tirto.id - Jose Mourinho berhasil mempersembahkan gelar liga saat menangani Porto, Chelsea, Inter Milan, serta Real Madrid. Namun, ia barangkali tak bakal pernah mempersembahkan gelar itu untuk Manchester United. Saat gelar liga masih amat jauh dari genggaman, Mourinho sudah dipecat Setan Merah pada Selasa (18/12) kemarin.
“Manchester United mengumumkan bahwa Jose Mourinho telah meninggalkan klub. Kami mengucapkan terima kasih atas waktunya selama bekerja di Manchester United dan berharap ia dapat meraih kesuksesan pada masa depan," demikian pernyataan resmi dari Manchester United.
Penampilan buruk United di Premier League musim ini tentu menjadi alasan utama mengapa Jose harus angkat kaki. Setelah Premier League melewati 17 pekan, Setan Merah hanya nangkring di peringkat 6 dengan perolehan 26 angka dan tertinggal 19 angka dari Liverpool yang berada di posisi puncak. Sejarah lantas mencatat: Setan Merah mengalami start terburuk di Premier League dalam 28 tahun terakhir.
Selain itu, rapor Mourinho juga tergolong mengecewakan selama lebih dari dua musim meracik taktik Setan Merah. Ia memang berhasil mempersembahkan gelar EFL Cup dan Liga Europa pada musim 2016-2017, serta membawa United menjadi runner-up di Premier League pada musim lalu. Namun, rataan kemenangan Mourinho selama di Manchester United hanya 53,76 persen.
Rinciannya: memimpin United dalam 93 pertandingan, Mou menang 50 kali, imbang 26 kali, dan kalah 17 kali. Yang kemudian menjadi masalah, sebagian besar kekalahan yang dialami United itu ternyata datang dari para pesaing terdekat untuk meraih gelar di Premier League, juga terjadi dalam pertandingan penting di Liga Champions.
Pada musim 2016-2017, United memang hanya kalah empat kali dalam satu musim. Namun empat kekalahan itu diperoleh saat United bertanding melawan Manchester City, Chelsea, Tottenham Hotspur, serta Arsenal. Yang menarik, empat tim tersebut akhirnya mampu finis di atas United: Chelsea menjadi juara liga, Tottenham di posisi runner-up, City berada di posisi ketiga, dan Arsenal finis di peringkat kelima. Sementara itu, United hanya mampu nangkring di posisi keenam.
Kekalahan United dari Chelsea di Stamford Bridge pada Minggu 26 Oktober 2016 jelas paling sulit untuk dilupakan. Kala itu, tidak hanya kalah 4-0, United juga bermain super buruk. Sebelum pertandingan, jika United mencetak gol, Mourinho sesumbar bahwa ia tidak akan “berselebrasi layaknya seorang anak kecil.” Namun belum genap satu menit pertandingan berjalan, Pedro Rodriguez, penyerang Chelsea, justru sudah berhasil membuat gawang United yang dijaga oleh David De Gea bergetar: Chelsea hanya membutuhkan 12 sentuhan dan kegagapan Chris Smalling untuk mencetak gol.
Setelah gol itu, United yang bermain dengan tempo lambat semakin dilumat habis-habisan oleh anak asuh Antonio Conte. Hampir selalu bermain dengan gigi empat, Gary Cahill, Eden Hazard, dan N’golo Kante menambah keunggulan Chelsea pada pertandingan itu. Fans Chelsea pun lantas bernyanyi yang bisa membikin kuping Jose Mourinho merah: “You’re not special anymore!”
Menyoal kekalahan itu, Mourinho kemudian beralasan bahwa penampilan di bawah standar pertahanan United menjadi penyebab utama kekalahan timnya. “Kami membikin kesalahan luar biasa dalam bertahan. Dan kami harus menerima ganjarannya,” kata mantan pelatih Chelsea itu setelah pertandingan. Apa pun itu, Mourinho baru saja menerima kekalahan terbesar keduanya di sepanjang karier kepelatihannya [kekalahan Mourinho paling telak terjadi saat Real Madrid digilas Barcelona 5-0 pada November 2010 silam].
Di Premier League musim 2017-2018, Manchester United mengalami kekalahan lebih banyak daripada musim 2016-2017 yakni sebanyak 7 kali. Tiga di antaranya kembali terjadi saat menghadapi tim besar, saat melawan Chelsea, Manchester City, serta Tottenham Hotspur. Meski begitu, United akhirnya mampu finis sebagai runner-up, tapi penampilan United di fase gugur Liga Champions benar-benar sulit untuk diterima.
