perkembangan suara cukup signifikan dengan memenangi Pilgub 2012 saat mengusung Jokowi-Ahok dan Pilgub 2017 saat mengusung Anies-Sandiaga.

Pada Pemilu 2014, di bawah kepemimpinan Taufik, Gerindra mampu meraih 15 kursi di DKI Jakarta. Berada di bawah PDIP yang menempati urutan pertama dengan 28 kursi dan menyalip partai-partai lama seperti Golkar dan PPP yang sebelumnya memiliki basis kuat di DKI.

Gerindra Defisit Kader?

Munculnya nama tunggal M. Taufik sebagai pengganti Sandiaga Uno mendapat kritik dari sejumlah pihak. Peneliti dari The Political Literacy Institute Adi Prayitno bahkan menilai Gerindra sedang defisit kader yang punya rekam jejak bersih di DKI Jakarta lantaran hanya mampu memunculkan nama Taufik.

"Kalau dilihat memang hanya Taufik yang moncer. Ada adiknya, Sanusi, juga sudah jadi tersangka korupsi," kata Adi kepada reporter Tirto.

Kondisi tersebut, menurut Adi, tidak baik bagi Gerindra. Sebab, menurutnya, itu menunjukkan regenerasi dan kaderisasi Gerindra di DKI Jakarta tidak berjalan dengan baik. "Seharusnya sebagai partai yang besar, Gerindra bisa memunculkan sosok-sosok baru. Taufik ini kan sudah terlalu lama," kata Adi.

Sedangkan untuk menjadi partai modern dan mempertahankan suara di DKI Jakarta dalam waktu lama, kata Adi, Gerindra mesti menjalankan regenerasi dengan baik. Ia mencontohkan PPP yang kelabakan karena hanya mengandalkan sosok Abraham Lunggana atau Haji Lulung untuk meraih suara.

"Kecuali Gerindra mau seperti PPP yang akhirnya semakin susah mencari tokoh pengganti Lulung," kata Adi.

Adi mengatakan rekam jejak Taufik yang pernah menjadi narapidana kasus korupsi bisa merugikan citra Gerindra jika terus ditokohkan di DKI Jakarta. "Mereka akan terus dihantui isu korupsi. Gampang dianggap partai pro-korupsi. Itu enggak baik untuk suara mereka," kata Adi.

Pendapat Adi selaras dengan peneliti dari Puskapol UI, Aditya Perdana. Menurutnya, saat ini Gerindra memang tidak punya banyak pilihan nama sebagai pengganti Sandiaga. "Kalau untuk bertarung di DPRD dengan PKS, ya Taufik memang paling bisa menang," kata Aditya kepada reporter Tirto.

Lagi pula, kata Aditya, DPP Gerindra akan susah menghambat manuver-manuver Taufik di DKI Jakarta karena posisinya sebagai ketua DPD. "Risikonya terlalu besar. Itu akan bisa ganggu soliditas kader Gerindra di DKI. Bagaimana pun kan tentu banyak loyalis Taufik," kata Aditya.

Infografik CI Cawagub Baru Jakarta Mantan Pesakitan

Namun demikian, pendapat Adi dan Aditya dibantah Wakil Ketua Umum Gerindra, Ferry Juliantono. Menurutnya, meskipun Taufik menjadi prioritas, tapi partainya masih memungkinkan mengusung nama alternatif, termasuk namanya sendiri.

"Kalau partai menugaskan, saya siap jadi wagubnya Pak Anies," kata Ferry.

Senada dengan Ferry, Ketua DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan Taufik bukan harga mati menjadi pengganti Sandiaga. Sebab, menurutnya, keputusan berada di tangan Prabowo dan masih terbuka peluang kepada sosok lainnya.

Dasco pun meminta kepada semua pihak tidak memperpanjang polemik sosok pengganti Sandiaga di DKI Jakarta.

"Selain keputusan Ketua Dewan Pembina, akan ada pembicaraan tingkat tinggi antara Partai Gerindra dengan PKS. Sehingga saya minta kepada semua lapisan atau unsur, struktur di Gerindra DKI maupun PKS DKI, mari kita sama-sama berhenti polemik ini sambil menunggu keputusan dari masing-masing petinggi partai," kata Dasco, di Kompleks DPR, Senayan Jakarta.

Baca juga artikel terkait WAGUB DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz