tirto.id - Netflix dikecam oleh kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) karena mencabut episode kedua serial “Patriot Act” yang mengkritik Putra Mahkota Mohammed bin Salman atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Amnesty International seperti diwartakan Associated Press mengatakan sensor Arab Saudi terhadap Netflix adalah tindak kekerasan terhadap kebebasan berekspresi.
Netflix pun dinilai telah membantu pihak berwenang dalam menolak hak seseorang untuk secara bebas mengakses informasi.
Samah Hadid selaku Direktur Kampanye Timur Tengah Amnesty International mengutarakan, Netflix dalam keadaan bahaya karena memfasilitasi kebijakan anti toleransi yang dilakukan kerajaan Saudi.
“Sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman berkuasa pada Juni 2017, banyak pembela hak asasi manusia, aktivis, dan kritikus yang terang-terangan ditahan secara sewenang-wenang atau dihukum secara tidak adil atas hukuman penjara yang panjang hanya karena menggunakan hak mereka atas kebebasan berekspresi,” jelas Samah dalam pers rilis Amnesty International.
Sedangkan PEN America, organisasi nirlaba yang bekerja untuk kebebasan berekspresi di Amerika Serikat menilai pencabutan serial itu melegitimasi penindasan.
Summer Lopez selaku direktur senior Program Ekspresi Bebas PEN America, menjelaskan meskipun Netflix tidak ada pilihan selain mematuhi aturan, tetapi mereka harus transparan terhadap keputusan itu. Salah satunya dengan pernyataan yang jelas menentang penerapan sensor.
"Perusahaan-perusahaan global yang kuat berada dalam posisi unik dan penting untuk mendorong permintaan penyensoran ucapan, dan (mereka) gagal melakukannya sehingga melegitimasi penindasan,” ujar Lopez seperti dikutip dari AP.
Layanan streaming Netflix meluas ke Arab Saudi tiga tahun lalu. Jumlah pelanggan yang ada di Arab Saudi menyumbang sebagian kecil dari 137 juta pelanggan Netflix di seluruh dunia.
Tahun lalu, Jamal Khasoggi menulis secara kritis tentang putra mahkota di kolom-kolom surat kabar. Ia dibunih dan tubuhnyad dipotong-potong oleh agen Saudi di Istambul, Turki. Senat AS yakin putra mahkota bertanggung jawab atas pembunuhan itu, meskipun pihak kerajaan menolaknya, sebab tidak mengetahui operasi itu.
Hal ini sejalan dengan apa yang diperjuangkan Khasoggi dalam sebuah wawancara pada bulan Maret lalu. Khashoggi mengkritik praktik-praktik represif Kerajaan Saudi terhadap para pengkritik dan pembangkang.
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Yantina Debora