Setelah memastikan lolos ke fase gugur dengan status juara Grup A, Setan Merah bertemu Sevilla di babak 16 besar. Di atas kertas anak asuh Jose Mourinho tersebut tentu sangat diunggulkan. Telebih, Sevilla saat itu sedang amburadul di La Liga. Tetapi, United justru tampil jauh dari harapan dan gagal lolos ke babak selanjutnya.
Dalam tulisan Sid Lowe, penulis Guardian, yang berjudul “Manchester United were Dull but Does Mourinho have Duty to Entertain?”, beberapa media Spanyol mengkritik pendekatan Mourinho saat Setan Merah melawat ke markas Sevilla pada leg pertama. Sementara El Pais menyebut bawa “salah satu raksasa sepakbola dunia, dikerdilkan oleh manajer mereka sendiri”. Sedangkan Spain Daily mengambil kesimpulan: “Kebesaran harus ditunjukkan melalui sepakbola.”
Waktu itu United tampil bertahan dan bermain layaknya orang yang sudah bosan menjalani hidup. Hasilnya, meski mampu menahan imbang Sevilla 0-0, Setan Merah hanya mampu melakukan satu tembakan tepat sasaran di sepanjang pertandingan.
Pada leg kedua, masih bermain dengan cara yang sama, giliran penggemar United sendiri yang dibuat marah oleh pendekatan Mourinho. Meski mereka selalu berteriak “attack, attack, attack”, pemain-pemain United justru terlalu sibuk mempertahankan gawangnya dari kebobolan. Ally McCoist, analis BBC yang saat itu berada di Old Trafford, menyebut bahwa penggemar United tak tahu harus berbuat apa lagi setelah Ben Yedder mencetak gol pertama Sevilla. Mereka terdiam.
“Aku tak tahu kalau ternyata Old Trafford bisa sehening ini,” kata McCoist, dilansir dari BBC.
Pada akhirnya Manchester United kalah 1-2 dalam pertandingan itu. Lantas apa komentar Mourinho menyoal kekalahan itu? Dalam konferensi pers, ia justru semakin memantik amarah para penggemar United. Katanya, “Ini bukan akhir dari dunia. Aku duduk di kursi ini dua kali di Liga Champions [bersama Porto dan Real Madrid] dan aku mengalahkan Manchester United di Old Trafford.”
Tren buruk Setan Merah di bawah asuhan Mourinho kala menghadapi tim-tim besar di Premier League mencapai kulminasi pada musim ini. Meski Premier League baru akan sampai separuh jalan, United sudah 5 kali mengalami kekalahan, dan tiga di antaranya terjadi saat melawan Tottenham Hotspur, Manchester City, serta Liverpool. United kalah 0-3 dari Spurs di Old Trafford, menyerah 3-1 dari City di Etihad, juga kalah 3-1 dari Liverpool di Anfield.
Kekalahan 3-1 melawan Liverpool akhir pekan lalu merupakan yang paling menyakitkan. United bermain kacau balau hari itu. Gawang mereka terus digempur dan mereka tidak tahu bagaimana caranya menyerang. Sir Alex Ferguson, yang menonton langsung dari salah satu tribun Stadion Anfield, bahkan hanya bisa menatap nanar sambil sesekali geleng-geleng kepala, seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di atas lapangan.
Bagaimana tidak? Selain gawang De Gea kebobolan tiga kali, menurut situs Whoscored, pemain-pemain Liverpool juga bisa seenak jidat melakukan 36 percobaan tembakan ke arah gawang United.
Setelah pertandingan itu, lewat tulisannya di The Guardian, pengamat sepakbola Inggris Jonathan Wilson, bahkan langsung menyerang Mourinho secara pedas.
”Apa yang tersisa sekarang? Ini bukan lagi Mourinho yang bisa [membuat timnya] bertahan lebih lama: United musim ini sudah kebobolan 29 gol dalam 17 pertandingan. Hanya empat tim Premier League yang kebobolan lebih banyak dari United pada musim ini.”
Untuk semua itu, petinggi Setan Merah akhirnya kehilangan kesabaran terhadap Mourinho. Palu diketok dan mantan penyandang julukan The Special One ini harus angkat kaki dari Old Trafford. Seperti ketika dipecat Chelsea pada Desember 2015 silam, Mourinho sekali lagi mendapatkan kado natal yang kurang menyenangkan.
Sayonara, Mou!
Editor: Nuran Wibisono